Pusaka “Lung Gandhu” Menyambung Silaturahmi Sidoarjo-Mataram Surakarta (2-habis)

  • Post author:
  • Post published:February 6, 2022
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read

Kehadiran Gusti Timoer dan KGPH Mangkubumi, Bikin Suasana Jadi Mantab

IMNEWS.ID – MEMANG, hadirnya orang ”nomer satu” di Kabupaten Sidoarjo (Jatim), Bupati Achmad Muhdlor Ali di acara yang digelar bersama pengurus dan warga Pakasa Cabang Sidoarjo di rumah dinas bupati, Minggu 30 Januari (iMNews.id, 31/1), seakan kurang hangat tanpa kehadiran para anggota Forkompimda seperti Kapolres dan Dandim Sidoarjo. Apalagi, Kapolres AKBP Kusumo Wahyu Bintoro, juga disebut sebagai penerima partisara kekancingan paringdalem gelar sesebutan dan nama-namanya masuk dalam jajaran penasihat Pakasa Cabang Sidoarjo.

Tetapi, situasi dan kondisi yang terjadi selama penanganan Covid 19 dalam dua tahun ini, dinamikanya memang sangat fluktuatif, seperti ketika varian Omicron memperlihatkan trend meingkat serangannya di beberapa wilayah, akhir-akhir ini. Jadi, ketika Kapolres Sidoarjo tidak bisa hadir karena harus bersiaga memantau kehadiran wisatawan dari Malaysia untuk kali pertama boleh masuk melalui Bandara Juanda, Sidoarjo/Surabaya sejak awal pandemi ditutup, itu memang sangat bisa dimaklumi.

Walau momentum upacara wisuda bagi 125 abdidalem anggota Pakasa dan penetapan pengurus Pakasa Cabang Sidoarjo yang berlangsung di Hari Jadi ke 163 kabupaten belum bisa dihadiri Kapolres Sidoarjo, itu memang bisa disebut belum waktunya. Yang jelas, Bupati Sidoarjo Achmad Muhdlor Ali merasa terhibur dengan paringdalem gelar sesebutan yang diberikan untuk dirinya, hingga nama lengkapnya kini KRA H Achmad Muhdlor Ali Notonagoro SIP.

SERAHKAN PARTISARA : Gusti Moeng (Ketua LDA/Pengageng Sasana Wilapa) mendapat giliran menyerahkan partisara kekancingan kepada Bupati Sidoarjo dan KPH Edy Wirabhumi (Ketua Pusat Pakasa) mengalungi samir kepada penasihat Pakasa Cabang Sidoarjo itu. Upacara wisuda berlangsung di pendapa rumah dinas bupati, Minggu (30/1). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tak hanya itu, sebagai bagian dari keluarga besar Pakasa yang notabene keluarga besar masyarakat adat peradaban Mataram, Bupati Sidoarjo juga mendapatkan kelengkapan simbol penghargaan dari Keraton Mataram Surakarta berupa mata tombak ”luk pitu” (lekuk tujuh), ”tangguh” (cirikhas) Mataram dan bernama ”Lung Gandhu”. Tak hanya berujud pusaka, pejabat ini juga mendapat ”kado ulang tahun” daerahnya berupa posisi sebagai penasihat pengurus Pakasa Cabang Sidoarjo, bersama para pejabat setempat di antaranya Kapolres Sidoarjo (iMNews.id,4/2).

Yang membahagiakan dan membanggakan lagi, penghargaan ikatan kekerabatan itu berlangsung di saat Kabupaten Sidoarjo memperingati Hari Jadinya yang ke-163, dan disaksikan tidak hanya warga Pakasa Cabang Sidoarjo, tetapi juga dari Cabang Malang dan Sukoharjo (Jateng) yang ikut diwisuda siang itu. Momentumnya tepat sekali, karena saat berlangsung upacara di Pendapa Delta Wibawa, kompleks rumah dinas (iMNews.id, 31/1), suasana secara umum di pusat kota apalagi di sekitar zona pusat pemerintahan, berhias aneka atribut tanda perayaan hari jadi.

Dan yang sangat membanggakan dan membuat suasana menjadi makin mantab, adalah kehadiran putri tertua Sinuhun PB XIII GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani dan adiknya (putra lelaki tertua) yang juga putra mahkota, yaitu KGPH Mangkubumi di tengah upacara siang itu. Bisa disebut masih langka, sepasang generasi muda calon penerus generasi Gusti Moeng (GKR Wandansari Koes Moertiyah) itu bisa hadir bersama dalam sebuah acara yang digelar Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta, terlebih kalau lokasinya jauh di luar kota seperti di Kabupaten Sidoarjo itu.

TAMPIL BERSAMA : Putra mahkota KGPH Mangkubumi dan GKR Timoer Rumbai tampil bersama, bergiliran menyerahkan partisara kekancingan dan mengalungi samir kepada semua abdidalem warga Pakasa yang diwisuda mendapat paringdalem gelar sesebutan. Upacara berlangsung di pendapa rumah dinas bupati Sidoarjo, Minggu (30/1). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

”Iya mas. Saya senang dan trenyuh bisa ikut berada di tengah-tengah upacara seperti itu, menyaksikan masih begitu banyak masyarakat yang peduli dan ingin ikut bergabung dalam pelestarian budaya Jawa dan peradaban Mataram. Saya sedang mencari solusi, agar bisa selalu ikut bergabung dalam acara-acara yang digelar Gusti Moeng (Ketua LDA). Sejak ditinggal abdidalem yang biasa menemani anak saya di rumah, saya agak repot. Mudah-mudahan segera dapat solusinya,” ungkap GKR Timoer Rumbai kepada iMNews.id, ketika dimintai komentar atas kehadirannya di Pendapa Delta Wibawa, Sidoarjo (30/1), tadi pagi.

Hadirnya putri tertua Sinuhun PB XIII yang sejak lama ”disiapkan” Gusti Moeng untuk meneruskan ”peran dan perjuangannya”, juga anak lelaki tertua Sinuhun PB XIII yaitu KGPH Mangkubimi yang sejak lama disiapkan sebagai putra mahkota Keraton Mataram Surakarta, tentu membuat hangat suasana dan menjadi lengkap. Sebab, selain sebagai bentuk ”sosialisasi” atau pengenalan, peristiwa itu menjadi cara yang baik dan alami dalam proses regenerasi.

Pada ujung dari sebuah upaya yang ”holistik” dalam rangka pelestarian budaya (Jawa) dan peradaban Mataram serta upaya mengembalikan harkat, martabat dan wibawa Keraton Mataram Surakarta itu, adalah pemandangan sebuah kekompakan yang menggembirakan. Karena rombongan yang dipimpin Gusti Moeng selaku Ketua LDA sekaligus Pengageng Sasana Wilapa, terdapat GKR Timoer, KGPH Mangkubumi, KPH Edy Wirabhumi (Ketua Pakasa Pusat) dan tim teknis/administratif upacara yang terdiri dari sejumlah sentana dan ”abdidalem garap” pimpinan KPH Sangkoyo Mangunkusumo (Pengageng Karti Praja), termasuk MNg Irawan Wijayadiprojo selaku jurusuranata.

MENUNGGU BERFOTO : Putra mahkota KGPH Mangkubumi bertugas mengalungi samir, sementara kakaknya GKR Timoer Rumbai sudah selesai menyerahkan partisara kekancingan, menunggu untuk berfoto bersama para wisudawan. Upacara wisuda abdidalem Pakasa Cabang Sidoarjo, berlangsung di pendapa rumah dinas bupati Sidoarjo, Minggu (30/1). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pakasa Cabang (Kabupaten) Sidoarjo (Jatim) di bawah kepemimpinan KMAyT Rizki Niswarini Budayaningrum selaku ketua, sudah beberapa tahun berdiri, tetapi belum bisa bergerak cepat berkembang, terutama untuk menjadi mitra dan bersama Pemkab Sidoarjo dalam mengemban tugas-tugasnya. Salah satu tugas yang bisa dilakukan dengan bergotong-royong, adalah kembali mengajak kalangan generasi muda untuk mengenal dan menyintai budaya adi luhung peninggalan leluhur, sebagai upaya membentengi generasi penerus bangsa agar NKRI memiliki ketahanan budaya yang tangguh dalam menghadapi gempuran budaya asing.

Dalam kerangka seperti itu, hadirnya Pakasa Cabang Sidoarjo merupakan ujung tombak paling depan elemen Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta yang diketuai GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng. Keberadaan dan sepak-terjangnya, diharapkan menjadi bagian yang andal dari formula baru ”wiradat” untuk keraton (iMNews.id, 17/1), yang bermuara pada pelestarian budaya Jawa, mengembalikan wibawa, harkat dan martabat serta menjaga kelangsungan eksistensi Keraton Mataram Surakarta.

Kini, walau Keraton Mataram Surakarta tinggal ”sakmekroking payung” (selebar payung mengembang), walau ”para pejuang” di bawah kepemimpinan Gusti Moeng sudah 5 tahun berjuang di luar keraton, tetapi ”wiradat” yang dilakukan bersama segenap elemen pendukungnya, sudah menemukan formula yang tepat dan mantab. Budaya Jawa dan peradaban Mataram terlegitimasi makin kuat, proses regenerasi dengan mengantar GKR Timoer Rumbai dan putra mahkota KGPH Mangkubumi ke titik yang dituju, juga makin lancar, terarah jelas, fokus dan mendapatkan legitimasi kuat. (Won Poerwono-habis/i1)