Menjadi Kekuatan untuk Mengembangkan Diri dan Saling Dukung Melegitimasi
KUDUS, iMNews.id – Pekasa Cabang (Kabupaten) Kudus menggelar acara “Kirab Budaya Muludan” yang dipusatkan di Lembah Pedanngkungan di Desa Singocandi, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Minggu siang mulai pukul 14.00 WIB. Tempat upacara yang juga merupakan kediaman KRA Panembahan Didik Gilingwesi yang juga Plt Ketua Pakasa Kudus itu, adalah pusat perkumpulan Majelis Taklim yang diinisiasi kelahirannya beberapa tahun lalu. Yang unik dari acara ini, anggota “Tiga Serangkai” pengurus Pakasa cabang, yaitu dari Cabang Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak juga tampak hadir memenuhi undangan.
“Kami tentu mengundang anggota Empat Serangkai dari Pakasa Cabang Pati dan Cabang Jepara. Karena, kami juga pernah diundang beliau ketua Pakasa Jepara, Pati dan Demak. Rabu (4/10), kami juga ikut menyambut kehadian KGPH Hangabehi di acara haul Kyai Ageng Ngerang. Sekarang, giliran saya mengundang beliau-beliau itu dan alhamdulillah, semua bisa hadir. Saya senang sekali. Warga dan pengurus Pakasa Cabang Pati tentu juga sangat senang mendapat kunjungan tamu dari dua pengurus Pakasa tetangga Kudus,” ujar KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro yang dimintai konfirmasi iMNews.id, Minggu kemarin.
Pengurus Pakasa Cabang Kudus terhitung baru dua kali Minggu (8/10) itu menggelar kirab dalam rangka perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW. Menurut KRA Panembahan Didik Gilingwesi, di wilayah Kabupaten Kudus jelas punya beberapa makam tokoh leluhur Dinasti Mataram, namun hingga kini belum bisa dimuliakan Pakasa cabang dengan ritual haul, apalagi dihiasi kirab budaya dan menghadirkan tokoh penting dari Kraton Mataram Surakarta. Karena, di wilayahnya masih ada pihak lain yang mengklaim punya otoritas atas lokasi makam dan keperluan ritual adatnya.
Sementara itu, di tempat terpisah KRA Bambang S Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara menyebutkan, dirinya bersama pengurus Pakasa anggota “Tiga Serangkai” ikut hadir memenuhi undangan Ketua Pakasa Cabang Kudus. Karena yang dimaksud hanya Pakasa Cabang Jepara, Pati dan Kudus, tidak termasuk Pakasa Cabang Demak seperti yang dimaksud “Empat Serangkai” yang disebut dalam surat undangan yang diterbitkan Ketua Pakasa Kudus. Pakasa Cabang Demak nyaris sudah tidak ada komunikasi dan diduga ada kevakuman aktivitas pengurusnya sejak dilantik dan ditetapkan di Pendapa Kabupaten Demak, sekitar 2 tahun lalu.
Karena yang dimaksud “Tiga Serangkai” adalah Pakasa Cabang Kudus, Pati dan Cabang Jepara, menurut KRA Bambang berdasarkan pengalaman yang sudah berjalan dalam dua tahunan ini, bahwa tiga pengurus Pakasa itu yang selama ini bergantian berkunjung ketika masing-masing pengurus menggelar upacara adat di daerah-masing-masing. Namun KRA Bambang tidak menyebutkan, ritual “jamasan” dan Larab Selambu makam Eyang Sentono yang digelar di desanya, Sukodono, Kecamatan Tahunan, Sabtu (7/10) juga dihadiri KRA Panembahan Gilingwesi Hadinagoro (Ketua Pakasa Kudus) dan KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Pati).
“Kami ikut hadir di acaranya Pakasa Cabang Kudus, Minggu siang (8/10). Ada rombongan dari Pakasa Jepara yang ikut kirab budaya. Kanjeng Mul (KRAT Mulyadi Puspopustoko-Ketua Pakasa Pati-Red) juga hadir. Jumat (6/10), kami menggelar jamasan Larab Selambu makam Eyang Sentono, berkaitan dengan Muludan (Maulud Nabi Muhammad SAW-Red). Sabtunya (7/10), kami rombongan Pakasa Jepara mengadakan napak tilas dan ziarah ke makam Gunung Kelir, di (petilasan-Red) bekas Ibu Kota Mataram di Plered, Jogja. Ini penting, untuk memberi wawasan bagi pengurus Pakasa,” ujar KRA Bambang yang dimintai konfirmasi iMNews.id, kemarin.
Sementara itu, KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku Ketua Pakasa Cabang Pati yang dimintai konfirmasi iMNews.id di tempat terpisah siang tadi membenarkan, kunjungannya ke acara pengurus Pakasa Cabang Kudus, Minggu (8/10), merupakan kunjungan balasan atas kehadiran Ketua Pakasa Cabang Kudus dan rombongan hadir dalam ritual haul Kyai Ageng Ngerang di Desa Trimulyo, Kecamatan Tambakromo, Pati, Rabu (4/10). Kunjungan seperti itu, sudah dilakukan secara bergantian dalam beberapa tahun belakangan ini, ketika masing-masing cabang menggelar upacara adat.
Meski begitu, KRAT Mulyadi menyampaikan terimakasih atas perhatian dan dukungan semua pihak, hingga upaya haul Kyai Ageng Ngerang yang disertai kirab dengan dukungan menuh dari Kraton Mataram Surakarta, bisa berjalan lancar, meriah, mendapat kunjungan masyarakat “pecinta budaya” yang luar biasa serta aman dan sukses. Selain kepada kraton yang telah mengutus putra mahkota KGPH Hangabehi, ucapan terima kasih tentu ditujukan kepada Ketua Pakasa Kudus yang hadir dengan rombongan dan pengurus Pakasa Cabang Jepara, yang mengirim utusan dan dipimpin KRT Hartono Setyopuro (Ketua Pakasa Ancab Mayong-Red).
Sementara itu, Pakasa Cabang Sragen juga habis menggelar kegiatan di kediaman KRT Simin Atmosukarto Hadinagoro di Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen, Jumat malam (6/10). Acara yang digelar cukup prestisius dan ekseklusif, karena digelar pentas wayang kulit yang mengambil lakon tak biasanya, yaitu “Babad Sukowati” yang mengisahkan berdirinya Kabupaten Sukowati” atau Kabupaten Sragen. Yang lebih prestisius lagi, karena dalang yang dihadirkan adalah dosen dari sebuah universitas di Jogja, Dr Purwadi yang juga peneliti sejarah “Mataram khususnya Surakarta” sekaligus Ketua Lokantara Pusat di Jogja.
Tetapi sayang, menurut Ki Dr Purwadi, penampilannya tidak bisa maksimal karena terkesan hanya menempel hajadan yang digelar Pakasa Anak Cabang (Ancab) Tangen dan tak mendapat protokol pelayanan sebagaimana layaknya, meskipun kehadirannya untuk mendalang tidak meminta imbalan atau honor alias gratis. Tak hanya itu, untuk menyajikan lakon yang sangat ideal untuk mengedukasi publik agar melek sejarah asal-usul dan asal-mula Kabupaten Sragen itu, harus dilakukan kajian serius serta menyusun naskah struktur lakon serta gending-gending iringannya, termasuk tembang-tembang Macapat yang sesuai untuk itu. (won-i1).