Semua Elemen Bangsa Merapatkan Barisan Menghadapi Rongrongan Terhadap NKRI

  • Post author:
  • Post published:March 6, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read

Masyarakat Adat, Pesantren, TNI dan Polri, Pilar-pilar Kekuatan Negeri

SOLO, iMNews.id – Sudah saatnya, semua elemen dan pilar-pilar kekuatan bangsa seperti masyarakat adat, pesantren, TNI dan Polri merapatkan barisan, kembali membangun silaturahmi dan bersinergi untuk menghadapi segala bentuk rongrongan dan upaya-upaya mengikis kebhinekaan serta ketahanan budaya bangsa yang bisa melemahkan keutuhan NKRI. Peristiwa wisuda bagi para penerima partisara kekancingan berisi paringadalem gelar sesebutan di Pendapa Pagelaran Sasanasumewa, Sabtu (5/3), mengisyaratkan lahirnya kesadaran bersama dan terbangunnya kesepakatan bersama untuk mempererat tali silaturahmi dan bersinergi dalam menghadapi potensi rongrongan tersebut.

”Saya bisa memahami pernyataan KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Punjer Pakasa) dan kesepakatan yang diperoleh MAKN dengan TNI saat bertemu Kasad Jenderal Dudung Abdurachman (iMNews.id, 5/3). Saya sangat setuju dan mendukung upaya-upaya kembali membangun silaturahmi dan ikatan kekerabatan dalam rangka menghadapi setiap potensi rongrongan terhadap keutuhan NKRI. Sambutan itu sudah tepat sekali. Apalagi, kemarin itu juga merapat keluarga besar perguruan silat (PSHT-Red), yang menyatakan siap untuk dibina TNI (Kasad-Red) sebagai mitra dalam menghadapi rongrongan itu,” tegas KRAT Hendri Rosyad Wreksopuspito, dalam diskusi kecil dengan iMNews.id, tadi siang (6/3).

Pemerhati budaya Jawa dan keraton secara spiritual yang kemarin ikut diwisuda mendapatkan kenaikan pangkat dari ”Bupati Sepuh” ke level ”Bupati Riya Inggil” itu menilai, peristiwa wisudan yang digelar Lembaga Dewa Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta yang diketuai Gusti Moeng itu, menjadi simbol yang sangat jelas keinginan masyarakat adat Keraton Mataram Surakarta, masyarakat adat anggota Majlis Adat Keraton Nusantara (MAKN) yang dipimpin KPH Edy Wirabhumi (Ketua Umum), elemen religi bangsa dari kalangan pondok pesantren, TNI dan Polri bahkan keluarga besar perguruan silat terbesar di Tanah Air untuk bersepakat kembali membangun silaturahmi dan bersinergi untuk keutuhan NKRI yang berbhineka, berlandaskan Pancasila dan UUD 45.

Mencermati pidato sambutan KPH Edy Wirabhumi di acara wisudan abdidalem (iMNews.id, 5/3), pengasauh Pondok Pesantren Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, (Jatim), KH Luqman Haris Dimyati sangat bisa memahami situasi dan kondisi yang dilukiskan KPH Edy Wirabhumi saat beraudiensi dengan Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman, beberapa waktu lalu. Untuk itu, penerima gelar kekerabatan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) pada upacara wisuda itu mengajak seluruh elemen bangsa untuk merapatkan barisan, mengeratkan tali silaturahmi dan bersinergi menghadapi potensi ancaman dan rongrongan pihak-pihak yang akan

Pesantren Erat dengan Sejarah Keraton

PERLIHATKAN PRASASTI : KH Luqman Haris Dimyati sehabis diwisuda Gusti Moeng sebagai warga masyarakat adat bergelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT), bersama-sama Gusti Moeng memperlihatkan prasasti ”Situs Religi Kethok Jenggot” pada upacara wisuda yang digelar LDA Keraton Mataram Surakarta di Pendapa Pagelaran Sasanasumewa, Sabtu siang (5/3).(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

”Atas nama pribadi, pengasuh Pondok Pesantren Tremas dan atas nama perguruan Islam Tremas, Kabupaten Pacitan, saya menyampaikan terima kasih kepada Gusti Moeng (Ketua LDA Keraton Mataram Surakarta). Karena, melalui peristiwa kemarin itu (iMNews.id, 5/3), hubungan kekerabatan dan tali silaturahmi antara Pondok Pesantren Tremas dengan Keraton (Mataram) Surakarta kembali terjalin erat dan hangat. Sejarah telah menorehkan, bahwa antara Pondok Pesantren Tremas (Pacitan) dengan Keraton Surakarta tidak bisa dipisahkan. Itu fakta sejarah,” tegas Kathib Syuriah Pengurus Besar NU itu, saat iMNews.id meminta komentar dan pandangannya atas ”peristiwa” yang dialaminya di Pendapa Pagelaran Sasanasumewa, Sabtu (5/3) itu.  

KH Luqman Haris Dimyati menunjukkan alasan tentang fakta sejarah adanya hubungan kekerabatan antara Pondok Pesantren Tremas dengan Keraton Mataram Surakarta, yaitu adanya dokumen sejarah yang menyebutkan bahwa tokoh pendiri Pesantren Tremas yaitu Syekh Mahmud, adalah ”Qoriah” Surakarta yang tentu saja eksis di zaman Sinuhun PB IV jumeneng nata (1788-1820) di ”negara” Mataram Surakarta, yang dikenal mulai banyak membangun masjid lengkap dengan pesantrennya, di ”wilayah kedaulatannya” yang luasnya 2/3 luas pulau Jawa, terutama di Jateng dan Jatim.

Sebab itu, lanjut KH Luqman, apabila hubungan silaturahmi antara  Pesantren Tremas dan Keraton Surakarta tersambung erat kembali, dinilai tidak salah melainkan sudah tepat dan sewajarnya demikian. Terlebih di saat sekarang ini, empat pilar yang terdiri dari elemen masyarakat adat (Keraton Mataram Surakarta), elemen masyarakat religi, TNI dan Polri merupakan elemen-elemen kekuatan NKRI yang sekarang siap menghadapi rongrongan terhadap keutuhan NKRI.

”Saya sempat matur Gusti Moeng, lain waktu semua pesantren diundang ke keraton diajak bergabung. Karena, eksistensi pesantren tidak bisa dilepaskan dari sejarah Keraton Surakarta. Saya sangat bangga dan gembira, karena sejarah ketokohan Sudarmaji yang dikenal dengan situs Kethok Jenggot, dijadikan simbol situs religi yang dijadikan prasasti yang ditandatangani Gusti Moeng, kemarin. Insya Allah, kita bisa bertemu kembali bersama keluarga besar pesantren yang lain di keraton. Kami keluarga besar pesantren, siap membentengi NKRI dari segala bentuk rongrongan terhadap keutuhan bangsan dan negara,” tegas KH Luqman. (won-i1)