Digelar Mulai Pukul 19.00 WIB di Bangsal Smarakata
SURAKARTA, iMNews.id – Kraton Mataram Surakarta akan ikut memperingati Hari Tari Dunia (HTD) yang dipusatkan di Kota Surakarta dan memeriahkannya dengan menggelar empat repertoar (judul) “Beksan” (tari). Sajian yang sudah disiapkan “Bebadan Kabinet 2004” itu, akan digelar di Bangsal Smarakata, Senin malam besok mulai pukul 19.00 WIB.
Kraton Mataram Surakarta sudah aktif mendukung peringatan “Hari Tari Dunia” yang diinisiasi kampus ISI sejak beberapa tahun lalu, dan melibatkan semua potensi komunitas, sanggar tari dan kelembagaan seni budaya yang ada di “Kota Budaya” ini. Lokasi yang digunakan sebagai ajang ekspresi menari, di berbagai sudut keramaian kota.
Khusus untuk Kraton Mataram Surakarta, dukungan terhadap pelaksanaan Hari Tari Dunia (HTD) yang diinisiasi GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembagga Dewan Adat, di tahun-tahun lalu selalu bergabung di kampus pusat ISI, kawasan Kentingan, Jebres, tetapi untuk tahun ini digelar di dalam kraton.
GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng selaku pimpinan “Bebadan Kabinet 2004” yang juga pimpinan Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, sudah menyiapkan empat repertoar tari yang akan dipersembahkan untuk memeriahkan peringatan HTD. Yaitu tari Bedhaya Sukaharjo, Sancaya Kusumawicitra, Srimpi Sangupati dan Bandayuda.
Keempat repertoar tari itu, sudah disiapkan dalam beberapa kali latihan. Pada pementasan empat repertoar tari di Bangsal Smarakata, Senin (29/4) malam besok mulai pukul 19.00 WIB, disebutkan bisa disaksikan masyarakat dari luar kraton secara terbatas, yang dilayani melalui reservasi (RSVP) : Ayu +62 858-6944-9465.
Panitia setempat menyebutkan, sajian dukungan kraton untuk HTD hanya bisa dinikmati masyarakat umum secara terbatas, karena lokasi pertunjukan di Bangsal Smarakata juga sangat terbatas daya tampungnya. Sajian untuk HTD disajikan di dalam kraton, karena tari “Srimpi Sangupati” salah satunya, hanya boleh digelar di dalam kraton.
Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa dan pimpinan Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, sebelumnya menjelaskan kepad iMNews.id, bahwa kraton memiliki aset seni tari yang hampir semuanya termasuk pusaka-dalem. Artinya, jenis-jenis tarian seperti “Srimpi Sangupati”, hanya bisa digelar di lingkungan kraton.
Pada peringatan HTD beberapa tahun yang diikuti kraton di kawasan Kentingan, khususnya di Pendapa ISI Surakarta, kraton pernah mengeluarkan tari “Bedhaya Sukoharjo” dan “Bedhaya Duradasih”. “Bedhaya Duradasih” sama levelnya dengan tari “Srimpi Sangupati”, tetapi ada perkecualian khusus bersyarat untuk bisa dipentaskan di luar kraton.
Salah satu persyaratan itu, adalah prosesi ritual yang mendahului pentas harus dilakukan sebelum sajian tarinya, seperti upacara adat yang digelar di kraton. Situasi dan suasana pentas juga menjadi syarat yang tidak boleh dikesampingkan, misalnya lokasi Pendapa Ageng kampus ISI yang dianggap memenuhi syarat untuk mementaskannya.
Sementara itu, Minggu pagi tadi “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta juga menggelar parade pade seluruh Bregada Prajurit Kraton, termasuk Bregada Korsik Drumband Prajurit Tamtama. Diikuti sekitar 70 prajurit, parade dipimpin KPH Edy Wirabhumi sekaligus melepas barisan untuk kirab berparade di “topengan” Kamandungan.
Dari halaman Kamandungan, para prajurit berjalan keluar dari Kori Brajanala Lor, menyusuri Jalan Supit-Urang Kulon untuk melingkari separo jalan Alun-alun Lor. Dilepas pukul 08.00 WIB, barisan melewati Jalan Paku Buwana dan keluar dari Gapura Gladag, memasuki kawasan car free day untuk menuju Balai Kota Surakarta.
Sesampai di depan Balai Kota, barisan berhenti dan menghadap ke arah pendapa Bali Kota untuk memberi penghormatan ala/gaya prajurit kraton, lengkap dengan panji-panji yang dibawanya, termasuk lambang Sri Radya Laksana. Selesai itu, KRAT Alex Pradjana Wirayuda selaku “manggala” kembali membawa pasukannya berjalan menuju kraton.
Hal yang menarik setiap parade berlangsung, adalah rute jalan barisan berbagai Bregada Prajurit kraton yang selalu melewati “Tugu Pemandengan” tepat di tengah antara Balai Kota dan Pasar Gedhe (Pasar Hardjanagara), dan tepat di tengah saat ditarik garis tegak-lurus dari halaman Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, ketika kembali ke arah kraton.
Seperti disebutkan KRT Darpo Arwantodipuro selaku penanggungjawab prajurit, parade Minggu pagi tadi sedianya diikuti sekitar 30-an prajurit dari Kabupaten Semarang atau Ungaran. Jauh sebelumnya, disebutkan sudah ada kesediaan seorang abdi-dalem di Ungaran itu untuk ikut mendukung parade, dengan mengirim sejumlah prajurit itu.
“Sampai parade dimulai dan acara bubar, dukungan prajurit yang dijanjikan 26 orang, tidak ada yang muncul satupun. Hingga saat ini, sama sekali tidak ada kabarnya. Saya mencoba kontak telponnya, juga tidak bisa. Saya tidak tahu ada masalah apa. Tetapi mudah-mudahan semua baik-baik saja,” ujar KRT Darpo menjawab pertanyaan iMNews.id. (won-i1).