Jabatan “Pengageng Pasiten” Paling Riskan, Rentan Penyalahgunaan
SURAKARTA, iMNews.id – Hingga menginjak bulan November ini, secara definitif Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat sudah lebih dari 11 bulan bekerja penuh di dalam Kraton Mataram Surakarta, sejak Gusti Moeng bisa kembali masuk kraton melalui peristiwa “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton”, 17 Desember 2022. Sepanjang waktu itu, kerja-kerja adat dirasakan belum efektif karena berbagai faktor, salah satunya adalah kekosongan jabatan “Pengageng Bebadan” yang hingga kini belum bisa diisi.
“Penuh pertimbangan untuk mengisi jabatan beberapa Bebadan yang masih kosong. Jabatan Pengageng Pasiten, salah satu yang butuh figur yang memahami bidang tugasnya, cakap dan jujur serta berintegritas. Sampai sekarang, saya belum menemukan figur dari kalangan internal yang cocok atau sesuai dengan kebutuhan untuk itu. Semuanya memang harus ditangani figur-figur dari internal, tidak harus sederek-dalem atau wayah-dalem. Tetapi harus punya persyaratan itu. Minimal, jauh dari niat ‘melik’ yang bisa menyebabkan ‘nggendhong lali’,” tandas Gusti Moeng selaku pemimpin “Bebadan Kabinet 2004”, kemarin.
Perbincangan ringan dengan iMNews.id sebelum menjalankan tugas sebagai penguji siswa peserta ujian praktik yang digelar sanggar Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Mataram Surakarta di Bangsal Smarakata, Rabu (8/11), Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat yang memiliki nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu mengungkapkan berbagai alasan tentang kosongnya beberapa jabatan Pengageng Bebadan itu. Seperti diketahui, “Bebadan Kabinet 2004” yang dibentuk bersama Sinuhun Suryo Partono di tahun 2004, selama 5 tahun tak bisa bergerak akibat “insiden mirip operasi militer 2017”.
Insiden berindikasi pelanggaran HAM itu, diteruskan dengan penutupan kraton dari dunia luar hingga datang peristiwa “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton 17 Desember 2022”, kraton baru bisa kembali terbuka secara berangsur-angsur dan berkomunikasi dengan dunia luar. Tetapi selama lima tahun lebih sejak April 2017 hingga 2022 itu, banyak sekali figur tokoh penting di kraton berguguran, meninggalkan jabatannya yang kosong dan belum bisa diisi hingga sekarang. KGPH Kusumayuda selaku Pengageng Kusuma Wandawa dan BKPH Prabuwinoto selaku Pengageng Mandra Budaya, lebih dulu wafat jauh sebelum insiden 2017.
Selama lebih lima tahun itu, semua yang ada di jajaran “Bebadan Kabinet 2004” pimpinan Gusti Moeng itu, berangsur-angsur ditinggal wafat oleh KPH Satryo Hadinagoro (Pengageng Museum dan Pariwisata Kraton), KP Winarno Kusumo (Wakil Pengageng Sasana Wilapa) yang juga budayawan kraton. Kemudian GKR Galuh Kencana (Pengageng Keputren), KPH Broto Adiningrat (Wakil Pengageng Kusuma Wandawa), GKR Sekar Kencana (Pengageng Mandra Budaya), GKR Retno Dumilah (Pengageng Pasiten), GPH Nur Cahyaningrat (Pengageng Yogiswara) dan beberapa abdi-dalem jurusuranata yang juga wafat dalam lima tahun itu.
“Kita sudah kehilangan pejabat sebanyak itu. Banyak yang mendahului saat kita berada di luar. Artinya, proses regenerasi terpaksa dilakukan sebisanya. Tetapi, kini kami memang benar-benar kekurangan SDM setelah figur-figur itu wafat. Karena sulit mendapatkan pengganti yang benar-benar siap, ya terpaksa saya biarkan kosong beberapa jabatan itu. Terutama jabatan Pengageng Pasiten. Karena, jabatan ini sangat berisiko dan rentan terhadap penyalahgunaan. Dulu, (pejabatnya-Red) malah bersekongkol dengan Agraria (Kantor Badan Pertanahan-Red), menjual tanah-tanah aset kraton,” tunjuk Gusti Moeng menyontohkan.
Sejak 2004 hingga 2017, jabatan Pengageng Pasiten dipercayakan kepada GKR Retno Dumilah SH MHKn, selama itu disebutkan Gusti Moeng nyaris tidak terjadi “abuse of power” atau penyalahgunaan jabatan/kekuasaan di bidang aset-aset kraton khususnya tanah. Tetapi sebelum 2004 dan selama kraton ditutup secara sepihak sejak “insiden mirip operasi militer 2017” hingga 2022, banyak laporan yang masuk tentang tanah-tanah aset kraton rata-rata yang menjadi bagian kawasan makam leluhur Dinasti Mataram, lepas dan beralih kepemilikan di tangan orang lain.
Untuk itu, lanjutnya, Pengageng Sasana Wilapa selaku koordinator “Bebadan Kabinet 2024” tidak akan terburu-buru mengisi kekosongan jabatan yang ditinggal GKR Retno Dumilah, karena memang belum ada figur yang sidan dan sesuai dengan kebutuhan untuk jabatan itu. Untuk beberapa jabatan kosong lain, misalnya Pengageng Mandra Budaya dan Pengageng Yogiswara, memang ada nama-nama seperti KPH Raditya Lintang Sasangka yang cocok untuk jabatan Pengageng Mandra Budaya dan KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo yang juga cocok sekali untuk kebutuhan mengisi jabatan Pengageng Yogiswara.
“Tetapi, nanti dulu, sabar. Tunggu perkembangan. Karena, beberapa nama yang ada punya sifat kaku atau kurang luwes ketika berkomunikasi dengan pihak lain untuk keperluan-keperluan tertentu. Dalam situasi dan kondisi sekarang, kalau bersikap kaku atau kurang luwes, akan menjauhkan pihak-pihak yang sebenarnya ingin mendekat dan mendukung. Kalau ada kekurangan, seharusnya bisa dibenahi sambil bersama-sama bekerja. Tetapi, itu tadi, harus punya sifat ‘tresna’ dulu. Lalu paham, berdedikasi, jujur dan syarat-syarat lain untuk suwita,” jelas Gusti Moeng.
Berkait dengan pengisian beberapa jabatan yang masih kosong yang menyebabkan sub-Bebadan itu vakum, juga disebut Sanggar Pawiyatan Dalang yang menempati kompleks bangunan Bale Agung, yang kini dimanfaatkan sebagai ajang sanggar Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Mataram Surakarta. Karena abdi-dalem yang dipercaya mengelola tempat itu sudah lama “menghilang” dan tidak menyerahkan kembali ke pihak otoritas di kraton, sanggar itu vakum lama dan terpaksa dimanfaatkan sebagai ajang para siswa yang belajar tata busana dan paes pengantin adat Jawa gaya Surakarta itu. (won-i1).