Pendapa Magangan Alternatif Utama Paling Ideal
SURAKARTA, iMNews.id – Kegiatan belajar-mengajar sanggar Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Mataram Surakarta yang sudah menginjak tahun ketiga sejak berdiri di tahun 2021, kini semakin membutuhkan tempat belajar yang lebih luas atau lebih representatif karena animo masyarakat yang ingin belajar semakin meningkat. Gusti Moeng selaku Pangarsa Yayasan Pawiyatan Kabuayan Kraton Mataram Surakarta menyatakan, kini sedang memikirkan kompleks Pendapa Magangan yang diharapkan segera bisa dipersiapkan sebagai ajang kegiatan belajar untuk menampung animo masyarakat luas.
“Kalau melihat animo masyarakat, trend peminat belajar di sanggar pasinaon paes ini kelihatan meningkat. Jadi, sudah tidak memungkinkan diadakan di Bale Agung. Walaupun, sebenarnya kegiatan pasinaon paes membuat tempat itu kembali hidup, ramai dan regeng, karena aktivitas sanggar pawiyatan pedalangan vakum. Tetapi, dengan adanya trend animo peminat pasinaon paes meningkat, memang perlu dicari tempat lain yang lebih luas. Dan di antara berbagai tempat yang paling ideal, di Pendapa Magangan. Tetapi kami harus memikirkan tempat pengganti untuk menyimpan sirab bekas yang ditaruh di situ,” tunjuk Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Pendapa Magangan yang ditunjuk Gusti Moeng sebagai calon tempat ideal pengganti ajang sanggar Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Surakarta, lokasinya di dalam kawasan kedhaton yang paling dekat bisa dijangkau dari asar selatan yaitu melalui Kori Sri Manganti Kidul. Selain ruang pendapa sangat luas, halaman yang bisa dimanfaatkan untuk parkir kendaraan juga sangat luas. Bangunan pendapa sudah direnovasi sekitar tahun 2004, tetapi di dalamnya tersimpan kerangka bangunan pendapa yang tidak lengkap, yang dibawa dari Ibu Kota Mataram Islam di Kartasura setelah peristiwa kudeta Mas Garendi.
Di pendapa ini, Gusti Moeng berharap bisa menampung siswa sanggar Pasinaon Tata Busana saha Paes lebih banyak dibanding sekarang, yang karena faktor kecilnya lokasi bangunan Bale Agung, paling banyak hanya bisa menampung kegiatan belajar 20 siswa saja. Namun, lokasi Pendapa Magangan kini masih menjadi tempat menyimpan sirab bekas genting sejumlah bangunan penting di kraton, setelah diganti yang baru dan tidak bisa dimusnakan begitu saja. Kalau pendapa itu dimanfaatkan untuk sanggar pasinaon tata busana dan paes, harus secepatnya dicari tempat pengganti sebagai gudang untuk menyimpan ribuan keping sirab itu.
Di tempat terpisah, RM Restu B Setiawan selaku Ketua Pasinaon Tata Busana saha Paes Kraton Surakarta yang dimintai konfirmasi membenarkan bahwa animo peminat belajar di sanggar pasinaon milik kraton itu terus meningkat, sementara proses belajar-mengajarnya masih berada di kompleks bangunan Bale Agung yang kosong karena Sanggar Pawiyatan Dalang Kraton Surakarta vakum sejak 2017. Namun, keterbatasan tempat belajar itu juga berbanding lurus dengan keterbatasan dwija atu guru pengajarnya yang hanya sekitar 10 orang, sebagian besar sudah berusia lanjut.
Menurutnya, jumlah siswa yang diterimanya rata-rata 14 orang dalam 3 angkatan hingga tahun 2023 ini, adalah jumlah yang ideal yang bisa ditampung untuk menjalankan kegiatan belajar sesuai kapasitas tempatnya. Karena, ruang belajar sanggar pasinaon tata busana dan paes, harus menggunakan aneka macam perlengkapan yang makan tempat seperti meja panjang, tempat duduk, gawang untuk menjereng kain, kaca rias ukuran besar, peralatan rias dan sebagainya. Apalagi kalau saat kegiatan ujian yang pasti akan mendapat tambahan pasangan model yang akan menjadi objek peraga untuk dipaes dan ditata-busananya.
RM Restu menyebut, animo peminat belajar tata busana dan rias pengantin adat Jawa gaya Surakarta itu semakin meningkat, karena ada beberapa faktor yang di antaranya lembaga pasinaon yang menyelenggarakan adalah milik kraton dan lokasinya juga di kraton. Padahal, rias dan tata busana pengantin adat Jawa gaya Surakarta yang selama ini laris dan banyak dikagumi masyarakat luas di kota-kota besar di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, sebenarnya adalah bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Namun, kebanyakan animo peminat itu datang dari luar provinsi yang jauh, bahkan dari luar negeri yang menginginkan secara daring.
“Perkembangan dan permintaan seperti ini adalah problem sekaligus tantangan, yang ke depan harus didaparkan solusinya. Animo peminatnya sangat banyak, tetapi dari luar provinsi yang jauh, atau dari luar Jawa. Padahal, program belajarnya hanya 6 bulan. Peminat angkatan tahun ini misalnya, ada yang dari Provinsi Jambi dan Palembang, Sumatera. Ada juga yang dari Makasar, Sulsel. Mungkin tidak ‘cucuk’ kalau mengeluarkan biaya indekos dan sebagainya untuk 6 bulan saja. Yang dari luar negeri juga banyak. Mereka ingin belajar melalui daring atau zoom virtual. Kami jelas belum siap untuk itu,” jelas RM restu.
Berakhirnya program belajar angkatan 2023 ini, akan diakhiri dengan wisuda pelepasan para lulusannya yang diagendakan bulan Desember ini, dan tempatnya akan dipilih salah satu hotel di “Kota Pujangga” ini. Soal pelaksanaan wisuda, disebut kurang cocok kalau digelar di dalam lingkungan kraton, karena para tamu dan pengantar wisudawan akan repot apabila harus memenuhi persyaratan adat untuk masuk kraton. Namun, hotel yang menjadi pilihan untuk pelaksanaan wisuda, dipandang lebih tepat untuk meningkatkan intensitas publikasi dan marketing lembaga pasinaon.
Selain itu, lanjut Restu, saat pelaksanaan wisuda akan dibarengi dengan seminar dan workshop tentang bagian-bagian yang menyangkut tatacara upacara adat tata busana dan paes pengantin adat Jawa gaya Surakarta, yang untuk kali ini akan mengambil tema “krobongan”. Forum seminar dan workshop seperti ini perlu diadakan rutin dan makin intensif di tempat-tempat yang erat hubungannya dengan penyelenggaraan pesta pernikahan dan industri pariwisata, karena melalui cara-cara itulah menjadi pilihan yang tepat untuk publikasi dan marketing jenis jasa ketrampilan tata busana dan rias. (won-i1).