Tokoh yang Berjasa Menghadapi ”Ontran-ontran” Suksesi 2004
SOLO, iMNews.id – Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Satryo Hadinagoro adalah satu di antara sejumlah sentanadalem, yang telah mendahului barisan penegak paugeran yang dipimpin GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA Keraton Mataram Surakarta. Tadi malam (Kamis, 10/1), peringatan 1000 hari atau ”nyewu” meninggalnya ”mantudalem” Sinuhun PB XII (alm) itu, digelar LDA di Pendapa Pagelaran Sasanasumewa, dalam sebuah ritual religi doa, tahlil dan dzikir yang dipimpin abdidalem jurusuranata MNg Irawan Wijaya.
Ritual religi ”nyewu” tadi malam, dimulai pukul 19.30 dan berakhir sekitar pukul 21.00 WIB, dihadiri sekitar 200 undangan yang sebagian besar kalangan masyarakat adat di jajaran ”bebadan” dan keluarga almarhum KPH Satryo Hadinagoro serta sebagian keluarga putra/putri KRAy Pradapaningrum. Upacara peringatan ”nyewu” berlangsung dalam suasana protokol kesehatan ketat, dan dijaga aparat Polsek Pasarkliwon dan Satgas Covid 19 Kota Surakarta.
Tadi malam, ruang separo Pendapa Pagelaran yang digunakan untuk ritual religi dipasangi ”back ground” untuk dipasangi foto almarhum KPH Satryo. Di depannya, sebelah kanan duduk Gusti Moeng dan calon generasi penerusnya, Gusti Timoer (GKR Rumbai Kusumadewayani) dan putra/putri almarhum KPH Satryo. Sedangkan di bagian kiri, duduk para abdidalem jurusuranata dan ”kanca kaji”, termasuk MNg Irawan Wijaya yang memimpin doa, tahlil dan dzikir.
Ritual religi diakhiri dengan pelepasan sepasang burung merpati, yang diarak para abdidalem jurusuranata diikuti para putra/putri almarhum KPH Satryo, dari tempat upacara menuju teras Pendapa Pagelaran. Setelah membasuh sepasang burung dara, berturut-turut KRMP Ginda Ferachtriawan Danang Kusumo dan KBRAy Salindri Kusuma Dyah Ayuningrum melepas terbang sepasang merpati, disaksikan dua anak lain almarhum, yaitu KRMH Joyo Adilogo dan Giri Notolegowo.
Seperti diketahui, KPH Satryo Hadinagoro adalah satu di antara beberapa sentanadalem yang setia mendukung perjuangan Gusti Moeng hingga akhir hayat, 2019. Sementara, banyak saudara lelakinya yang justru menyingkir mencari ”kenikmatannya” sendiri. Barisan wanita Srikandi penegak paugeran yang sebelumnya mendominasi ”pergerakan” penyelamatan Keraton Mataram Surakarta dari ”kehancuran”, juga tanggal satu demisatu, termasuk istri KPH Satryo Hadinagoro, yaitu GKR Galuh Kencana, dan kini tinggal Gusti Moeng, Gusti Ayu dan Gusti Timoer.
”Makna filosofi melepas terbang sepasang burung merpati, adalah simbol keikhlasan kita melepas almarhum untuk menyatu dengan Sang Pencipta. Kenapa dilakukan saat 1000 hari ?, karena bersamaan dengan menyatunya jasad menjadi tanah. Tatacara memperlakukan manusia dalam budaya Jawa, sudah lengkap sekali. Bila dikupas lebih dalam, penuh nilai-nilai ketuhanan,” tunjuk KRRA Budayaningrat, pemerhati budaya Jawa yang juga dwija pada Sanggar Pasinaon Pambiwara Keraton Mataram Surakarta menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi pagi. (won-i1)