Malam Minggu, Penonton Pentas “Sekaten Art Fest” Makin Banyak

  • Post author:
  • Post published:September 24, 2023
  • Post category:Budaya
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Malam Minggu, Penonton Pentas “Sekaten Art Fest” Makin Banyak
KHAS BANYUWANGI : Tarian "Jejer Jaran Dawuk", khas Banyuwangi (Jatim) yang bercirikan meriah iringannya, Sabtu malam Minggu (24/9) atau semalam ditampilkan Sanggar pelangi Ngesti Budaya di ajang "Sekaten Art Fest" di Pendapa Sitinggil Lor yang tentu menarik perhatian khusus para penonton/pengunjung Sekaten 2023. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pendapa Sitinggil Lor, Ajang Pentas yang Bergengsi, Bersejarah dan Masih Megah

SURAKARTA, iMNews.id – Malam Minggu atau malam panjang menjelang liburan, Sabtu (23/9/2023), menjadi malam pembuktian betapa suguhan kesenian tradisional klasik khas kraton, kreasi dan tarian inovatif berbasis budaya Jawa yang disuguhkan dalam pentas “Sekaten Art Fest” di Pendapa Sitinggil Lor dalam rangka Sekaten Garebeg Mulud 2023, ditonton pengunjung Sekaten melebihi malam-malam sebelumnya. Selain karena jumlah pengunjung Sekaten yang diperkirakan meningkat, semalam, “rombongan “supporter” grup-grup penyaji pentas dari sanggar-sanggar yang terlibat juga menyumbang pertambahan jumlah penonton pentas tari malam itu.

SRIMPI ANGLIR MENDUNG : Tari klasik khas Kraton Mataram Surakarta, “Srimpi Anglir Mendung” sajian Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, adalah tarian yang masuk kategori “berat” dan “mahal” yang digelar di arena “Sekaten Art Fest” di Pendapa Sitinggil Lor, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sepanjang pengamatan iMNews.id sejak malam pertama “Sekaten Art Fest” didapat data, tiap malam hingga malam kedua Sabtu (23/9), terus terjadi peningkatan penonton di arena pentas bangunan bersejarah yang megah Pendapa Sitinggil Lor kawasan Kraton Mataram Surakarta. Penambahan jumlah itu memang tidak terlalu mencolok dari malam pertama sekitar 300-an orang, yang menjadi sekitar 400-an orang di malam Minggu atau semalam. Tetapi, tiap malam itu, ada seratusan prang “supporter” dari semua grup penyaji yaitu sanggar-sanggar tari dari luar kraton yang dilibatkan untuk berekspresi di ajang pentas memeriahkan Sekaten 2023 alias menyambut hari Maulud Nabi Muhammad SAW itu.

DIKUASAI USAI ANAK : Tari fragmen “Sancoyo Kusumo Wicitro” dari Sanggar BSAJ yang digelar di arena pentas “Sekaten Art Fest” di Pendapa Sitinggil Lor, semalam, adalah jenis tarian klasik untuk usia dewasa yang mulai disukai dan dikuasai usia anak-anak. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Faktor-faktor penyumbang penonton “Sekaten Art Fest” itu dibenarikan Dr Purwadi, peneliti sejarah dari Lokantara Pusat di Jogja yang ikut menyaksikan pentas pada malam pertama, Jumat malam (22/9). Dari tiga sanggar tari rata-rata yang diagendakan tampil tiap malamnya, dua sanggar dari luar kraton rata-rata menyuguhkan 4 tarian yang masing-masing melibatkan antara 3-8 anak usia SD atau SMP, bahkan ada yang masih TK. Tiap grup penyaji atau tiap sanggar, diperkirakan didukung 50-an “supporter” bahkan sampai 70-an “supporter” karena banyak keluarga yang hadir mendukung satu di antara penari anggota grup yang tampil.

TARI MERAK : Tari “Merak” merupakan jenis tarian rakyat yang disukai usia anak-anak (TK-SD) karena sangat mudah dipelajari, disajikan Sanggar Pelangi Ngesti Budaya di arena pentas “Sekaten Art Fest” di Pendapa Sitinggil Lor, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Setelah selesai pentas, berfoto-foto bersama grup dan ambil view di sekitar lokasi pentas, lalu pulang bersama supporternya. Karena jumlah supporternya banyak, kelihatan sekali jumlah yang menonton berkurang banyak setelah grup-grup dari sanggar selesai bertugas dan pulang. Jadi, itu bukan murni penonton sajian seni atau warga yang memang punya kesadaran, punya waktu, punya uang dan punya kewajiban melestarikan seni budaya. Tetapi, bisa juga karena faktor usia anak-anak yang terlibat dalam pentas itu, kalau sudah pukul 20.00 punya tradisi harus istirahat atau saatnya tidur. Jadi, kalangan orangtua/keluarganya terpaksa meninggalkan lokasi pentas,” ujar Dr Purwadi yang tertarik mencermati ritual Sekaten di alam perubahan.

KEMERIAHAN USIA TK : Sajian tari “Melawan Putus-Asa” yang disajikan Sanggar Pelangi Ngesti Budaya di arena pentas “Sekaten Art Fest” di Pendapa Sitinggil Lor, semalam, adalah jenis tari yang benar-benar menghibur para penonton/pengunjung Sekaten 2023. Suasana itu, menjadi suasana kemeriahan anak-anak usia PAUD/TK yang menggemaskan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kepada iMNews.id, Dr Purwadi juga melihat faktor lokasi pentas di Pendapa Sitinggil Lor, adalah arena yang sangat bergengsi, bersejarah dan masih tampak megah walau butuh segera dirawat serius. Kemegahan itu tentu saja sangat dirasakan saat tampilnya tari “Srimpi Anglir Mendung” yang disebutkan lama sekali tak ditampilkan setelah diciptakan. Selain itu, sanggar tari dari Karanganyar, BSAJ, menyuguhkan tari Srimpi Manggala Retna di antara 4 repertoar tari. Sedangkan Sanggar pelangi Ngesti Budaya Surakarta, menyuguhkan tarian khas Banyuwangi (Jatim) “Jejer jatan Dawuk” di antara 6 repertoar tari. Malam ketiga, Minggu malam nanti mulai pukul 19.30 WIB, Sanggar BSAJ dan Sanggar Orek tampil menyuguhkan beberapa repertoar tari. (won-i1)