Pura Mangkunegaran Ajak Masyarakat Adatnya Kembalikan Marwah Batik

  • Post author:
  • Post published:August 16, 2022
  • Post category:Budaya
  • Reading time:3 mins read

Motif Setempat Jadi Karakter Sangat Kuat yang Harus Dilestarikan

SURAKARTA, iMNews.id – Kementerian BUMN bekerjasama dengan Pura Mangkunegaran dalam memberdayakan masyarakat adatnya, agar menguasai pengetahuan tentang salah satu asetnya yang sangat berharga, yaitu batik khas Mangkunegaran. Aktivitas pemberdayaan itu diwujudkan dengan pelatihan membatik atau melukis motif batik dengan canthing, yang dilakukan sekitar 100 abdidalem warga masyarakat adat setempat, di teras museum kereta kompleks Pura Mangkunegaran, tadi sore, dari pukul 16.00  -18.00 WIB.

“Ini merupakan bentuk kegiatan yang tepat, ketika Kemen BUMN ingin memberdayakan masyarakat adat Pura Mangkunegaran. Karena, marwah batik khas yang berkarakter Mangkunegaran, perlu segera uluran tangan, mendesak dilestarikan. Masyarakat adat Mangkunegaran yang memiliki, tentu harus menguasai pengetahuan tentang batik dan motif khusus cirikhas Mangkunegaran. ‘Kan jadi aneh, kalau kalangan abdidalem Pura tidak paham batik. Syukur bagi bisa mbatik. Setidaknya, menguasai pengetahuan tentang batik, khususnya motif Pura,” jelas Dr Widodo Aribowo selaku Pimpinan Tim Pelaksana Pelatihan “Mbatik”, menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi sore.

DIMINTA BERFOTO : SP MN X yang menyambangi pelatihan mbatik yang digelar bersama antara Pura dan Kemen BUMN di teras museum kereta Pura Mangkunegaran tadi sore, diminta berfoto bersama oleh seorang peserta sambil membawa mori yang digunakan letihan “mbatik”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Doktor “kajian budaya” dari Akademi Seni Mangkunegaran (Asga) itu menjelaskan, pelatihan “mbatik” ini perlu tindak-lanjut secara bertahap dan runtut khusus bagi kalangan abdidalem atau masyarakat adat Pura, dan juga masyarakat umum. Khusus untuk masyarakat adat, pelatihan bisa ditingkatkan ke bentuk-bentuk studi pengenalan lebih intensif yang disertai praktik, sedang untuk publik secara luas bisa diwujudkan dalam bentuk lomba dengan tingkatan dari yang sederhan hingga sedang.

Dalam pelaksanaan pelatihan kemarin, sekitar 100 peserta diberi tempat praktik berlatih yaitu gawang untuk membatik, lengkap dengan peralatannya yaitu “dingklik” (untuk duduk), sepotong mori yang sudah terlukis pola yang disampirkan gawang, wajan berisi “malam” (lilin) yang dipanasi di atas “anglo” atau tungku berbahan bakar arang, serta canthing. Pelatihan ini hanya diberikan untuk tahap 2 atau dasar, yang dalam proses “mbatik” bisa disebut “ndasari” atau “nyariki” di atas garis pola yang sudah ada, sementara tahapan membatik manual atau tradisional secara profesional ada 8 tahap.

KGPAA Mangkunagoro (MN) X tampak melihat-lihat para peserta yang kebanyakan abdidalem yang sudah dikenalnya, karena sehari-hari bertugas di lingkungan Pura. Banyak di antara para peserta yang memimnta berfoto dengan Sri paduka (SP) MN X yang masih sangat muda itu. Di antara para peserta itu, juga ditampilkan beberapa motif batik khas Pura yang sangat berkarakter kuat, antara lain “Mimi lan Mintuna”, “Parang usus Keli”, “Kawung Picis”, “Trumtum Byur”, “Semen Gunajaya” dan sebagainya.  (won-i1)