Pakasa Banjarnegara Gelar Jamasan Pusaka Kalimasada

  • Post author:
  • Post published:October 24, 2021
  • Post category:Budaya
  • Reading time:5 mins read

Putra Mahkota KGPH Mangkubumi Juga Tampak di Ritual Itu

BANJARNEGARA, iMNews.id – Pengurus Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa) Cabang (Kabupaten) Banjarnegara menggelar upacara adat yang rutin dilakukan tiap tahun, yaitu Jamasan Pusaka dan Garebeg Kalimasada di sebuah situs petilasan sejarah yang ada di Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Selasa (19/10), tepat di
hari besar peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Dalam upacara adat yang didahului wisuda abdidalem dan penyerahan kekancingan gelar sesebutan untuk 12 anggota baru Pakasa cabang itu, dihadiri Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng), Pangarsa Punjer Pakasa KPH Edy Wirabhumi, putra mahkota KGPH Mangkubumi dan rombongan sentanadalem dari keraton.

Ketua Pakasa Cabang Banjarnegara KRAT Eko Budiharjo Tirtonagoro menyebutkan, Kabupaten memiliki banyak event upacara adat karena banyak peninggalan sejarah yang terus dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat adat setempat. Banyaknya makam, petilasan dan situs bersejarah lainnya di daerah itu, mengingat kabupaten itu adalah bagian dari wilayah Keraton Mataram Surakarta selama 200 tahun (1745-1945), bahkan sejak Keraton Mataram Kartasura
(1703-1745) maupun Keraton Mataram Hindu dan menjadi Islam di bawah Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma (1588-1703), bahkan punya hubungan dengan keraton-keraton sebelum itu.

MULAI MEMAHAMI : Sebagai putra mahkota, KGPH Mangkubumi mulai memahami berbagai hal yang kelak harus dijalani ketika menerima tongkat kepemimpinan di Keraton Mataram Surakarta. Di antaranya, adalah mengikuti jalannya upacara adat dan mengenal lebih dekat dengan para pengurus Pakasa Cabang Banjarnegara yang menggelar upacara adat jamasan pusaka di makam Ki Ageng Giring di Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, belum lama ini.(foto : iMNews.id/dok)

Di tempat terpisah, hal tersebut juga dibenarkan Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (Lokantara) Pusat di Jogja, Dr Purwadi yang menulis hampir semua sejarah berdirinya daerah di Pulau Jawa dan kajian ilmiahnya dengan latar belakang sejarah kerajaan-kerajaan yang ada sebelumnya. Dalam bukunya berjudul ”Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma”, ”Kabupaten Banjarnegara”, ”Kabupaten
Kebumen” di antara ratusan judul buku yang ditulis, daerah-daerah (kabupaten/kota) yang ada sekarang ini, hampir semua terbentuk pada masa Keraton Mataram terutama Mataram Islam, dengan yang mulai menggunakan sistem administratif pemerintahan baik.

”Di antara yang kami lestarikan, adalah Jamasan Pusaka dan Garebeg Kalimasada di Desa Gumelem
Wetan Kecamatan Susukan. Event-event lain banyak sekali dalam setahunnya. Di antaranya itu juga sudah bekerjasama dengan Pemkab. Karena diproyeksikan menjadi objek wisata, yang hasilnya bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Yang jamasan pusaka dan Garebeg Kalimasada,
kami minta Ketua LDA dan Pangarsa Punjer Pakasa hadir. Beliau berdua memberikan sambutan.
Pakasa, warga dan Pemkab yang menyaksikan, menyampaikan terima kasih karena kini mulai terjalin kembali hubungan antara Keraton Surakarta dengan masyarakat Banjarnegara, melalui event-event tersebut,” ujar KRAT Eko menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.

YANG DIJAMAS : Sejumlah pusaka terdiri dari keris dan tombak yang akan dijamas dalam upacara adat jamasan dan Garebeg Kalimasada yang digelar Pakasa Cabang Banjarnegara di  makam Ki Ageng Giring di Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, belum lama ini. Aacara itu dihadiri Gusti Moeng selaku Ketua LDA Keraton Mataram Surakarta, KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Punnjer Pakasa), KGPH Mangkubumi
(Putra Mahkota) dan rombongan dari Solo.(foto : iMNews.id/dok)

Di tempat terpisah, Gusti Moeng selaku Ketua LDA membenarkan, hubungan antara masyarakat di
daerah yang pernah menjadi wilayah Keraton Mataram terutama sejak Sultan Agung, hingga kini tetap memiliki hubungan emosional, kultural dan kekerabatan yang luar biasa dengan Keraton Mataram Surakarta sebagai penerus terakhir Mataram. Meski Keraton Mataram berakhir di Surakarta hingga 200 tahun sampai saat bergabung dengan NKRI di tahun 1945, tetapi, hubungan kekerabatan
itu masih terjalin baik dalam kegiatan-kegiatan pelestarian budaya (Jawa) yang bermanfaat bagi ketahanan budaya bangsa.

”Benar. Kemarin kami mewisuda 12 abdidalem yang menjadi anggota Pakasa. Sehabis itu, saya menyaksikan jamasan pusaka di makam yang diyakini sebagai makam Ki Ageng Giring di Gumelem. Catatan yang ada di keraton, tiap ada pergantian Sinuhun, mesti memetik kembang Wijayakusuma di pulau Nusakambangan, lalu disanggarkan di makam Sunan Giri, yang juga di Gumelem. Ada sedikit perbedaan dengan cerita yang berkembang di masayarakat, ini yang perlu ditegaskan lagi,” ujar Gusti Moeng menyinggung sebagian sambutannya saat mengikuti upacara jamasan pusaka di kompleks makam Ki Ageng Giring. (Won)