Potong Tumpeng dan Melepas Lebih Seribu Peserta Kirab Budaya di Kecamatan Dawe
KUDUS, iMNews.id – KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro membuat “kejutan” kalangan warga Pakasa Cabang Kudus, para santri dari empat Majlis Taklim asuhannya serta warga Desa Margorejo, Kecamatan Dawe, Minggu siang (23/2). “Kejutan” itu adalah kehadiran putra mahkota KGPH Hangabehi yang “didaulat” untuk dirayakan ulang-tahunnya ke-40.
Bahkan tak hanya “didaulat” untuk dirakayakan ultahnya, KGPH Hangabehi juga “didaulat” potong tumpeng dan memberi pidato sambutan dalam upacara pembukaan kirab budaya serta melepas peserta kirab. Doa dan potong tumpeng ultah ke-40 digelar di kediaman KRRA Panembahan Didik Singonagoro di Desa Gondangmanis, sebelum melepas kirab di Desa Margorejo, Kecamatan Dawe.
Doa dan potong tumpeng ultah secara terbatas digelar KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) selaku tuan rumah di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae. Di resepsi kecil sebelum event kirab dimulai pukul 13.00 WIB itu, tuan rumah juga menyerahkan cinderamata nomer perdana telepon seluluer sesuai tanggal, bulan dan tahun kelahiran Gusti Behi.
Di tempat upacara, selain ada banner berisi foto KGPH Hangabehi juga tertulis kalimat perayaan ultahnya ke-40. Petugas MC-pun berulang-ulang mengumumkan kehadiran putra mahkota itu secara pribadi itu. Perayaan ultah juga menjadi ekspresi bersama seribuan peserta kirab yang berkumpul di halaman markas “Kafari Group”, karena diumumkan KRRA Panembahan Didik.

“Iya, betul. Selain spanduk banner foto Gusti Behi dengan kalimat mengayubagyo pengetan ambal warsa ke-40, saya sendiri yang mengumumkan peryaan ulang tahunnya saat memberi sambutan. Selain itu, Petugas MC juga berulag-ulang membaca tulisan yang ada di banner background panggung upacara pembukaan kemarin. Jadi, semua yang hadir ikut merayakan ultah Gusti Behi”.
“Semula kami agak khawatir, kalau Gusti Behi tidak bisa hadir. Karena undangan kami itu tidak resmi. Hanya secara pribadi untuk merayakan ulang tahun. Maka, bunyi kalimat banner spanduk dan back-groundnya, ya seperti itu. Artinya, kalau beliau tidak bisa hadir, kami tetap merayakan ultahnya. Kalau hadir, ya kami semua sangat senang,” ujar KRRA Panembahan Didik.
Ketua Pakasa Cabang Kudus yang dimintai konfirmasi iMNews.id, pagi tadi selanjutkan menyebutkan, karena KGPH Hangabehi bersedia hadir tepat pada saat Pakasa menggelar ritual dan kirab budaya “Mapag Wulan Siyam”, maka “dimanfaatkan” untuk menandai upacara itu. Gusti Behi diminta memberi sambutan dan diajak bersama-sama melepas peserta kirab, siang kemarin.
“Karaton Surakarta Hadiningrat lan para sentana nyenyuwun, mugi Allah SWT paring donga lan pangestu mugi lampahing kirab budaya Mapag Wulan Siyam ingkang dipunwontenaken ing Dusun Margorejo mriki, tansah kaganjar wilujeng, lancar lan mboten wonten alangan satunggal menapa. Amargi ancasipun kangge lestari lan ngrembakanipun Budaya Jawi ingkang asumber saking kraton”.

Sambutan singkat KGPH Hangabehi dalam bahasa Jawa krama inggil itu, menjadi “kejutan” yang luar biasa bagi Pakasa Cabang Kudus dan lebih dari seribu warga yang mengikuti kirab siang itu. Saat memberi sambutan, Gusti Behi didampingi KRRA Panembahan Didik, RT Rasmaji yang memimpin utusan “Kanca-Kaji” Pakasa Cabang Jepara dan faksi-faksi Pakasa Cabang Pati.
Undangan dari kalangan Forkopimpcam dan pamong desa juga tampak pada upacara pembukaan ritual “Mapag Wulan Siyam” dan pelepasan peserta kirab menyambut datangnya bulan Ramadhan itu. Event digelar Pakasa Cabang Kudus di markas kerja Kafari Group itu sebagai pengelola event di Desa Margorejo, Kecamatan Dawe itu, juga diikuti warga dan para pelajar setempat.
“Dalam sambutan, saya menekankan soal akulturasi antara Budaya Jawa dan Islam. Itu yang selalu saya sosialisasikan di manapun melalui berbagai kegiatan pelestarian Budaya Jawa. Saya sering mencontohkan, bahwa Raja Mataram Islam pertama Panembahan Senapati sampai seterusnya, mengenakan busana kebesaran Jawi jangkep. Berblangkon, bukan berpeci,” tambahnya.
Sementara itu, jalannya kirab disebutkan tak begitu lama dan tidak melelahkan, karena jarak rutenya hanya sekitar 3 KM, mengelilingi sebagaian wilayah Desa Margorejo. Barisan kirab termasuk panjang, karena banyak pesertanya yang tidak bisa masuk lokasi pelepasan di areal kebun durian sekitar “basecamp” Kafari Group, karena sudah penuh peserta dan undangan.

Anggota Pakasa cabang dikerahkan nyaris semuanya, termasuk para santri anggota 4 Majlis Taklim asuhan KRRA Panembahan Didik. Ada lebih 120 songsong bersusun dan tunggal atribut simbol khas Pakasa Kudus, dikeluarkan dalam kirab itu. Lima replika keris jumbo, Alqur’an jumbo pusaka Pakasa Kudus-pun dikeluarkan, selain pusaka keris Kiai Singkir Udan.
KRRA Panembahan Didik berharap, kemasan ritual kirab “Mapag Wulan Siyam” tahun depan bisa ditingkatkan lebih baik lagi. Ia juga berharap bisa menghadirkan lagi KGPH Hangabehi secara resmi mewakili lembaga, atau bahkan Gusti Moeng dan rombongan kraton, di event haul Kyai Glongsor atau lainnya. Pakasa Kudus perlu banyak bimbingan untuk keperluan seperti ini. (won-i1)