Agenda “Tour de Ruwah” 2025 dan Semangat Generasi Muda, Walau Ekonomi Lesu (seri 2 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:February 21, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:9 mins read
You are currently viewing Agenda “Tour de Ruwah” 2025 dan Semangat Generasi Muda, Walau Ekonomi Lesu (seri 2 – bersambung)
PIMPIN RITUAL : Putra mahkota KGPH Hangabehi saat bersama rombongan kraton yang menggelar ritual Nyadran di Pesanggarahan Parangkusuma, sebagai akhir dari rangkaian ziarah di bulan Ruwah Tahun Je 1958/2025 di beberapa lokasi makam di DIY, Kamis (6/2). (foto : iMNews.id/Dok)

Komposisi Daya Dukung Momentum Ritualnya Juga Berubah dan Berbeda

IMNEWS.ID – BARU menyebut soal pendamping internal terdekat dari tokoh yang selama ini memimpin setiap upacara adat di kraton, khususnya ritual Nyadran di bulan Ruwah, titik-titik beda dan perubahan sudah banyak. Kalangan internal terdekat yang silih-berganti tampil mendampingi GKR Wandansari Koes Moertiyah, pasti menjadi perhatian lebih serius karena menyimpan makna.

Kalau dulu Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA itu lebih sering didampingi “putri-putri pejuang paugeran adat”, setelah satu demi satu mereka “berpulang”, jelas menjadi hal yang sangat beda secara citra visualnya. Karena, Gusti Moeng tinggal didampingi si bungsu, Gusti Ayu (GKR Ayu Koes Indriyah), karena Gusti Galuh, Gusti Sekar dan Gusti Retno “bergiliran berpulang”.

TANAM POHON : Putra mahkota KGPH Hangabehi memimpin utusan-dalem kraton untuk menggelar upacara adat Nyadran di Astana Tegalarum, Kabupaten Slawi/Tegal, Kamis (13/2) siang. Setelah itu, dia menerima penyerahan bibit pohon “Wijaya Kusuma” untuk ditanam di barat cungkup Sinuhun Amangkurat Agung. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dinamika hubungan para tokoh internal terdekat ternyata berlangsung sangat tajam di sekitar peristiwa “Dekrit Lembaga Dewan Adan (LDA)”, 8 Agustus 2024. Karena, sampai pasa peristiwa ini “Trio Wek-wek” seperti “dilepas” dari perhatian jajaran “Bebadan kabinet 2004”. Dalam beberapa watu, Gusti Moeng hanya didampingi BRAy Arum, puteri KGPH Madu yang banyak membantu.

Tetapi, situasi dan kondisi berkurangnya dukungan akibat lepasnya “Trio Wek-wek”, tak berlangsung lama. Karena, KGPH Puger dan KGPH Madu Kusumonagoro segera muncul dan merapat, bahkan banyak hadir di ritual Nyadran 2025 ini. Bersamaan itu, para wayah-dalem generasi mudapun juga makin sering muncul di berbagai kesempatan, terutama putra mahkota KGPH Hangabehi.

ELEMEN KANCA-KAJI : Tak hanya elemen Pakasa Cabang seperti dari Jepara misalnya, abdi-dalem “Kanca-Kaji” yang mewakili cabang itu menjadi elemen pendukung yang melengkapi ritual Nyadran yang dipimpin KGPH Hangabehi di makam Sinuhun Amangkurat Agung, Astana Pajimatan Tegalarum, Kamis (13/2). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ini berarti, dari sisi komposisi kelompok atau pasangan bertugas pada tiap agenda Nyadran berlangsung, jelas berbeda karena berubah dari yang tampak pada ritual yang sama di tahun lalu dan sebelumnya. Tak hanya tokoh pendamping internal terdekat yang berubah dan beda, dari Bebadanpun juga berubah sehingga menjadi beda, karena terkesan ada pembagian tugas bergiliran.

Sekitar 10 sentana darah-dalem dan sekitar 4 sentana garap, terasa masih sulit bisa dibagi rata jumlahnya bila bergiliran mendampingi Gusti Moeng atau KGPH Hangabehi atau berangkat sendiri memenuhi 7 agenda Nyadran selama Ruwah tahun 2025 ini. Inilah sinyalemen realitas tentang krisis SDM dalam strata adat di kraton, yang berulang-ulang diungkap Gusti Moeng.

PAKASA BERPERAN : Saat memimpin rombongan kraton Nyadran di Astana Pajimatan Desa Pulung, Kecamatan Pulung Merdiko dan beberapa lokasi makam lain di Kabupaten Ponorogo, KGPH Hangabehi mendapat sambutan hangat warga Pakasa. Pengurus cabang yang dipimpin KP MN Gendut Wreksodiningrat, sangat berperan dalam kegiatan itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KPP Adipati Sangkoyo Mangunkusumo, Wijoyo Adiningrat, KPP Purwo Taru, KPP Bambang Kartiko, KPP Haryo Sinawung, KRMH Saptonojati, KPP Warso, KRMP Bambang Sudarsono dan beberapa nama sentana-dalem yang masih aktif bertugas di bebera Bebadan, sepertinya sudah semakin berat melakukan tugas dalam perjalanan jarak jauh, dari 7 agenda Nyadran di bulan Ruwah ini.

Sedangkan di jajaran sentana-garap, hanyalah KP Siswanto Adiningrat, KP Puspito Adiningrat dan KP Husodonagoro yang masih aktif bergilir mengikuti agenda Nyadran. Selebihnya, perlu dukungan elemen Pasipamarto dan Pakasa dari cabang-cabang, meskipun ada di antara mereka sudah sibuk dan lebih banyak menjadi daya dukung tuan rumah lokasi makam yang “disadran”.

SISI SOLIDARITAS : Misi solidaritas Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin ketuanya, KP Bambang S Adiningrat, memang tak perlu diragukan lagi. Misalnya saat mendampingi warga Pakasa Cabang Grobogan, menerima menerima kedatangan rombongan Gusti Moeng yang Nyadran di makam Ki Ageng Getas Pendowo, Minggu (9/2). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Komposisi daya dukung berikut, dari kalangan wayah-dalem Sinuhun PB II atau generasi muda yang diharapkan akan menggantikan gelombang kepemimpinan ke depan. Pada momentum “Tour de Ruwah” ritual Nyadran di tahun 2025 ini, putra Mahkota KGPH Hangabehi, mendapat “jatah tugas” memimpin rombongan dari kraton dua kali, ke Kabupaten Slawi/Tegal dan Kabupaten Ponorogo.

Kelompok “generasi muda” yang dipimpin KGPH Hangabehi ini menjadi fenomena baru dan komposisi baru dalam ritual Nyadran “Tour de Ruwah” Tahun Je 1958/2025 ini. Calon “pemimpin baru” ini dikawal KPH Bimo Djoyo Adilogo, KRMH Suryo Manikmoyo, KRMH Suryo Kusumo Wibowo dan BRM Suryo Mulyo, wayah-dalem Sinuhun PB XIII. BRM Syailendra sempat muncul di awal musim Nyadran 2025 ini.

BARU DAN BERBEDA : Makam Ki Ageng Gatrasingo di Kecamatan Tegwanu, Kecamatan Grobogan yang didatangi Gusti Moeng dan rombongan Nyadran dari kraton atas permintaaan Pamong Makam setempat, Minggu (9/2), adalah lokasi tokoh baru dan berbeda dari daftar tujuan Nyadran tahun lalu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Komposisi tim atau kelompok utusan-dalem Nyadran dari Kraton Mataram Surakarta itu, secara keseluruhan selama agenda “Tour de Ruwah” 2025 berlangsung, jelas berbeda atau berubah dari sebelumnya. Belum lagi kalau mencermati beberapa elemen yang ada dalam setiap agendanya. Karena, selain unsur keluarga inti, ada jajaran Bebadan, elemen sentana-dalem dan elemen abdi-dalem.

Selain abdi-dalem garap, ada elemen abdi-dalem Pakasa cabang tuan rumah, elemen Pakasa cabang tamu, elemen Pasipamarta, elemen Putri Narpa Wandawa bahkan ada elemen anggota abdi-dalem “Bedhaya”. Komposisi seperti ini, jelas sangat membedakan dengan yang “bekerja” pada ritual Nyadran tahun-tahun lalu. Dari unsur ini saja, sudah banyak berubah, apalagi bagian lainnya. (Won Poerwono – bersambung/i1)