Empat Keturunan Dinasti, Hanya Mataram Surakarta yang Meneruskan Bedhaya Ketawang (seri 4 – habis)

  • Post author:
  • Post published:February 16, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Empat Keturunan Dinasti, Hanya Mataram Surakarta yang Meneruskan Bedhaya Ketawang (seri 4 – habis)
BUKAN SEWAAN : Para penari Bedhaya Ketawang sedang "gladen" pada weton Anggara Kasih di Pendapa Sasana Sewaka ini, adalah elemen penting untuk menjaga eksistensi kraton. Generasi penari muda Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta ini adalah kader penjaga kesinambungan dan eksistensi kraton, tetapi bukan penari sewaan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Penjaga Kelangsungannya Jelas, Bukan Masyarakat Adat “Rentalan” dan “Pocokan”

IMNEWS.ID – PADA posisi sekarang ini, mengenai status dan tanggung-jawab memiliki, merawat dan melestarikan tari Bedhaya Ketawang sudah jelas. Hanyalah Kraton Mataram Surakarta dan lembaga masyarakat adatnya yang paling bertanggungjawab untuk tugas-tugas dan kewajiban itu. Bahkan, jaminan tersedianya generasi penjaga kelangsungannya ke depan, jelas siap pula.

Sinyalemen yang sering dilemparkan Gusti Moeng mengenai semakin menurunnya jumlah SDM dari keluarga raja dan sentana darah-dalem, bahkan jumlah para abdi-dalem garapnya, jelas berkait dengan jaminan terjaganya kelangsungan Kraton Mataram Surakarta. Kelangsungan kraton dikhawatirkan, karena SDM yang mengurus tari Bedaya Ketawang dan lainnya makin berkurang.

Potensi ancaman tak terurusnya berbagai upacara adat selain tari Bedhaya Ketawang yang melekat pada ritual tingalan jumenengan, karena trend semakin berkurangnya jumlah SDM yang mengurus semua upacara adat dan kerja-kerja adat di kraton. Baik SDM dari elemen keluarga raja, sentana darah-dalem, sentana-garap dan abdi-dalem garap yang terus menurun jumlahnya.

ELEMEN MILITAN : Warga Pakasa adalah elemen masyarakat adat milik Kraton Mataram Surakarta yang “militan” dan berkembang pesat dalam dekade terakhir ini. Potensi daya dukung legitimatif yang bisa diandalkan dan menjadi solusi atas mengurangnya SDM di berbagai lini di kraton belakangan ini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Berkurangnya beberapa elemen itu, juga sudah dijelaskan Gusti Moeng dalam berbagai kesempatan, bahkan diisyaratkan Sinuhun PB XII ketika meminta KRMH Rio Yosodipuro dan Gusti Moeng untuk “golek kanca” (iMNews.id, 22/1/2025). Keluarga raja atau putra/putri Sinuhun PB XII, faktanya hanya beberapa dari lebih separo yang aktif, padahal semuanya ada 35 orang.

Dari sebanyak 35 orang itu, kini masih sekitar separo, tetapi sebagian besar “memilih jalannya” sendiri akibat peristiwan “ontran-ontran” suksesi tahun 2004 dan insiden “mirip operasi militer” tahun 2017. Bahkan, setelah “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022 lewat, kalangan wayah-dalem yang diharapkan tampil, malah sebagian ikut menghilang.

Di saat sebuah proses dinamika internal kraton berproses tajam pasca 17 Desember 2022, bersamaan dengan itu berlangsung proses penguatan elemen organisasi Paguyuban Kawula Karaton Surakarta (Pakasa). Dalam satu dekade terakhir, jumlah cabang di tiap kota/kabupaten semakin muncul pengurus Pakasa yang ditetapkan maupun embriyo-embriyonya, hingga jumlahnya 40-an.

SANGGAR PASINAON : Sanggar Pasinaon Pambiwara adalah elemen tersendiri yang bergerak dalam bidang edukasi untuk menjawab tantangan kebutuhan SDM pelestari Budaya Jawa dan penjaga kelangsungan kraton. Elemen Pasipamarta turunannya, adalah elemen daya dukung yang berkualitas bagi kelangsungan kraton ke depan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam waktu yang bersamaan pula, ada beberapa di antara para pengurus Pakasa dan elemen Pasipamarta dari Sanggar Pasinaon Pambiwara, bisa diandalkan menggantikan SDM sentana darah-dalem yang makin berkurang. Dalam tema-tema tulisan sebelumnya sudah dijelaskan, bahwa keluarga raja, sentana darah-dalem dan para abdi-dalem berkurang jumlahnya karena berbagai sebab.

Selain oleh beberapa peristiwa insiden di atas, jumlah beberapa elemen itu juga karena peristiwa alami dan peristiwa yang “direkayasa” yaitu program KB dan slogan norma keluarga kecil ideal/bahagia. Di satu sisi, program dan pesan moral itu bagus, tetapi menjadi potensi ancaman besar bagi kelangsungan kraton, yang notabene kelangsungan tari Bedahaya Ketawang.

Namun, melalui sejumlah elemen yang dimiliki kraton sejak lama, beberapa kekhawatiran itu diyakini akan bisa diatasi atau dijamin tidak akan terjadi. Karena, selain Sanggar Pawiyatan Beksa yang menghasilkan SDM penari Bedhaya Ketawang khususnya, beberapa sanggar lain yang juga dikelola Yayasan Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta kini makin eksis.

SEDANG DIPUPUK : Sanggar Paes dan tata-Busana Pengantin Jawa gaya Surakarta yang kini dipimpin GKR Ayu Koes Indriyah, merupakan elemen daya dukung legitimatif untuk pelestarian Budaya Jawa dan kelangsungan kraton. Elemen ini bergerak di bidang edukasi ketrampilan soal adat pernikahan, yang sedang dipupuk untuk berkembang. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Beberapa elemen lain seperti paguyuban Putri Narpa Wandawa, Sanggar Pasinaon Pambiwara, Pasipamarta, Sanggar Paes-Tata Busana, Sanggar Pawiyatan Dalang dan Pakasa, akan mampu menghasilkan SDM untuk mencukupi berbagai kebutuhan sesuai keperluannya. Dengan begitu, praktis produk SDM untuk menjaga kelangsungan kraton dan pelestarian Budaya Jawa sudah siap.

Oleh sebab itu, kebutuhan yang menjadi bagian dari mata-rantai dukungan untuk menjaga kelangsungan kraton, juga sudah tidak perlu dikhawatirkan. Karena, kebutuhan SDM penari Bedhaya Ketawang termasuk para pamong dan instrukturnya, juga sudah tersedia cukup. Itu berarti, satu kebutuhan pokok ritual tingalan jumenengan sudah ada potensi jaminannya tercukupi.

Dalam kepentingan lebih besar yaitu kewajiban dan tanggungjawab menjalankan tugas meneruskan warisan leluhur Mataram untuk memelihara tari Bedhaya Ketawang, sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi. Berbagai “wiradat” yang sudah dilakukan Gusti Moeng bersama Bebadan Kabinet 2004, jelas memperlihatkan Mataram Surakarta menjadi penerus Mataram Islam.

ELEMEN ULAMA : Karena riwayat Kraton Mataram Surakarta sebagai kraton Islam, maka khataman Alqur’an tiap Rabu Pahing menjadi aktivitas penting cirikhas Mataram. Elemen abdi-dalem ulama ini khsusnya Kanca-Kaji diaktifkan dan dikembangkan Gusti Moeng demi kelangsungan Mataram Islam Surakarta ke depan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam posisi seperti itu, Kraton Mataram Surakarta sudah tidak perlu mengalami kesulitan untuk mendapatkan daya dukung legitimatif bagi kelangan kelembagaannya dan semua produk seni-budayanya, termasuk pemeliharaan Budaya Jawa dan peradaban kapanpun dibutuhkan. Karena itu pula, mungkin tidak ada ceritanya kraton mencari-cari “abdi-dalem rentalan” atau “pocokan”.

Abdi-dalem sewaan atau “pocokan” (pinjaman) kini banyak menghiasi di tiap kegiatan adat di lembaga masyarakat adat lain selain Kraton Mataram Surakarta. Karena, rata-rata juga mengalami persoalan “kehilangan” SDM daya-dukung legitimatif karena proses alami, tetapi tidak punya solusi yang normatif, fundamental dan ideal melalui saluran resmi seperti di kraton.

Tak hanya masalah SDM daya dukung legitimatif yang cukup, kalangan lembaga masyarakat adat selain Kraton Mataram Surakarta, tetapi juga potensi ancaman terhadap eksistensi simbol-simbol kelembagaan adat dan kesakralannya. Karena, ada yang menggelar tingalan jumenengan di tempat yang sudah disewakan menjadi resepsi pernikahan “mirip gedung pertemuan”. (Won Poerwono – habis/i1)