Hanya “Kanca Kaji” Utusan Perwakilan Pakasa Cabang Kudus yang Kelihatan “Sowan”
SURAKARTA, iMNews.id – Seteleh “libur” beberapa waktu sejak memasuki bulan Ramadhan lalu, tradisi khataman Alqur’an tiap “weton malem Kamis Pon” dilanjutkan kembali mulai Rabu malam (2/10), semalam. Di bawah guyuran hujan sedang yang berlangsung sekitar 15 menit, ritual religi dimulai kembali di Bangsal Smarakata yang dipimpin Gusti Moeng.
Karena hujan turun di sebagian wilayah Surakarta, diduga membuat banyak peserta yang tidak hadir pada khataman Alqur’an, semalam. Diperkirakan hanya sekitar 50-an yang hadir dari biasanya rata-rata 100-an orang, hingga ruang di Bangsal Smarakata penuh tak bersisa. Tetapi, khusus untuk abdi-dalem utusan dari daerah tidak hadir bukan karena hujan.
“Karena waktunya yang berdekatan dengan agenda Labuhan ke Parangkusuma (Bantul, DIY-Red) besok Minggu (6/10), semua yang dari luar kota pasti mempertimbangkan memilih ikut pisowanan Labuhan. Mungkin saja karena banyak yang belum tahu dan mengalami upacara adat itu. Bahkan mungkin bisa sambil refreshing, karena lokasinya di pantai segara kidul,” ujar Yemy.
Yemy Triana, abdi-dalem staf kantor Sasana Wilapa itu saat dimintai konfirmasi iMNews.id menjelaskan beberapa kemungkinan itu yang bisa ada hubungannya dengan jumlah kehadiran abdi-dalem pada khataman Alqur’an, Rabu semalam. Tetapi, perkiraannya mungkin tidak seperti itu, karena semalam memang turun hujan sedang di Surakarta bagian selatan.
Walau diselingi hujan sebentar dan peserta yang hadir berkurang, tetapi khataman Alqur’an tetap berjalan lancar dan dimulai pukul 20.30 WIB saat Gusti Moeng memberi “dhawuh” kepada RT Irawan Wijaya Pujodipuro. Karena sudah mendapat isyarat untuk memulai, abdi-dalem jurusuranata itu langsung angkat mikropon memimpin doa, dzikir, tahlil dan shalawat.
Seperti biasa RT Irawan Wijaya Pujodipuro selalu ditemani KRA Madyo Hadinagoro untuk berbagi tugas memimpin jalannya khataman itu. Namun, malam itu tidak kelihatan para abdi-dalem “Kanca-Kaji” utusan dari Pakasa cabang seperti weton khataman sebelumnya. Juga para santri dari Ponpes di Salatiga, yang biasanya mengirim utusan sampai 40-an orang.
Satu-satunya perwakilan Pakasa cabang yang tampak adalah rombongan “Kanca-Kaji” dari Pakasa Cabang Kudus. Rombongan diutus ketuanya, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro, yang batal berangkat ke kraton karena vertigo kambuh. Dalam rombongan itu ada ibundanya, yaitu Nyi MT Tarmini Budoyoningtyas (82), Nyi MT Indah Larasingtyas (istri) dan putrinya.
Sebelumnya, KRA Panembahan Didik mengirim kabar kepada iMNews.id bahwa dirinya batal berangkat karena tiba-tiba vertigonya kambuh dan hanya bisa mengirim utusan. Tetapi saat ritual Labuhan, Minggu (6/10), akan diupayakan untuk bisa ikut hadir dengan rombongan dan memanfaatkan beberapa hari ini untuk beristirahat memulihkan kesehatannya.
Selain abdi-dalem Kanca-Kaji utusan Pakasa Cabang Kudus, beberapa cabang Pakasa lain yang biasanya mengirim utusan misalnya Pakasa Cabang Pati dan cabang Jepara, semalam tidak kelihatan. Abdi-dalem “Kanca-Kaji senior KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo dari Kabupaten Madiun yang biasanya tampak, semalam minta izin karena sedang mengikuti kuliah program S3.
Sementara itu, agenda ritual Labuhan yang akan digelar “Bebadan Kabinet 2004”, Minggu (6/10) di pantai “segara kidul” Parangkusuma, merupakan salah satu upacara adat Kraton Mataram Surakarta yang tidak harus dilakukan secara rutin. Karena memang tidak ada panduan baku soal waktunya. Untuk ritual ini, sejumlah Pakasa cabang sudah menyatakan akan ikut. (won-i1)