Umbul Donga Didukung 500-an Peserta dari Berbagai Elemen
SUKOHARJO, iMNews.id – Kasus perusakan situs bekas Keraton Kartasura (iMNews.id, 23/4) harus menjadi perhatian banyak pihak dalam bentuk peningkatan kewaspadan oleh kalangan aparat keamanan, dan dukungan pemeliharaan oleh pemerintah khususnya Pemkab setempat. Sementara, aksi keprihatinan atas insiden penjebolan pagar beteng dan penggalian lahan di dalam kompleks situs, semalam disikapi 500-an orang dari berbagai elemen masyarakat dengan doa dan dzikir dalam tajuk Umbul Donga Keprihatinan, yang berlangsung di dekat prasasti “Watu Kembar”, di dalam kompleks situs.
Menurut Nugi dari komunitas Greget Kartasura dan Diaz dari komunitas Kartasura Bergerak, tak ada isi acara secara khusus yang disajikan dalam berlangsungnya Umbul Donga Aksi Keprihatinan dari kalangan pemerhati dan pecinta budaya, semalam. Hanya doa dan dzikir yang dipimpin dua tokoh agama di antaranya dari warga Nahdliyin PR NU Kartasura, sebagai sajian utama acara yang berakhir pukul 23.00 WIB, semalam.
“Ada 30-an komunitas yang hadir dalam Umbul Donga Aksi Keprihatinaan; Tetesing Luh ing Kartasura semalam. Yang hadir sampai 500-an orang. Karena sekitar panggung di dekat prasasti Watu Kembar itu penuh mas. Ya inilah cara kami melawan tindak perusakan itu. Kami semua berkomitmen untuk menjaga dan merawat sejarah dan kearifan lokal yang kita miliki,” tandas Nugi sambil menyinggung isi tema aksi keprihatinan, menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi sore.
Sementara itu, Diaz berharap, agar semua elemen masyarakat sadar bahwa warga dirinya lahir dari peradaban Jawa, oleh karenanya harus peduli untuk merawat dan melestarikan segala bentuk peninggalan leluhur yang bermanfaat bagi kehidupan warga peradaban, di antaranya situs bekas Keraton Kartasura itu. Perusakan pagar tembok beteng situs bekas keraton itu, menurutnya sangat memprihatinkan siapa saja yang mengaku sebagai warga bangsa yang berbudaya.
“Aparat penegak hukum harus bertindak tegas atas perusakan ini. Bahkan siapa saja yang terkait dengan perusahan, termasuk berpindah tangannya tanah yang digali, harus diusut dan ditindak tegas,” harap Diaz ketika diminta tanggapan iMNews.id di tempat terisah.
Dihubungi iMNews.id di tempat terpisah, Ketua Pakasa Cabang Banjarnegara KRAT Eko Budiharto Tirtonagoro merasa prihatin dan mengecam terjadinya perusakan situs bekas Keraton Mataram Kartasura itu. Menurutnya, kejadian di bekas Ibu Kota Keraton Mataram di Kartasura itu tergolong sangat berani dan mengejutkan, karena kejadian serupa justru tidak pernah terjadi di wilayah Kabupaten Banjarnegara yang termasuk jauh dari lembaga-lembaga terpandang yang punya kepentingan dengan situs bangunan peninggalan bersejarah.
“Terus terang, Kabupaten Banjarnegara itu punya banyak sekali situs bangunan peninggalan sejarah, yang berkait dengan leluhur Dinasti Mataram. Jauh dari lembaga-lembaga berkepentingan seperti keraton. Tetapi selama ini aman-aman saja. Masyarakat dan semua elemen dan lembaga pengawasan dan keamanan, sangat sadar terhadap eksistensi budaya dan peraban Jawa yang harus dilestarikan. Semuanya sayang dengan nilai-nilai peninggalan leluhur. Semua titik lokasi situs peninggalan sejarah yang dijadikan destinasi wisata, mendapat bantuan pemeliharaan dan penyelenggaraan event ritual yang dilakukan,” papar KRAT Eko.
KRAT Eko menyebutkan, kompleks makam Sunan Giripit, kompleks makam Sunan Kalijaga di Astana Adisara dan beberapa kompleks makam lain yang menjadi bagian dari event “Garebeg Sadran Agung Adisara”, selalu mendapatkan perhatian dan dukungan dari Pemkab Banjarnegara. Semua eleman masyarakat tanpa kecuali, merasa memiliki, menjaga, merawat dan melestarikan, yang antara lain melalui pembentukan petugas jaga, kegiatan resik-resik dan penyelenggaraan event yang diyakini akan menjauhkan dari segala bentuk tindak kejahatan, termasuk pelecahan dan perusakan. (won-il)