Bale Agung Masih Dibutuhkan untuk Kursus Paes dan Tata-Busana Penganten Gagrag Surakarta

  • Post author:
  • Post published:October 2, 2024
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Bale Agung Masih Dibutuhkan untuk Kursus Paes dan Tata-Busana Penganten Gagrag Surakarta
SAAT BERFUNGSI : Sanggar Pawiyatan Pedalangan Bale Agung, Alun-alun Lor Kraton Mataram Surakarta saat masih berfungsi baik untuk pentas-pentas seni pedalangan sebelum 2017. Sejak tahun itu, Bale Agung vakum tetapi justru eksis sebagai sanggar paes dan tata-busana sejak tahun 2021 hingga kini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sanggar Pedalangan Akan Dicarikan Tempat Lain dan Akan Segera Diaktifkan

SURAKARTA, iMNews.id – Bangunan Bale Agung yang berada dalam satu kawasan cagar budaya Kraton Mataram Surakarta seluas 90-an hektare, kini masih dibutuhkan untuk kegiatan kursus “Sanggar Pawiyatan Paes & Tata-Busana Penganten Jawa” gagrag Surakarta. Kegiatan belajar informal ini sudah berjalan 4 angkatan, tetapi belum mendapatkan tempat yang tepat di kraton.

GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA yang dimintai konfirmasi iMNews.id, kemarin menyatakan, kraton ingin segera mengaktifkan kembali kegiatan Sanggar Pawiyatan Pedalangan di Bale Agung seperti yang sudah berjalan sampai 2017. Tetapi, hampir seluruh bangunan yang lama digunakan untuk kursus pedalangan itu telah rusak.

“Keinginan mengaktifkan kembali memang ada, agar di ujung Alun-alun Lor sana semakin regeng untuk kegiatan kesenian khususnya wayang kulit. Tetapi, bagian atap bangunan Bale Agung hampir semuanya rusak parah. Hampir semua seng penutupnya sudah keropos dan bocor parah bila hujan deras. Sementara, bagian tengah masih bisa dimanfaatkan”.

SUASANA BELAJAR : Suasana belajar-mengajar Sanggar Paes dan Tata-Busana Penganten Jawa gagrag Surakarta di Bale Agung saat dikunjungi Dr Purwadi, beberapa waktu lalu. Daya tampungnya sangat terbatas, tetapi pengetahuan yang diajarkan sangat dibutuhkan masyarakat luas. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Yang biasanya menjadi tempat pentas wayang, masih bisa dipakai karena seng yang bocor sudah bisa diganti atau ditambal. Tetapi, atap bangunan sekelilingnya sudah tidak bisa dimanfaatkan, keropos semua. Sebab itu, untuk kegiatan sanggar paes dan tata-busana di situ daulu. Untuk pedalangan dicarikan tempat lain,” ujar Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id.

Seperti diketahui, Bale Agung yang hingga Sinuhun PB XI (1939-1945) dimanfaatkan sebagai Bale Rakyat atau embriyo lembaga legislatif, setelah 1945 atau Kraton Mataram Surakarta menjadi bagian dari NKRI vakum dari berbagai kegiatan. Oleh Sinuhun PB XII tempat itu diizinkan untuk digunakan sebagai pusat kegiatan berbagai cabang seni Himpunan Budaya Surakarta (HBS).

HBS adalah perkumpulan para pemikir lintas seni dan budaya, menjad semacam tempat kursus berbagai macam kesenian di antaranya teater, perfilman, lukis, seni rupa dan pedalangan. Tetapi, karena adanya peristiwa G30S/PKI, berbagai kegiatan seni di situ pasif dan bubar, tetapi kegiatan seni pedalangan tetap eksis menjadi Sanggar Pawiyatan Pedalangan.

MENGINISIASI SEMINAR : Beberapa lulusan Sanggar Paes dan Tata-Busana Penganten Jawa gagrag Surakarta babaran IV saat melaporkan gagasannya menginisiasi sebuah forum seminar yang akan digelar akhir Oktober ini di Surakarta. Gusti Moeng diminta menjadi pembicara pada seminar nanti. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sejak Bebadan Kabinet 2004 terbentuk, sanggar pedalangan di Bale Agung aktif sekali dibawah asuhan RT Sunarno tetapi sejak 2017 tidak aktif dan vakum hingga akhirnya dimanfaatkan Gusti Moeng untuk kegiatan Sanggar Pawiyatan Paes & Tata-Busana Penganten Jawa Gagrag Surakarta mulai tahun 2021. Hingga kini, sanggar paes sudah berjalan rutin tiap tahun.

“Yang angkatan ke-4 malah sudah mau diwisuda, Senin (7/10) nanti. Karena sanggar paes dan tata-busana ini yang lumayan besar animonya dari masyarakat, maka ini dulu yang kami pikirkan. Terutama mencarikan tempat yang longgar dan nyaman untuk kegiatan belajar-mengajar. Untuk sanggar pedalangan, menyusul kemudian,” ujar Gusti Moeng.

Sementara itu, salah seorang lulusan pendidikan tinggi jurusan pedalangan KRT Rawang Gumilar Lebdodipuro yang beberapa tahun suwita sebagai abdi-dalem di Kabupaten Keparak Mandra Budaya Kraton Mataram Surakarta menyatakan gembira kalau Sanggar Pawiyatan Dalang akan diaktifkan lagi. Karena, dirinya bisa mengabdikan diri di sana, mengajar sambil belajar.

MENGUTUS ROMBONGAN : Rombongan KRA Panembahan Didik Gilingwesi (Ketua Pakasa Cabang Kudus) yang terdiri ibu, istri, anak dan cucu serta beberapa pengurus cabang dan santri itulah yang siang tadi diutus berangkat ke Kraton Mataram Surakarta. Dirinya batal ikut menghadiri khataman Alqur’an, nanti malam, karena vertigo kambuh. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Saya berharap Sanggar Pawiyatan Dalang Kraton Surakarta dibuka dan diaktifkan lagi. Saya senang sekali mendengar rencana itu. Karena saya pernah belajar ndalang di kampus, tetapi saya ingin belajar banyak pedalangan gagrag Surakarta dari dalam kraton. Mungkin bisa ikut membantu mengedukasi masyarakat yang belajar kursus,” ujar KRT Rawang.

KRT Rawang dan beberapa dalang muda seperti Ki MNg Fregy, Ki MNg Wily dan Ki RR Samuel sering terlibat membantu tata-laksana ritual “ngisis ringgit” tiap weton Anggara Kasih (Selasa Kliwon), yang diorganisasi Ki KRT Suluh Juniarsah sebagai tindhih bersama Ki KRT Gatot Purnomo. Selain kegiatan itu, mereka banyak terlibat di berbagai kegiatan di luar seni pedalangan.

Perihal Sanggar Paes dan Tata-Busana Penganten Jawa gagrag Surakarta, salah seorang lulusan yang akan diwisuda adalah Ratna Kartikasari SKep. Warga Desa Boloagung, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati ini adalah salah satu siswa babaran IV yang merasa beruntung, karena bisa belajar soal paes dan tata-busana langsung dari sumbernya Kraton Mataram Surakarta.

PENGALAMAN MEMBANGGAKAN : Bisa diizinkan ikut bergabung Gusti Moeng dalam kirab ritual haul Ki Ageng Wotsinom dan Ki Ageng Ngerang di Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana, Minggu (22/9), merupakan pengalaman pertama Ratna Kartikasari SKep yang membanggakan. Apalagi, siswa lulusan sanggar babaran IV itu, bisa tertemu tokoh yang diidolakan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Saya termasuk warga Kabupaten Pati yang beruntung bisa belajar paes dan tata-busana penganten Jawa gaya Surakarta, yang secara langsung dari sumbernya, Kraton Surakarta. Selain itu, saya bisa bertemu dan mendapat ilmu langsung dari tokoh idola saya, yaitu Gusti Moeng. Sejak lama saya mengidolakan beliau,” ujar Nana sapaan Ratna, menjawab iMNews.id.

Pemilik usaha di bidang Tata Rias Pengantin “Zhafirah Makkeup Profesional Artist” di ke keidamannya itu, juga merasa beruntung bisa bergabung dalam kirab haul yang digelar Kraton Mataram Surakarta di Pati, Minggu (22/9). Dia mengaku bisa bergabung Gusti Moeng di ritual Ki Ageng Wotsinom dan Ki Ageng Ngerang, adalah pengalaman pertama yang membanggakan.

Sementara itu, Rabu malam nanti “Bebadan Kabinet 2004” akan menggelar khataman Alqur’an rutin 35 hari sekali di Bangsal Smarakata. Namun, KRA Panembahan Didik Gilingwesi (Ketua Pakasa Kudus) minta izin vertigonya kambuh, tetapi mengutus Nyi MT Indah Larasingtyas, Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas (ibunda, 82 tahun) dan rombongan mewakilinya. (won-i1)