Sebanyak 21 Abdi-dalem Takmir Masjid Mendapat Kekancingan dari Kraton
BOYOLALI, iMNews.id – Jajaran “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta melengkapi kegiatan rutin upacara adat di bulan Sura Tahun Baru Je 1958 ini, dengan sebuah upacara yang berkait dengan pelestarian sebuah masjid peninggalan Sinuhun PB X yang ada di Desa Juwangi, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, Minggu (4/8) siang tadi.
Sebuah upacara sederhana digelar pengurus Masjid Baitul Munajat di ruang utama masjid setempat, siang tadi, berkait dengan kehadiran Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA bersama rombongan dari kraton. Mulai dari pemindahan segumpal tanah dari masjid lama ke masjid, peletakan batu pertama hingga wisuda abdi-dalem takmir masjid.
Upacara peletakan batu pertama renovasi Masjid Baitul Munajat, dimulai dengan sambutan-sambutan mulai dari pengurus takmir masjid, panitia renovasi, Camat Juwangi mewakili Pemkab Boyolali, Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA maupun KPH Edy Wirabhumi yang akan mengurus dukungan material dan proses pekerjaan renovasi masjid.
Teguh Santosa mewakili takmir masjid menyatakan, Masjid Baitul Munajat yang dibangun pada tahun 1922 dinyatakan dengan tegas adalah peninggalan Sinuhun PB X (1893-1939). Salah seorang yang menjadi takmir dan merawat masjid hingga turun-temurun, adalah Kyai Munajat yang bahkan trah keturunannya mewakafkan tanahnya untuk perluasan masjid tersebut.
Dalam kesempatan memberi sambutan, Gusti Moeng menyatakan sangat berterimakasih karena masyarakat setempat khususnya trah keturunan 4 tokoh yang salah satunya Kyai Munajat, telah merawat dengan baik masjid peninggalan Sinuhun PB X itu. Bahkan, ada yang rela mewakafkan tanah warisan leluhurnya untuk dijadikan perluasan masjid.
Sementara itu, KPH Edy Wirabhumi berharap proses pembangunannya bisa berjalan lancar. Pihaknya yang akan menyediakan pasokan materialnya misalnya semen di agen/toko yang sudah ditunjuk, sebagai bentuk bantuan kraton. Ir Suwadi yang menyediakan gambar perencanaan konstruksi, sebagai tenaga teknis berpengalaman merenovasi sejumlah bangunan di kraton.
Acara berlanjut dengan upacara wisuda kepada 21 abdi-dalem takmir masjid yang dilakukan berturut-turut oleh KPH A Sangkoyo Mangunkusumo yang membacakan sumpah prasetya, Gusti Moeng menyerahkan partisara kekancingan dan KPH Edy Wirabhumi yang mengalungkan samir kepada para wisudawan bergantian dengan KPH A Sangkoso Mangunkusumo.
Donga wilujengan khas simbolik Kraton Mataram “Islam” Surakarta dipimpin abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro, bergantian dengan Kyai Ahmad Pujodipuro dari PC NU Boyolali. Doa, tahlil dan dzikir Sultanagungan dan syahadat Quresh dikumandangkan untuk upacara itu, sedangkan doa Kyai Ahmad untuk peletakan batu pertama renovasi masjid.
Sebagai penutup setelah didoakan, Gusti Moeng diantar para pengurus takmir masjid untuk memindahkan segumpal tanah yang diambil dari bawah lantai masjid lama untuk di tanah di ruang imam bangunan masjid baru. Acara itu dilanjutkan dengan peletakkan batu pertama di belakang ruang imam masjid lama, yang dilakukan bersama-sama oleh Gusti Moeng dan KPH Edy.
Menurut Gusti Moeng, Masjid Baitul Munajat adalah masjid ke empat yang berhasil “diselamatkan” Kraton Mataram Surakarta. Dalam kesempatan itu ditegaskan, kraton tidak akan meminta kembali masjid tersebut, tetapi sebaliknya justru diserahkan agar dirawat. Menurut para takmir masjid, di belakang masjid ada sumber air tanah yang terus mengalir tanpa henti. (won-i1)