Gusti Moeng : “Setelah selesai harus diserahkan Yayasan Kraton Surakarta…. “
SURAKARTA, iMNews.id – Sabtu siang tadi sekitar pukul 13.00 WIB, digelar doa wilujengan karena hari ini pekerjaan proyek revitalisasi kawasan kraton tahap pertama yaitu Alun-alun Lor (Alor) dan Alun-alun Kidul (Alkid) dimulai. Ritual religi dan spiritual selalu digelar kraton, dimaksudkan agar pekerjaan pembangunan selalu diberi keselamatan dari awal hingga selesai.
Doa wilujengan yang dipimpin Gusti Moeng (Pangageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat), dihadiri sejumlah sentana-garap dan kerabat sentana dan abdi-dalem jajaran “Bebadan Kabinet 2004”, GKR Timoer Rumbai yang juga pejabat di Lembaga Dewan Adat, KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab perencanaan revitalisasi dan sejumlah pimpinan dari kontraktor pelaksana.
Begitu selesai doa wilujengan yang dipimpin abdi-dalem jurusuranata MNg Irawan Wijaya Projodipuro, sambutan diberikan berturut-turut oleh Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi. Meski doa wilujengan sudah selesai, KPH Edy Wirabhumi bersama GKR Timoer dan BRM Yudistira masih melanjutkan dialog dengan beberapa pimpinan lapangan pelaksana proyek.
“Pokoknya, begitu pekerjaan proyek selesai, harus diserahkan kepada Yayasan Kraton (Mataram) Surakarta. Karena, kraton sudah lama punya yayasan yang mengelola semua aset, baik di dalam dan di luar kraton. Walaupun, Lembaga Dewan Adat sebagai pengayom yayasan, baru belakangan mendapatkan penguatan hukum nasional secara penuh lewat putusan MA,” tandas Gusti Moeng.
“Prinsipnya, kini kraton sudah punya badan hukum yang mengelola seluruh aset dan melindunginya. Maka, sudah tidak perlu bingung mau menyerahkan bangunan kepada siap? Begitu proyek selesai, harus diserahkan kepada yayasan. Dan sudah menjadi tradisi di sini, kalau memulai melakukan sesuatu, harus wilujengan. Agar semuanya diberi keselamatan,” tambahnya.
Sementara itu, KPH Edy Wirabhumi yang dimintai konfirmasi beberapa wartawan menjelaskan, doa wilujengan itu digelar sekaligus menjadi forum dialog dan menjelaskan soal tatacara dimulai pekerjaan proyek di lingkungan kraton. Termasuk, menjelaskan bagaimana karakter bangunan, cara menyikapi dan menanganinya, karena berbeda dengan bangunan gedung atau perumahan biasa.
“Kalau ditanya soal titik lokasi mana atau bangunan mana yang lebih urgen untuk segera ditangani? Saya akan mengajak melihat Pendapa Sasana Mulya yang baru saja ambrol penyangga tumpangsari-nya akibat tersapu lisus beberapa waktu lalu. Juga dinding tembok kompleks Sasana Putra di depannya yang nyata-nyata berlubang dan membahayakan sisa yang belum ambrol”.
“Tetapi, karena ada yang ngotot memulai dari Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul, ya mangga saja. Yang jelas, kami ingin terus berkomunikasi memberi masukan, agar hasil yang dicapai tepat dan sesuai kebutuhan kraton. Desainnya, tiba-tiba sudah ada. Tapi ada yang kurang tepat. Karena tidak pernah mengajak kami berembug,” ujar KPH Edy menjawab pertanyaan iMNews.id.
Ditanya soal adanya komponen pedestrian, taman dan ruang terbuka yang ada pada desain yang sudah jadi itu, KPH Edy menyatakan masih sangat terbuka untuk dikompromikan atau pihak pemberi pemilik anggaran yang mempersiapkan desain, masih bersedia mengakomodasi usulan kraton. Termasuk soal rencana mau menutup permukaan ruang terbuka dengan pasir laut.
“Kami mengajukan usul untuk melakukan surve di sejumlah bangunan eks kawasan kraton lainnya, untuk membuktikan apakah ada lapisan pasir. Hasilnya, surve di beberapa tempat dan pada kedalaman sampai dua meter lebih, sama sekali tidak ditemukan lapisan pasir yang dimaksud. Jadi, dikira semua kawasan kraton permukaan tanahnya dilapisi pasir laut,” sebut KPH Edy. (won-i1).