Putri KRA Panembahan Didik yang Sedang Bekerja di Colombo Ingin Berziarah
SURAKARTA, iMNews.id – Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA), GKR Wandansari Koes Moertiyah sedang berusaha meyakinkan kepastian lokasi makam tokoh leluhur Dinasti Mataram, yaitu Sinuhun Amangkurat III. Karena berdasar informasi yang didapat hingga kini, makam Sinuhun Amangkurat Mas itu ada dua versisi, di Colombo (Srilanka) dan Kediri.
Dua versi informasi tentang lokasi makam ayah Sinuhun Amangkurat IV itu, sudah berlangsung ratusan tahun sejak Raja ke-6 Kraton Mataram Islam wafat di usia yang masih tergolong muda, karena baru bertahta selama dua tahun (1703-1705). Dari informasi sejarah menyebutkan, dia ditangkap tentara pengawal VOC lalu dibuang ke Ceylon (Srilanka-Red) hingga wafat.
Mengenai upaya itu, iMNews.id belum mendapat penjelasan langsung dari GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng. Tetapi, KRA Panembahan Didik Gilingwesi (Ketua Pakasa Cabang Kudus) siang tadi mengabarkan, dirinya mendapat kontak dari Gusti Moeng, Senin (6/1) malam, yang meminta bantuannya mencarikan informasi tentang kebenaran makam di Colombo itu.
“Iya betul. Kemarin malam (Senin 6/1), saya dikontak (WA) Gusti Moeng. Beliau minta tolong agar anak saya yang bekerja di Colombo mencarikan informasi soal kebenaran makam Sinuhun Amangkurat III itu. Apa betul-betul ada wujud makamnya atau tidak. Kebetulan, anak saya (Cerrier Didik Camboa-Red) memang kerja di Colombo, Srilanka sebagai duta kosmetik”.
“Saya juga mendapat informasi, bahwa sampai sekarang ada dua versi informasi soal lokasi makam Sinuhun Amangkurat III itu. Apakah benar yang ada di Kota Colombo (Srilanka) itu, atau yang di Kota Kediri (Jatim). Saya sudah mencoba kontak anak saya, tetapi anda juga bisa kontak langsung dengannya,” ujar KRA Panembahan Didik menjawab iMNews.id, siang tadi.
Ketua Pakasa Cabang Kudus itu saat dihubungi siang tadi bahkan memberikan nomor WA anak keempat dari 7 putra/putrinya yang sudah sekitar 2 tahun ini, bekerja sebagai duta kosmetik produk Indonesia yang membuka pemasaran di Kota Colombo (Srilanka). Semalam, iMNews.id sudah mencoba kontak dengan Cerrier Didik Camboa dan mendapat informasi soal makam itu.
“Betul, di (Kota) Colombo yang tidak jauh dari tempat saya bekerja, ada makam Raja dari Jawa. Namanya Amangkurat III yang juga disebut Amangkurat Mas (Emas-Red). Orang sini (Srilanka) menyebut lokasi makam di ‘Jawatte’. Kalau saya sudah tidak sibuk mungkin saya akan berziarah ke sana sambil berfoto-foto,” ujar Cerrier Didik Camboa (20) lewat WA-nya, semalam.
Percakapan melalui nomer WA-nya, iMNews.id juga diberi informasi “kutipan naskah/buku” sejarah bahwa dalam suksesi perang Jawa pertama itu, Sinuhun Amangkurat III dibuang ke Ceylon (Srilanka) di tahun 1708. Ia ditangkap tentara “pengawal” VOC di tahun 1705 saat Kraton Mataram di Ibu Kota Kartasura, wafat di pengasingan tahun 1734 dan dimakamkan di Kota Colombo.
Di tempat terpisah, peneliti sejarah Dr Purwadi menyarankan, polemik mengenai adanya dua lokasi yang diduga makam Sinuhun Amangkurat III, tak perlu ditanggapi berlebihan yang bisa mengecoh dan menguras energi. Persoalan latar-belakang peristiwa yang membuatnya ditangkap dan dibuang, sebaiknya dihindari dan secepatnya dibuat pelurusan yang konstruktif.
Dalam hal lain, Gusti Moeng mengisyaratkan Kraton Mataram Surakarta kembali akan memasuki agenda kegiatan ritual di hulan Ruwah tahun Je 1958. Bahkan, sudah disusun agenda tahapan-tahapan persiapan ritual tingalan jumenengan atau ulang tahun tahta raja (Sinuhun). Tahun 2025 ini, ritual tingalan jumenengan diperkirakan jatuh 6 Februari atau 7 Rejeb Je 1958.
Salah satu agenda tahapan eprsiapan itu adalah kerja bhaketi resik-resik Panggung Sangga Buwana yang dilakukan, Senin (6/1). Dilanjutkan dengan “jamasan” gamelan pusaka Kanjeng Kiai (KK) Kaduk Manis dan KK Manis Rengga, Kamis pagi besok (9/1). Jumat (10/1) jamasan gamelan pusaka KK Kancil Belik yang biasanya untuk menyajikan gendhing Manguyu-uyu.
Tahapan persiapan terakhir yaitu jamasan gamelan pusaka gong KK Surak yang akan dilakukan Sabtu pagi (11/1). Berkait dengan persiapan tingalan jumenengan pula, Kamis pagi (9/1) ini, rombongan dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng mengadakan ziarah ke Astana Pajimatan Imogiri, diteruskan ke Astana Pajimatan Kutha Gedhe dan Parangkusuma.
Bersamaan dengan kegiatan di kraton dan Pakasa Punjer, di Pakasa Cabang Kudus juga sedang mempersiapkan berbagai kegiatan menyambut bulan Ruwah dan deklarasi dimulainya haul wafat Kyai Glongsor. KRA Panembahan Didik Gilingwesi menyebutkan, Senin malam (6/1), dirinya mengumpulkan para pengurus Pakasa cabang untuk rapat membahas berbagai agenda kegiatan 2025.
Rapat yang digelar di Majlis Pedangkungan Desa Singocandi, Kecamatan Kota itu, membahas usulan untuk membakukan tanggal pelaksanaan haul wafat Kyai Glongsor. Yaitu tanggal 27 Rejeb berdasar informasi yang didapat dari keluarga besar trah darah-dalem KRT Prana Kusumadjati atau Kyai Glongsor, yang secara turun-temurun diingat hingga kini.
Dalam rapat Senin malam itu, KRA Panembahan Didik masih mendiskusikan dengan para pengurus, apakah tetap dipakai tanggal 27 Rejeb atau digeser mundur hingga bergabung dengan ritual Mapag Ruwah di akhir bulan Rejeb. Tetapi sebagai awal ritual haul wafat Kyai Glongsor, Pakasa cabang Kudus akan menggelar wilujengan di kediaman Kampung Rendeng, Kamis (9/1) malam. (won-i1)