Menjaga Keutuhan NKRI, Pancasila dan UUD 45 Menjadi Ikrar Sumpah Harga Mati
IMNEWS.ID – WALAU organisasi Pakasa punya perjalanan sejarah yang karena situasional dipandang dari sisi tertentu kurang menggembirakan akibat terlibat politik praktis (iMNews.id, 30/11/2023), tetapi Pakasa di alam republik sudah berketetapan untuk merubah arah tujuan hanya berkecimpung di bidang pelestarian budaya Jawa.
Penegasan itu berkali-kali sudah digaungkan KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Punjer (Ketua Pusat) Pakasa, terutama di saat menetapkan dan melantik kepengurusan Pakasa di tingkat cabang di berbagai daerah. Komitmen itu selalu dipegang teguh dan diharapkan jangan sampai runtuh, walau alam demokrasi memberi ruang bagi setiap insan bebas berpolitik.
Karena arah pengabdian dan tujuan organisasi sudah jelas hanya berkecimpung di bidang budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta dan upaya-upaya pelestariannya, maka komitmen ini harus tetap dipegang teguh dan setiap kegiatan yang akan mewarnai perjalanan sejarahnya ke depan harus terus diperjuangkan secara konsisten.
Narasi-narasi dan semangat seperti ini bukan hanya sebuah angan-angan kosong, tetapi sudah sering kali ditegaskan di berbagai kesempatan pertemuan khusus internal kepengurusan Pakasa maupun di ruang pertemuan masyarakat adat Mataram Surakarta yang lebih luas. Karena, salah satu tujuannya adalah wajib selalu menjaga ketahanan budaya bangsa.
Semangat dan komitmen seperti itu, masih terdengar jelas saat Pangarsa Pakasa Punjer melantik pengurus Pakasa Cabang Madiun Raya di tengah warga Pakasa Anak Cabang Tangen, Cabang Kabupaten Sragen yang menggelar acara shalawat di kediaman seorang warga di Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, beberapa waktu lalu (iMNews.id, 7/10/2023).
Di depan para pengurus Pakasa cabang Madiun Raya yang diketuai KRAT Moh Irsyad Hadiningrat itu, Pangarsa Pakasa Punjer mengambil sumpah, ikrar dan jani bagipengurus Pakasa cabang untuk menjalankan tugas dan kewajiban seperti disebut dalam motto organisasasi, yaitu “Setya, Saraya lan Rumeksa Budaya”.
Disaksikan para pejabat anggota Forkopimcam, pamong desa serta unsur-unsur pejabat lain, malam itu pengurus Pakasa cabang baru untuk “Madiun Raya” di Provinsi Jatim, dituntun KPH Edy Wirabhumi untuk mengucapkan sumpah, ikrar dan janji, yang salah satunya wajib menjaga tegaknya Pancasila, UUD 45, keutuhan NKRI dan utuhnya kebhinekaan bangsa Indonesia adalah harga mati.
Suasana proses kelahiran organisasi Pakasa cabang terbaru dalam sebuah upacara di Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen itu, bahkan mengharukan dan memompa semangat nasionalisme semua anak bangsa yang hadir. Apalagi, walau hampir semua peserta upacara mengenakan busana adat Jawa, lagu “Indonesia Raya” tetap dinyanyikan dengan sikap sempurna.
Semangat dalam suasana zaman yang sudah sangat jauh berbeda, pengurus Pakasa Cabang “Madiun Raya” menjadi cabang terbaru yang terbentuk dan resmi dilantik, tentu diharapkan ideal bagi Pakasa, masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta, dan bagi bangsa serta NKRI. Karena, Pakasa “new reborn” harus berbudaya, nasionalis, Pancasilais, religius, pluralis dan patuh hukum.
Bahkan lafal ikrar, sumpah dan janji yang diucapkan para pengurus Pakasa cabang terbaru itu, sebagai jawaban atas salah satu pertanyaan KPH Edy Wirabhumi dalam bahasa Jawa krama inggil yang berbunyi :” Menapa panjenengan sadaya, estu-estu kersa njagi lestantunipun Pancasila, UUD 45, wetahipun NKRI lan kebhinekaan bangsa Indonesia…?”.
Contoh-contoh proses kelahiran organisasi secara administratif keormasan seperti sudah digariskan dalam AD/ART sesuai landasan hukum yang digariskan Kemenkumham dan Kemendagri, menjadi bukti sejarah lembaran baru organisasi Pakasa dan arah tujuan baru yang jelas. Baik bagi Pakasa, Kraton Mataram Surakarta, bangsa dan NKRI.
Pakasa menjadi ormas dengan posisi dan status sama dengan ratusan bahkan ribuan ormas lain di alam demokrasi sekarang ini. Meskipun ada satu hal yang sangat jelas membedakannya, yaitu landasan ideal dan fundamental keberadaannya sebagai organisasi budaya, yang hanya berkecimpung di bidang pelestarian seni budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta.
Walau Pakasa “New Reborn” dengan tegas menyatakan sebagai organisasi non-politik yang tidak akan berafiliasi dengan partai politik apapun, tetapi dalam perjalanannya sejak diaktifkan kembali hingga kini, jelas menghadapi banyak tantangan seperti disebut dalam tulisan seri sebelumnya.
Tetapi, di antara berbagai tantangan di masa pertumbuhan Pakasa “new reborn” yang begitu hebat, tantangan internal tidak kalah berat dibanding yang datang dari luar seperti yang selalu terjadi di tahun-tahun politik pada satu dekade terakhir. Tantangan dari internal itu, adalah penyempurnaan organisasi itu sendiri yang harus berjalan di relnya sesuai AD/ART.
“Pendewasaan” organisasi mulai dari tingkat pengurus Punjer hingga cabang, dipandang semakin mendesak untuk dilakukan agar tujuan utama organisasi bisa dicapai secara ideal. Karena, salah satu tujuan utama yang ideal itu adalah melegitimasi lestarinya budaya Jawa, keberadaan dan kelangsungan Kraton Mataram Surakarta.
Ketika kelembagaan kraton yang kini membutuhkan daya dukung legitimatif secara riil dari ormas Pakasa, menjadi sebuah keharusan jika perjelanan ke depan kelembagaan kraton mengalami perubahan atau proses regenerasi alih kepemimpinan seperti yang sekarang ini sudah mulai terasa dinamikanya.
KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer sudah menggariskan tandas, bahwa Pakasa “new reborn” adalah organisasi non-politik yang diarahkan agar proses perjaanan organisatoris tidak meniru tatacara organisasi politik, memang bisa diterima akal dan tepat. Tetapi, kesehatan organisasi agar berjalan sesuai kaidah AD/ART, memang sangat perlu diperhatikan.
Menjelang Hari Jadi 92 tahun Pakasa di tahun 2023 yang baru saja lewat, diinventarisasi sudah terbentuk 39 pengurus Pakasa cabang di berbagai wilayah kabupaten yang tersebar di Provinsi DIY Jateng dan Jatim. Tetapi, banyak di antaranya yang perlu penyempurnaan secara organisatoris, penegakan disiplin dan tatatertib organisasi serta kebutuhan-kebutuhan lain.
Kebutuhan-kebutuhan lain itu termasuk perlunya penyempurnaan dengan mengisi organ-organ kelengkapan organisasi baik di tingkat Punjer maupun cabang, agar organisasi bisa berjalan lancar dan proporsional. Kalau di ormas lain apalagi yang berkecimpung di bidang politik, kepemimpinan dibatasi lima tahun dengan tatacara pemilihan kepemimpinan baru.
Oraganisasi Pakasa di tingkat Punjer maupun cabang tidak harus meniru tatacara organisasi politik yang selalu identik dengan kesempatan berkontestasi untuk memilih dan dipilih. Tetapi, bagaimanapun faktor manusiawi pasti lekat dengan keterbatasan yang harus diantisipasi atau diatasi ketika organisasi tidak sehat, menyimpang, apalagi vakum atau lumpuh.
Bila dicermati satu persatu, di antara cabang Pakasa yang sudah memiliki kelengkapan organisasi, resmi dan berjalan normal sesuai yang diharapkan, mungkin ada bahkan banyak yang tidak sehat, berjalan menyimpang, bahkan vakum atau lumpuh. Pakasa Cabang Sidoarjo (Jatim), menjadi contoh kurang baik pertumbuhan Pakasa “new reborn”.
Pakasa Cabang Sidoarjo itu ternyata dibawa menyimpang oleh pimpinannya, sehingga mendapat hukuman tegas dari pengurus Punjer, dengan status dibekukan dan status ketua cabang dicabut. Sangat bervariasi kondisi Pakasa cabang hasil pertumbuhan “new reborn”, yang rata-rata menjadi ajang perebutan pengaruh tokoh-tokohnya yang berafiliasi dengan parpol tertentu.
Pakasa Cabang Klaten, misalnya, adalah organisasi cabang yang potensial jumlah anggotanya dan dekat sekali untuk hadir di setiap ada kesibukan dan kerepotan di Kraton Mataram Surakarta. Tetapi, unsur pimpinannya “terlalu cerdik”, karena ingin para anggotanya selalu menuruti keinginannya berafiliasi dengan parpol tertentu yang disebut-sebut selalu membantu cabang.
Sementara, unsur pimpinan lain kurang sependapat dengan cara mono-loyalitas tanpa struktur organ anak cabang atau ranting. Sebaliknya, figur pimpinan di sisi lawan yang ingin membesarkan organisasi lengkap sampai organ paling bawah, tetap sulit membawa suasana menjadi harmonis, karena “dicurigai” membawa misi dari parpol tertentu. (Won Poerwono-beraambung/i1).