Ada Alasan Prinsip yang tak Bisa Diterima Gusti Moeng
SURAKARTA, iMNews.id – Prosesi ritual “wilujengan nagari adeging Mataram Surakarta” yang sebelumnya sudah disepakati bergabung antara “Bebadan Kabinet 2004” dengan “pihak Sinuhun PB XIII”, akhirnya dilaksanakan di dua lokasi terpisah karena ada alasan prinsip yang dilanggar salah satu pihak dan tidak bisa diterima pihak lain. Upacara adat peringatan berdirinya Kraton Mataram Surakarta tepat pada 17 Sura Tahun Jimawal 1957 atau genap 287 tahun (Jawa) atau 278 tahun (Masehi) itu, digelar di dua lokasi terpisah yaitu di gedhong Sasana Handrawina dan di Bangsal Smarakata dalam waktu yang sama, mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB siang tadi.
Rencana menggelar ritual peringatan lahirnya “Surakarta Hadiningrat” ini sudah dibahas matang antar pucuk pimpinan kedua pihak, sebelumnya, tetapi menjelang pelaksanaan sesuai undangan yang beredar mulai pukul 09.00 WIB, terjadi perubahan yang menuari perdebatan di belakang layar. Pihak Sinuhun PB XIII menghendaki formasi ritual di gedhong Sasana Handrawina menempatkan Sinuhun PB XIII dan sang istri sama-sama duduk di kursi, sedang Gusti Moeng dan para sentana-dalem bersama “Bebadan Kabinet 2004” serta para perwakilan masyarakat duduk lesehan melingkari hajad-dalem yang akan didoakan.
“Ada prinsip paugeran adat yang dilanggar dan tidak bisa diterima Gusti Moeng. Itu perubahan mendadak dari yang sudah disepakati, tetapi sudah tidak bisa diluruskan. Dan itu yang membuat tidak nyaman. Akhirnya diputuskan mengambil tempat terpisah di Bangsal Smaraka,” jelas KPH Edy Wirabhumi menjawab pertanyaan iMNews.id, sebelum acara dimulai, pagi tadi. Beberapa saat kemudian, semua “Bebadan Kabinet 2004” bersama sentana-dalem dan masyarakat adat sudah berkumpul di Bangsal Smarakata, terlebih dahulu mendapat penjelasan dari Gusti Moeng, tentang alasan tidak bergabung ke Sasana Handrawina.
Gusti Moeng menjelasakan berbagai hal yang menyangkut perkembangan terakhir di Kraton Mataram Surakarta, sampai menggelar wilujengan nagari 17 Sura itu, serta memberitahukan kepada semua yang hadir untuk bersama-sama melihat situasi dan kondisi pisowanan di Sasana Handrawina. Saat itulah, Gusti Moeng mengajak semua yang hadir, termasuk ibu-ibu anggota Putri Narpa Wandawa dan perwakilan dari beberapa pengurus Pakasa cabang, dari Bangsal Smarakata berjalan menuju Sasana Handrawina. Sesampai di tempat yang dituju, melihat-lihat sebentar, lalu diajak kembali ke Bangsal Smarakata.
“La wong kabeh pada lungguh lesehan eneng ngisor ngepung sing arep didongani, kok melu-melu Sinuhun sing lenggah kursi. Ya ora isa, kok melu-melu methengkreng eneng kursi. Kesepakatane ora ngono. Mangga, sadaya mawon, wangsul dateng Bangsal Smarakata. Wilujengan wonten mrika kemawon,” jelas singkat Gusti Moeng sambil mengajak sekitar 300-an yang hadir atas undangan Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, kembali menuju Bangsal Smarakata. Dan seketika itu, semua kembali berjalan menuju Bangsal Smarakata yang sudah disiapkan berbagai uba-rampe ritual “wilujengan nagari”.
Setelah kembali menempatkan diri di Bangsal Smarakata, tepat pukul 10.00 WIB, juru pambiwara KP Siswanto Adiningrat dan KP Puspitodiningrat memulai ritual itu dengan memenuhi permintaan Gusti Moeng agar disebutkan bahwa putra mahkota KGPH Hangabehi untuk memberi “dhawuh” kepada abdi-dalem jurusuranata untuk memimpin doa, dzikir dan tahlil. MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo yang mendapat perintah, segera memulai memimpin doa, dzikir, tahlil dengan syahadat Quresh serta shalawat Sultanagungan. Kira-kira 90 menit doa spiritual religi itu selesai, lalu dibagikan menu simbol “wilujengan nagari” 17 Sura, yaitu “Jenang Suran”.
Walau Gusti Moeng sudah mengumumkan akan mengundang para pengurus Pakasa cabang pada haul Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, pada tanggal 2 sapar yang diambil Minggu (20/8), tetapi siang tadi banyak juga perwakilan Pakasa yang hadir, misalnya Ketua Pakasa Cabang (Kabupaten) Trenggalek (Jatim) KRAT Seviola bersama rombongan, Ketua Pakasa Cabang Pati KRAT Mulyadi Puspopustoko bersama rombongan, Ketua Pakasa Cabang Ponororogo KRAA MN Gendut Wreksonidingrat dan rombongan. Pakasa Trenggalek hadir setelah tugas “Tugur”, Jumat malam (4/8), rombongan Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin KRA Bambang S Adiningrat, memenuhi tugas “Tugur”, Sabtu malam ini (5/8). (won-i1)