Prosesi Wilujengan Nagari Berlangsung di Dua Tempat, Sasana Handrawina dan Bangsal Smarakata

  • Post author:
  • Post published:August 5, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Prosesi Wilujengan Nagari Berlangsung di Dua Tempat, Sasana Handrawina dan Bangsal Smarakata
MENUJU SASANA HANDRAWINA : Pukul 09.15 Gusti Moeng mengajak semua yang "sowan" dalam ritual "wilujengan nagari" 17 Sura, menuju gedhong Sasana Handrawina untuk memastikan kesepakatan "protokol" pisowanan yang sudah disepekati bersama, sebelumnya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ada Alasan Prinsip yang tak Bisa Diterima Gusti Moeng

SURAKARTA, iMNews.id – Prosesi ritual “wilujengan nagari adeging Mataram Surakarta” yang sebelumnya sudah disepakati bergabung antara “Bebadan Kabinet 2004” dengan “pihak Sinuhun PB XIII”, akhirnya dilaksanakan di dua lokasi terpisah karena ada alasan prinsip yang dilanggar salah satu pihak dan tidak bisa diterima pihak lain. Upacara adat peringatan berdirinya Kraton Mataram Surakarta tepat pada 17 Sura Tahun Jimawal 1957 atau genap 287 tahun (Jawa) atau 278 tahun (Masehi) itu, digelar di dua lokasi terpisah yaitu di gedhong Sasana Handrawina dan di Bangsal Smarakata dalam waktu yang sama, mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB siang tadi.

DI DEPAN PINTU : Gusti Moeng menjelaskan soal “protokol” pisowanan di dalam Sasana Handrawina tidak seperti yang disepakati bersama, lalu mengajak kembali ke Bangsal Smarakata. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Rencana menggelar ritual peringatan lahirnya “Surakarta Hadiningrat” ini sudah dibahas matang antar pucuk pimpinan kedua pihak, sebelumnya, tetapi menjelang pelaksanaan sesuai undangan yang beredar mulai pukul 09.00 WIB, terjadi perubahan yang menuari perdebatan di belakang layar. Pihak Sinuhun PB XIII menghendaki formasi ritual di gedhong Sasana Handrawina menempatkan Sinuhun PB XIII dan sang istri sama-sama duduk di kursi, sedang Gusti Moeng dan para sentana-dalem bersama “Bebadan Kabinet 2004” serta para perwakilan masyarakat duduk lesehan melingkari hajad-dalem yang akan didoakan.

BERARAK-ARAK : Gusti Moeng saat mengajak kembali para pejabat “Bebadan Kabinet 2004” dan jajaran serta perwakilan masyarakat adat menuju Bangsal Smarakata. Perjalanan mereka tampak berarak-arak melewati depan Pendapa Sasana Sewaka, pukul 09.40, tadi pagi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Ada prinsip paugeran adat yang dilanggar dan tidak bisa diterima Gusti Moeng. Itu perubahan mendadak dari yang sudah disepakati, tetapi sudah tidak bisa diluruskan. Dan itu yang membuat tidak nyaman. Akhirnya diputuskan mengambil tempat terpisah di Bangsal Smaraka,” jelas KPH Edy Wirabhumi menjawab pertanyaan iMNews.id, sebelum acara dimulai, pagi tadi. Beberapa saat kemudian, semua “Bebadan Kabinet 2004” bersama sentana-dalem dan masyarakat adat sudah berkumpul di Bangsal Smarakata, terlebih dahulu mendapat penjelasan dari Gusti Moeng, tentang alasan tidak bergabung ke Sasana Handrawina.

KOMPAK SEPAKAT : Putra mahkota KGPH Hangabehi, GKR Timoer Rumbai dan Gusti Moeng tampak kompak keluar dari Kori Srimanganti, untuk kembali ke Bangsal Smarakata, diikuti ratusan orang yang berada di belakang mereka. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gusti Moeng menjelasakan berbagai hal yang menyangkut perkembangan terakhir di Kraton Mataram Surakarta, sampai menggelar wilujengan nagari 17 Sura itu, serta memberitahukan kepada semua yang hadir untuk bersama-sama melihat situasi dan kondisi pisowanan di Sasana Handrawina. Saat itulah, Gusti Moeng mengajak semua yang hadir, termasuk ibu-ibu anggota Putri Narpa Wandawa dan perwakilan dari beberapa pengurus Pakasa cabang, dari Bangsal Smarakata berjalan menuju Sasana Handrawina. Sesampai di tempat yang dituju, melihat-lihat sebentar, lalu diajak kembali ke Bangsal Smarakata.

SEGERA DIMULAI : Setelah semua kembali menempati lantai Bangsal Smarakata, ritual “Wilujengan nagari” 17 Sura dimulai tepat pukul 10.00 WIB. Putra mahkota KGPH Hangabehi meminta abdi-dalem jurusuranata MNg Irawan Wijaya untuk memimpin doa, tahlil dan dzikir, padi tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“La wong kabeh pada lungguh lesehan eneng ngisor ngepung sing arep didongani, kok melu-melu Sinuhun sing lenggah kursi. Ya ora isa, kok melu-melu methengkreng eneng kursi. Kesepakatane ora ngono. Mangga, sadaya mawon, wangsul dateng Bangsal Smarakata. Wilujengan wonten mrika kemawon,” jelas singkat Gusti Moeng sambil mengajak sekitar 300-an yang hadir atas undangan Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, kembali menuju Bangsal Smarakata. Dan seketika itu, semua kembali berjalan menuju Bangsal Smarakata yang sudah disiapkan berbagai uba-rampe ritual “wilujengan nagari”.

DATANG DARI JAUH : Para pengurus Pakasa dari berbagai daerah yang jauh, punya kesetiaan tinggi dalam memenuhi kewajiban “gawa-gawe”, hadir pada ritual “wilujengan nagari” 17 Sura yang digelar tadi pagi, seperti dilakukan Ketua Pakasa Cabang Pati, KRAT Mulyadi Puspopustoko.(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Setelah kembali menempatkan diri di Bangsal Smarakata, tepat pukul 10.00 WIB, juru pambiwara KP Siswanto Adiningrat dan KP Puspitodiningrat memulai ritual itu dengan memenuhi permintaan Gusti Moeng agar disebutkan bahwa putra mahkota KGPH Hangabehi untuk memberi “dhawuh” kepada abdi-dalem jurusuranata untuk memimpin doa, dzikir dan tahlil. MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo yang mendapat perintah, segera memulai memimpin doa, dzikir, tahlil dengan syahadat Quresh serta shalawat Sultanagungan. Kira-kira 90 menit doa spiritual religi itu selesai, lalu dibagikan menu simbol “wilujengan nagari” 17 Sura, yaitu “Jenang Suran”.

SIMBOL PENYATUAN : “Jenang Suran” yang menjadi ikon “wilujengan nagari” 17 Sura, menurut Gusti Moeng merupakan simbol penyatuan dan kekuatan yang lahir saat Sinuhun PB II mendirikan “Mataram Surakarta” pada 17 Sura Tahun Je 1670 atau 20 Februari 1745. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Walau Gusti Moeng sudah mengumumkan akan mengundang para pengurus Pakasa cabang pada haul Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, pada tanggal 2 sapar yang diambil Minggu (20/8), tetapi siang tadi banyak juga perwakilan Pakasa yang hadir, misalnya Ketua Pakasa Cabang (Kabupaten) Trenggalek (Jatim) KRAT Seviola bersama rombongan, Ketua Pakasa Cabang Pati KRAT Mulyadi Puspopustoko bersama rombongan, Ketua Pakasa Cabang Ponororogo KRAA MN Gendut Wreksonidingrat dan rombongan. Pakasa Trenggalek hadir setelah tugas “Tugur”, Jumat malam (4/8), rombongan Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin KRA Bambang S Adiningrat, memenuhi tugas “Tugur”, Sabtu malam ini (5/8). (won-i1)