Rapat Koordinasi Berbagai Elemen Digelar, Dihadiri “Bebadan Kabinet 2004”
SURAKARTA, iMNews.id – Rapat koordinasi yang melibatkan berbagai elemen yang berkepentingan dengan revitalisasi Kraton Mataram Surakarta, digelar di Hotel Sunan, Selasa (26/3 dari pukul 10.00 hingga 13.00 WIB. Rapat tersebut menghasilkan kesepakatan penggunaan rumput sebagai penutup permukaan sebagai keputusan.
Rapat yang dikoordinasikan oleh Dinas Kimpraswil Kemen PUPR Jateng itu, dihadiri para pimpinan unsur di “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta, tetapi tidak terlihat perwakilan dari lembaga Sinuhun PB XIII yang sejak awal prapelaksanaan sudah banyak “ikut campur-tangan”, terutama dalam pembahasan teknis.
Di antara utusan lembaga dari berbagai elemen yang hadir, antara lain utusan Kemen PUPR, BPCB Jateng dan lembaga serupa di tingkat Pemkot Surakarta, Dinas Perdagangan Kota, pelaksana proyek, para konsultan dan sebagainya. Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa, hadir dan memberi pengarahan dan penjelasan.
Dari jajaran “Bebadan Kabinet 2004” sebagai representasi Kraton Mataram Surakarta, tampak hadir GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani, KPH Edy Wirabhumi, KRMH Bimo Djoyo Adilogo, BRM Yudistira dan RMP Restu Setiawan abdi-dalem yang juga anggota Komunitas Solo Sositeit.
Sejak awal, karena “Bebadan Kabinet 2004” sebagai representasi resmi dari kraton tidak dilibatkan dalam pembahasan penyusunan perencanaan, beberapa hal yang tidak sesuai dengan peruntukan ideal lokasi yang kini sedang dikerjakan proses revitalisasinya, baru kelihatan kekurangannya.
Dari dialog dan penjelasan yang berlangsung selama forum rapat koordinasi, melukiskan bahwa kekurangan itu akibat dari pemberian masukan yang keliru atau tidak adanya masukan dari pihak yang disebut utusan lembaga Sinuhun PB XIII atau perwakilan kraton, saat penyusunan perencanaan dilakukan.
“Sekarang tinggal mencari solusi menentukan lapisan yang tepat untuk penutupan permukaan baik Alun-alun Lor maupun Alun-alun Kidul. Kalau pasir dianggap tidak memungkinkan untuk menutup seluruh permukaan kedua alun-alun, berarti pilihannya rumput. Tetapi, tidak semua permukaannya cocok ketika ditutup rumput”.
“Karena, ada bagian dari lokasi salah satu atau kedua alun-alun, bisa ditutup pasir atau rumput. Semua tergantung peruntukannya. Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul direvitalisasi akan dimanfaatkan untuk apa?. Kita memperhitungkan manfaat itu sampai 50 hingga 100 tahun mendatang bagaimana?,” tegas Wawali.
Menurut Wakil Wali Kota (Wawali) Teguh Prakosa, zaman sudah berubah, fungsi kedua alun-alun yang menjadi bagian dari Kraton Mataram Surakarta kini juga sudah berubah. Revitalisasi yang dilakukan pemerintah ini, tidak mungkin mengembalikan sesuai fungsi (kedua alun-alun-Red) pada zaman dulu.
Dalam kesempatan pengarahannya, Wakil Wali Kota menyebutkan bahwa dirinya hanya dalam kapasitas menyampaikan hasil kesepakatan rapat koordinasi sebagai usulan kepada Wali Kota Surakarta (Gibran Rakabuming). Jadi, yang akan memutuskan persetujuan atas nama Pemkot Surakarta adalah Wali Kota.
Meski begitu, rapat koordinasi yang melibatkan representasi kraton sebagai pihak penerima proyek bantuan dari Kemen PUPR yang totalnya senilai Rp 1,4 T itu, menurut Wawali kini sudah dicapai kesepakatan. Keputusan penggunaan rumput sebagai “topping”, bisa segera dilakukan pihak pelaksana proyek.
Menurut Wawali, khusus untuk Alun-alun Lor, tetap bisa mengakomodasi kebutuhan penggunaan untuk berbagai upacara adat, khususnya Sekaten Garebeg Mulud. Karena, diadakan rutin sejak 200 tahun lalu sebagai kegiatan adat kraton, yang memanfaatkan Alun-alun Lor sebagai pendukung, khususnya untuk keramaian “Maleman Sekaten”.
Dalam kesempatan itu, secara berturut-turut Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat menyampaikan beberapa hal di antara sejumlah masukannya. KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab perencanaan revitalisasi “bebadan Kabinet 2004”, menindaklanjuti dan melengkapi penjelasan Gusti Moeng.
Di antara penjelasan KPH Edy Wirabhumi yang disampaikan, gayung-bersambut dengan hal yang disebut Wawali Teguh Prakosa di awal. Bahwa Pemkot dan Kota Surakarta tidak akan pernah ada kalau tidak ada kraton. Menurut KPH Edy Wirabhumi, Kraton Mataram Surakarta sudah ada 200 tahun sebelum ikut mendirikan NKRI mulai 1945.
Selain itu, KPH Edy juga menyebutkan bahwa kraton kini menjadi “living heritage” bukan hanya “bangunan museum mati”. Di dalamnya ada kehidupan yang menjalankan kegiatan adat yang sudah berjalan lama dan diharapkan akan terus dilakukan sampai akhir zaman, walau pemerintahan di NKRI berganti-ganti tiap 5 tahun.
Dari Dinas Kimpraswil Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR Jateng menegaskan, pihaknya sangat sadar bahwa objek yang sedang direvitalisasi adalah kawasan kraton yang memiliki nilai-nilai yang menjadi batasannya. Tetapi, pihaknya adalah ASN yang tugasnya dibatasi berbagai peraturan landasan, termasuk UU BCB No 11/2010.
Dalam kesempatan itu, pihak pelaksana proyek menampilkan proses pekerjaannya yang berjalan bersamaan di dua alun-alun. Dari terget pengerjaan selama 270 sejak 18 Desember 2023 sesuai kontrak kerja, kini progres pekerjaan sudah mencapai 45 persen dalam 14 minggu dari target yang hanya 28 persen.
Disebutkan masih ada waktu tersisa 172 hari sampai batas pengerjaan yang ditentukan pemerintah sesuai kontrak kerja, yaitu 12 September 2024. Karena solusi soal “topping” penutup permukaan tanah sudah didapat, sangat dimungkinkan proyek bisa diselesaikan lebih cepat dari target, setidaknya awal September tahun ini.
Ungkapan Wakil Wali Kota seusai kesepakatan soal “topping” dicapai dan diputuskan, menyebut bahwa di banyak daerah kabupaten/kota, rata-rata kesulitan mewujudkan alun-alun sebagai ruang terbuka yang menghiasi pusat kota. Sementara, Kota Surakarta memiliki dua alun-alun berukuran sangat besar, bagian dari kraton.
Merespon ungkapan Wawali dan utusan dari Dinas Kimpraswil Jateng, KPH Edy Wirabhumi menyebut bahwa bangunan dan kompleks Pendapa Pagelaran Sasana Suwema perlu segera dipikirkan pemerintah, setelah lingkungan di dekatnya yaitu Alun-alun Lor direvitalisasi menjadi bagus.
Kawasan kompleks Pendapa Pagelaran yang diusulkan KPH Edy itu, kini kumuh karena menjadi tempat parkir untuk keperluan pedagang Pasar Klewer. Dan kegiatan parkir yang memenuhi kawasan alun-alun dan sekitarnya, banyak digunakan untuk bongkar-muat barang dan berdagang sandang, kecil sekali yang berkepntingan ke kraton. (won-i1).