Pakasa Trenggalek Menikmati Pengalaman Pertama, Langsung Hadiri Wilujengan 17 Sura
SURAKARTA, iMNews.id – Cabang-cabang organisasi Pakasa dari beberapa daerah terutama yang dekat jaraknya dari Kraton Mataram Surakarta, sangat antusias menerima jadwal tugas “tugur” atau “lek-lekan” berjaga di kraton mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 02.00 dinihari tiap harinya. Jadwal giliran tiap cabang Pakasa yang bersedia menjalankan tugas “tugur” itu sudah disusun Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, dan informasinya disebarkan ke semua pengurus cabang yang sudah menyatakan bersedia bertugas.
“Kami sungguh senang menjalankan tugas itu. Jadwal tugas tugur ini malah sudah kami tunggu-tunggu, untuk bisa kami laksanakan. Alhamdulillah, tugas itu akhirnya bisa kami laksanakan Jumat (4/8), mulai pukul 16.00 WIB hingga pagi. Kami memilih menginap di kraton, karena ingin sowan pada upacara adat wilujengan 17 Sura, Sabtu (5/8) paginya. Ini pengalaman kami yang luar biasa. Bisa menjalanakan tugas dan sekaligus mengikuti pisowanan. Ini pengalaman kami, Pakasa Trenggalek, kali pertama. Sensasinya luar biasa,” sebut KRAT Seviola Ananda Reksobudoyo, Ketua Pakasa Trenggalek, menjawab pertanyaan iMNews.id.
Menurut Kanjeng Ola, begitu sapaan Ketua Pakasa cabang yang paling muda usianya yang dihubungi iMNews.id semalam, sensasi yang dialami bersama empat orang pengurus Pakasa Trenggalek disebutkan menjadi pengalaman yang tidak ternilai dan langka. Selain berjaga dalam suasana sepi dan hening seperti yang menjadi cirikhas kraton selepas pukul 17.00 WIB, bila tidak ada kegiatan adat, merupakan pengalaman hidup yang baru dirasakan. Bahkan, pengalaman itu diteruskan dengan tidur bermalam di kraton, karena esoknya ingin hadir pada pisowanan hajad-dalem wilujengan 17 Sura.
Pengurus Pakasa Cabang Trenggalek (Jatim), termasuk setia dalam mendedikasikan dirinya untuk kelangsungan Kraton Mataram Surakarta dan pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Setiap ritual digelar kraton, Pakasa Kabupaten Trenggalek nyaris tak pernah absen, termasuk tugas “tugur”. Padahal, rombongan dari wilayah Jatim itu selalu datang berboncengan dengan motor, menempuh perjalanan sedikitnya 4 jam, melalui rute jalan raya yang tidak selalu baik dan tidak nyaman kondisinya untuk bisa sampai di kraton.
Selain pengurus Pakasa Cabang Trenggalek, sensasi berjaga menahan rasa kantuk atau “cegah liyep” di kraton juga dinikmati sejumlah pengurus Pakasa cabang Jepara yang dipimpin ketuanya, KRA Bambang S Adiningrat, yang mendapat jadwal “tugur”, Sabtu malam (5/8). Ketua Pakasa yang bercita-cita mendirikan museum keris pribadi ini merasakan sensasi berjaga “lek-lekan” kali pertama dialami, yang kebetulan merupakan kesempatan perdana tugas “tugur” itu diaktifkan setelah “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022.
“Mungkin karena lokasi kami termasuk jauh, jadi hanya ada tugas ‘Tugur’ yang kami laksanakan Sabtu (5/8) malam Minggu. Sebenarnya, kalau juga didhawuhi mengikuti pisowanan wilujengan 17 Sura, paling saya seorang bisa sowan. Tapi, mungkin pertimbangan kerepotannya jika ada dhawuh untuk dua acara, meskipun bberurutan waktunya. Intinya, kami sendika dhawuh. Semua bisa diatur. Tetapi, kami sangat menghormati pertimbangan-pertimbangan yang diambil, di antaranya mengenai jarak yang jauh dan kerepotannya,” ujar KRA Bambang yang mengaku malah bisa ikut Gusti Moeng ke Pengging, Sabtu malam (5/8).
Seperti diketahui, sehabis menggelar upacara hajad-dalem wilujengan nagari 17 Sura sebagai hari lahir Kota Surakarta Hadiningrat di Bangsal Smarakata, Sabtu siang (iMNews.id, 5/8/2023), di sela-sela ritual itu Gusti Moeng mengumumkan akan menggelar ritual di kompleks makam Adipati Sri Makurung Handayangirat yang ada di Astana Pajimatan Pengging, Banyudono, Boyolali, malam harinya atau semalam. Ritual itu berupa doa, tahlil dan dzikir untuk mengawali mengganti selubung atau “larab selambu” pusara tokoh leluhur Dinasti Mataram yang menurunkan keluarga Gusti Moeng dari garis wanita.
Antusiasme untuk menjalankan tugas “tugur”, juga menjadi salah satu pembahasan serta keputusan rapat pengurus Pakasa cabang Klaten yang dipimpin KP Probonagoro selaku ketuanya, beberapa waktu lalu. Jadwal tugas piket berjaga untuk Pakasa Klaten itu akan dibagi tiap pengurus Pakasa Anak cabang (Ancab-Red) yang kini banyak dimiliki cabang Kabupaten Klaten, karena dorongan KRT Haryanto selaku Bendahara Pakasa cabang. Pakasa cabang Klaten memiliki jumlah SDM luar biasa banyaknya, tetapi baru-baru saja dihimpun dalam organisasi di tingkat anak cabang yang ada di tiap kecamatan.
Sementara itu, karena faktor jarak yang jauh, Pakasa cabang Pati juga termasuk cabang yang mendapat prioritas tidak termasuk dalam jadwal petugas jaga piket atau “tugur” di kraton. Menurut KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku Ketua Pakasa Cabang Pati, wilayahnya dianggap terlalu jauh dari Kraton Surakarta, sehingga dipertimbangkan tidak masuk dalam jadwal “tugur”, sama dengan Pakasa Cabang Jepara. Menurut KRA Bambang S Adiningrat, besarnya antusias Pakasa menjalankan kewajiban “gawa-gawe” itu, adalah bukti kesetiaan yang tidak bisa dinilai dengan apapun, semua atas dasar tulus ikhlas, bukan karena materi.
“Kalau saya melihat seperti itu. Kami warga pakasa ini sama sekali dan tidak pernah membayangkan akan mendapat apa? Dan ingin meraih apa? Yang ada, hanya pengabdian tulus ikhlas untuk lestarinya kraton dan budaya Jawa milik kita,” tandas KRA Bambang. Antusias menjalankan tugas “tugur” datang dari Pakasa Cabang Magelang yang dipimpin KRT Bagiyono Rumeksonagoro. Ketua Pakasa cabang itu menyebutkan, Pakasa Magelang akan hadir pada acara khataman Alqur’an, Rabu (9/8), dan tugas “tugur” Sabtu (12/8). Sementara KRAA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Ponorogo) menyatakan akan bertugas “tugur”, Sabtu (19/8). (won-i1)