Semua yang Hadir dalam Pisowanan Upacara Adat Harus Kenakan Busana Adat

  • Post author:
  • Post published:November 5, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Semua yang Hadir dalam Pisowanan Upacara Adat Harus Kenakan Busana Adat
MEMBERI DHAWUH : Putra mahkota KGPH Hangabehi memberi dhawuh kepada abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro untuk memimpin doa wilujengan, bacaan surat Yassin dan tahlil dalam ritual khol ke-18 wafat Sinuhun PB XII di gedhong Sasana Handrawina, Minggu (5/11) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kembali Ditegaskan Gusti Moeng dalam Ritual Khol ke-18 Sinuhun PB XII

SURAKARTA, iMNews.id – Dalam momentum pisowanan upacara adat khol (haul-Red) ke-18 Sinuhun PB XII yang digelar di gedhong Sasana Handrawina, Minggu siang tadi (5/11), Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat menegaskan kembali bahwa semua yang hadir dalam pisowanan upacara adat yang digelar di kraton, harus mengenakan busana adat sesuai aturan yang berlaku. Setiap insan anggota masyarakat adat, tanpa kecuali, harus patuh terhadap semua aturan paugeran adat dalam berbusana adat dan menempatkan diri sesuai gelar dan kepangkatannya dalam upacara-upacara adat.

“Jadi, kalau memang ada yang keberatan untuk mengenakan busana adat karena terpaksa melepaskan atribut identitasnya, yang tidak perlu datang ke kraton, atau menunggu di luar saja. Saya juga melihat ada yang berbusana “beskap sembagi” morif kembang-kembang, kali ini sudah terlanjur, saya biarkan masuk. Kalau ada pisowanan lagi, jangan mengenakan yang itu, atau cukup menunggu di luar saja. Karena saya atau ada petugas yang saya pasang, untuk berjaga di Kori kamandungan, menyeleksi busana semua yang hadir dalam pisowanan di dalam kraton,” tegas Gusti Moeng di depan semua peserta ritual khol, siang tadi.

ABDI-DALEM ULAMA : Ketua Pakasa Cabang Kudus KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro, masih bergabung dengan para abdi-dalem ulama yang memimpin doa wilujengan, bacaan surat Yassin dan tahlil dalam ritual khol ke-18 wafat Sinuhun PB XII di gedhong Sasana Handrawina, Minggu (5/11) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Peringatan tegas itu disampaikan GKR Wandansari Koes Moertiyah seusai berlangsungnya doa wilujengan, bacaan surat Yassin dan tahlil yang dipimpin abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro. Pidato sambutan tunggal Gusti Moeng yang disampaikan pada upacara adat khol “perdana” atau “kali pertama” sejak peristiwa “insiden Gusti Moeng Kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022 itu, banyak menyoroti masalah pelaksanaan pedoman baku tentang busana bagi semua yang hadir dalam pisowanan adat apapun yang digelar di kraton.

Menurut Gusti Moeng, sedikitnya ada 8 upacara adat besar misalnya Sekaten Garebeg Mulud yang digelar kraton selain khol wafat tokoh-tokoh penting di kraton, misalnya Sinuhun PB XIII, khol Sultan Agung Hanyakrakusuma, khol Sinuhun PB X dan sebagainya yang tidak boleh dilewatkan sama sekali oleh setiap insan masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta. Dulu, dalam soal berbusana masih longgar dan pelanggaran yang terjadi masih bisa dimaklumi, karena Pangarsa Lembaga Dewan Adat belum kuat landasan hukukmnya dan posisi “Bebadan Kabinet 2004” bekerja di luar kraton.

SUASANA “PERDANA” : Suasana saat berlangsung ritual khol wafat ke-18 Sinuhun PB XII di gedhong Sasana Handrawina, Minggu (5/11) siang tadi, adalah suasana “perdana” ritual khol sejak “Bebadan Kabinet 2004” bekerja penuh di dalam kraton mulai 17 Desember 2022. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Karena sekarang sudah kembali bekerja di dalam dan ada landasan hukum kuat posisi Lembaga Dewan Adat, maka paugeran adat harus ditegakkan secara tegas. Karena, kraton adalah lembaga adat. Kegiatan yang dijalankan secara rutin adalah upacara adat. Semua kegiatan dan tatacara serta pedoman dalam kehidupan masyarakat adat adalah aturan paugeran adat. Maka, siapapun yang hadir dalam setiap pisowanan upacara adat, wajib mematuhi aturan paugeran adat. Salah satunya, adalah aturan paugeran dalam berbusana. Jadi, tidak boleh sak-karepe dhewe. Karena ada grup di medsos, malah saling menyalahkan,” tunjuk Gusti Moeng.

Mantan anggota DPR RI dua periode terpisah yang menerima penghargaan “The Fukuoka Culture Prize Award” dari Jepang 2012 itu juga mengingatkan tentang pentingnya kewajiban melekat bagi setiap abdi-dalem di elemen manapun berada, yang disebut “gawa-gawe” selain “labuh-labet”. Terkait dengan “gawa-gawe”, disebut sudah melekat saat abdi-dalem tersebut disumpah dalam wisuda yang diterimanya, agar selalu memenuhi kewajiban dan tanggung-jawab yang ada di dalamnya. Yaitu di antaranya, adalah wajib dan bertanggungjawab dalam pelestarian budaya Jawa, yang salah satunya wajib hadir dalam pisowanan di kraton.

BERTEMU SAHABAT : Dua sahabat tetangga daerah, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) bertemu KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) di halaman Pendapa Sasana Sewaka, yang hendak bersama-sama hadir dalam pisowanan khol wafat ke-18 Sinuhun PB XII, Minggu (5/11) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Jalannya pisowanan upacara adat khol wafat Sinuhun PB XII, agat mundur waktu dimulainya dari yang sudah diumumkan lewat undangan pukul 13.00 WIB. Banyak sekali para peserta di antara sekitar 300 yang hadir, tiba di gedhong Sasana Handrawina berangsur-angsur beriringan hingga pukul 12.00 WIB ritual baru bisa dimulai. Perjuangan hampir semua yang hadir dalam ritual, termasuk Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi, cukup melelahkan, karena terjebak dalam kemacetan dan kepadatan lalu-lintas akibat ada acara yang spiritual di dalam Kota Surakarta, dalam tiga hari tanggal 3-5 November hingga siang tadi.

Selama tiga hari itu, ada hajad besar haul wafat seorang habib di wilayah Kecamatan Pasarkliwon yang bertetangga dekat dengan lingkungan kraton, tetapi kesibukan dan kemacetan yang ditimbulkan luar biasa, karena para peziarah yang datang dari berbagai daerah di luar kota bahkan di luar provinsi mencapai belasan ribu orang. Dalam tiga hari itu, kepadatan dan kemacetan lalu-lintas di sejumlah ruas jalan dan perempatan di sekitar kraton, luar biasa hingga sempat menunda kehadiran para abdi-dalem yang dari luar kota sampai sekitar sejam, karena terjebak dalam kemacetan untuk sampai di kraton.

RAPAT PUNJER : Rapat Pakasa Punjer diikuti para ketua Pakasa cabang berlangsung di ruang eks kantor Sinuhun PB XI, seusai mengikuti ritual khol wafat ke-18 di gedhong Sasana Handrawina, Minggu (5/11) siang tadi. Rapat dipimpin Pangarsa Pakasa Punjer, KPH Edy Wirabhumi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karena dimulainya ritual khol mundur sejam, rapat koordinasi Pakasa yang diagendakan setelahnya juga dimulai mundur yaitu pada pukul 13.00 WIB lebih. Rapat yang dihadiri sejumlah pengurus Pakasa cabang, dipimpin Pangarsa Pakasa Punjer KPH Edy Wirabhumi, dibuka sambil memperkenalkan rombongan dari sebuah perusahaan kelapa sawit. Rapat berakhir jam 15.00 WIB lebih, berhasil memutuskan beberapa agenda peringatan hari jadi 92 tahun Pakasa, yang akan digelar dua hari yaitu 25-26 November dan dipusatkan di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa.  

Menurut KPH Edy Wirabhumi, selama dua hari itu akan digelar pentas seni, kirab budaya daerah, pergelaran wayang kulit dan rapat umum atau “parepatan luhur” yang akan diisi deklarasi budaya. KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) yang hadir bersama rombongan di ritual khol, rapat Pakasa bahkan dan tugas “tugur”, malam ini. Dia sangat mendukung agenda kirab budaya cirikhas andalan hari jadi Pakasa. KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) dan KRAT Mulyadi Puspopstoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) datang sejak Sabtu malam untuk memperkuat khataman Alqur’an yang digelar di Bangsal Parasedya, Sabtu malam (4/11). (won-i1).