Seharusnya Diteruskan dengan Shalat Hajad di Masjid Pudyasana
IMNEWS.ID – WALAU ada insiden keributan kecil karena ada protes akibat munculnya “daftar siluman” berisi nama-nama petugas kirab di luar yang disepakati antara “pihak Sasana Putra” dengan “pihak Kantor Sasana Wilapa”, tetapi proses persiapan hingga berakhirnya kirab pusaka termasuk berjalan lancar sampai semua pusaka kembali masuk kraton sekitar pukul 02.00 WIB Kamis (20/7) dinihari. “Cedera” kecil yang mewarnai proses awal kirab pusaka “perdana” di era kembalinya “Bebadan Kabinet 2004” memegang otoritas penuh di kraton, tidak mengendorkan semangat para pengurus Pakasa cabang yang penuh antusias hadir.
Wajah-wajah sejumlah ketua dan perwakilan pengurus Pakasa cabang seperti KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Pati), KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Magelang), KRAT Seviola (Ketua Pakasa Trenggalek), KRAT Surojo (Ketua pakasa Boyolali), KRAT Sukoco (Ketua Pakasa Nganjuk), KRAA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Ponorogo) dan perwakilan pengurus Pakasa Cabang Jepara, Kabupaten Magetan, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen dan sebagainya, tampak berbahagia bersukacita. Walau sejak awal banyak di antara mereka sudah disepakati menjadi petugas kirab, tetapi tetap bersemangat berada dalam barisan “pengayab” kirab hingga akhir prosesi.

“Ini pengalaman pertama kami dan pengurus Pakasa Cabang Magelang mengikuti kirab pusaka malam 1 Sura. Kami sudah lama menunggu kesempatan ini, walau pengurus Pakasa Magelang baru terbentuk setengah tahun ini,” ujar KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Magelang) yang mengaku datang dengan rombongan sekitar 25 orang dari Kabupaten Magelang, beberapa jam menjelang upacara dimulai pukul 21.00 WIB, Rabu malam (19/7) itu. Pengalaman pertama KRT Bagiyono itu, adalah pengalaman yang sangat istimewa karena terjadi di momentum perdana setelah “Bebadan Kabinet 2004” yang dipimpin Gusti Moeng kembali bekerja penuh di dalam kraton sejak 17 Desember 2022.
Walau sudah bukan pengalaman pertama, tetapi bagi KRAT Mulyadi Puspopustoko mengikuti kirab pusaka 1 Sura di tahun 2023 ini terasa ada sensasinya, mengingat ini adalah upacara adat kirab pusaka yang dilakukan dalam suasana longgar setelah pandemi dan setelah lima tahun GKR Wandansari Koes Moertiyah bisa kembali menjalankan tugasnya dengan penuh sebagai Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewa Adat di dalam kraton. Pengalaman itu, tentu juga dirasakan 50-an anggota rombongan Pakasa Cabang Pati yang diajaknya “sowan” menggunakan bus dan beberapa mobil pribadi.

Semangat dan sukacita itu tetap memancar dari wajah-wajah pengurus Pakasa cabang, walau mereka akhirnya hanya bisa menjadi pengisi barisan “pengayab” pusaka, karena dalam waktu yang sangat mendadak menjelang upacara persiapan dimulai, tiba-tiba ada perubahan besar dari yang semula disepakati keluar 13 pusaka menjadi hanya 7 buah/bilah pusaka. Tentu saja, perubahan mendadak itu yang sempat diprotes Gusti Moeng dan Gusti Timoer itu berpengaruh terhadap figur petugas yang disiapkan, juga jumlah abdi-dalem “pengayab” yang disiapkan, karena tiap pusaka dibawa rombongan petugas sebanyak 40-an orang.
“Saya sendiri juga kaget, mendengar ada perubahan mendadak sebanyak itu. Dari papan petunjuk panduan barisan, jumlahnya sampai pusaka 13. Kalau masing-masing pusaka butuh 40 orang pengisi barisan pembawa pusaka dan peralatannya, tinggal dikalikan jumlah pusaka yang tidak jadi dikeluarkan. Maka, benar saja Gusti Wandan sampai turun tangan mengatur, agar sisa barisan yang nganggur, bisa bergabung dan sebaran jumlah pendukung untuk setiap pusakanya menjadi merata. Apalagi, jarak antara pusaka satu dengan yang di depannya, terlalu jauh,” jelas KRMH Suryo Kusumo Wibowo menjawab pertanyaan iMNews.id, siang tadi.

Melihat beberapa jenis dan bentuk insiden kecil-kecil itu, memang sangat wajar dalam sebuah proses persesuaian dalam penggabungan “dua pihak” dari dua tokoh penting yang “berdamai” di Kraton Mataram Surakarta pada 3 Januari 2023 itu. Tetapi, pemandangan itu sekaligus memberi kesan bahwa proses perjalanan “perdamaian” ke jajaran di bawah kedua tokoh penting (Sinuhun PB XIII dan GKR Wandansari Koes Moertiyah), sangatlah berat dan alot sehingga jalannya tidak mulus dan progresnya kecil sekali dalam 6 bulan ini.
Kalau sebelumnya terdapat dua set penari bedaya Ketawang dan dua set pasukan prajurit kraton mencoba bergabung dan melakukan persesuaian untuk tujuan “berdamai” dan menjadi satu tetapi belum bisa terwujud, dalam ritual kirab pusaka 1 Sura juga dicoba bergabung dua set abdi-dalem jurusuranata dari “pihak Sasana Putra” dan “pihak Sasana Wilapa” alias pengikut Gusti Moeng. Pemandangan yang terjadi dalam doa wilujengan dan tahlil yang diperkuat rombongan abdi-dalem “Kanca Kaji” itu sudah bagus, tetapi ada sisi yang terkesan mengecewakan Gusti Moeng selaku pimpinan acara spiritual religi untuk menegaskan nuansa Islam Mataram Surakarta dalam ritual itu.

Karena, abdi-dalem jurusuranata yang ditunjuk untuk memimpin doa wilujengan da tahlil itu, di luar kesepakatan tiba-tiba juga berganti figur sehingga kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya. Bahkan, ada bagian tahapan penting dalam proses rangkaian ritual kirab pusaka yang tidak dijalankan salah satu dari dua set abdi-dalem jurusuranata itu, yaitu shalat hajad bersama yang selalu dilakukan setelah doa wilujengan di topengan Maligi Pendapa Sasana Sewaka. Shalat hajad dulunya selalu dilakukan di Masjid Pudyasana yang ada di kawasan kedhaton, tetapi hingga kini masih ditutup “salah satu pihak yang berdamai”.
Karena Masjid Pudyasana “tidak boleh” digunakan, maka shalat hajad dilakukan “kanca Kaji”, abdi-dalem jurusuranata pengikut Gusti Moeng dan beberapa ibu-ibu dari Putri Narpa Wandawa yang jumlahnya sekitar 30-an orang melakukan shalat di Pendapa Magangan. Pendapa yang sebenarnya bukan tempat peruntukan shalat untuk ritual itu, ruang tengahnya sejak sore sudah disiapkan dan dibersihkan lalu digunakan untuk keperluan ibadah sebagai rangkaian ritual menyambut Tahun Baru Jawa 1 Sura Jimawal 1957 1 Sura atau Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1445, setelah pukul 21.00 Rabu malam (19/7) itu. (Won Poerwono-bersambung/i1)