Batang Pohon Diabadikan Sebagai Hiasan Makam yang tak Bercungkup
BOYOLALI, iMNews.id – Pengageng Sasana Wilapa GKR Wandansari Koes Moertiyah Senin malam (19/6) menggelar doa tahlil dan zikir, sebagai peringatan dua tahun ambruknya pohon “Kepuh” yang merusak kompleks makam Sri Makurung Handyaningrat yang ada di Desa Malangan, Kecamatan Banyudono, tahun 2021. Pohon “Kepuh” setinggi kurang lebih 25 meter yang tumbuh di dalam kompleks makam, ambruk dan merusak beberapa sisi bangunan pendukungnya serta rumah warga dekat makam Adipati Pengging di zaman Kraton Kraton Demak atau masa-masa akhir Kraton Majapahit (abad 14-15) itu, roboh setelah diterjang angin lisus.
Tak lama setelah rusak dan Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Adat berkoordinasi dengan Pemkab Boyolali untuk menyusun perencanaan pemugaran, GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng waktu itu menyebutkan ada seorang kerabat yang bersedia membiayai pemugaran kompleks bangunan makam. Dan tak lama setelah itu, proses pemugaran benar-benar terjadi hingga selesai kira-kira setahun lalu, tetapi tetap mempertahankan posisi makam yang terbuka tanpa bangunan pelindung yang disebut “Cungkup”.
“Malam itu kami bersama rombongan dari kraton menggelar doa dan tahlil serta nyekar makam eyang Sri Makurung Handayaningrat. Sekaligus memperingati ambruknya pohon kepuh yang menimpa makam, bahkan merusakkan beberapa bagian bangunan, termasuk rumah warga dekat makam. Sampai sekarang, tidak pernah ada penanda waktu yang bisa dijadikan patokan untuk mengadakan peringatan wafatnya atau khol (haul-Red). Masyarakat berziarah ke sini, justru mengambil waktu ambruknya pohon Kepuh sebagai patokan haul. Maka, ya sumangga. Diambil hal positifnya saja. La wong mereka mau mendoakan kok. Itu malah bagus,” ujar Gusti Moeng.
Praktis, hingga kini pemugaraan kompleks makam menantu Prabu Brawijaya V itu sudah memasuki tahun kedua setelah benar-benar selesai secara keseluruhan. Gusti Moeng yang dihubungi iMNews.id siang tadi menyebutkan, dirinya mengajak rombongan dari Kraton Mataram Surakarta untuk mengadakan ziarah, Senin malam (19/6), memperingati dua tahun ambruknya pohon “Kepuh” yang merusak kompleks makam. Selain sejumlah sentana dan abdi-dalem, tampak hadir GKR Ayu Koes Indriyah mendampingi sang kakak, Gusti Moeng bersama suami, KPH Edy Wirabhumi serta kelihatan beberapa pengurus Pakasa Cabang Boyolali.
Sementara itu, pagi tadi Kraton Mataram Surakarta mendapat kunjungan sekitar 50-an personel Polresta Surakarta yang mengadakan “kerja bhakti” di kompleks halaman sekitar Pendapa Sasana Sewaka yang setiap hari selalu terjaga kebersihannya sejak peristiwa “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022. Kerja bhakti yang didahului apel di depan topengan Kori Kamandungan itu, dilanjutkan dengan “membersihkan” kompleks halaman di seputar Bangsal Pradangga yang berhadapan dengan Pendapa Sasana Sewaka.
“Sebelumnya Gusti Moeng, Sinuhun PB XIII dan saya membicarakan permintaan dari Polresta itu. Pada intinya, Polresta ingin mengambil momentum peringatan Hari Bhayangkara untuk ikut kerja bhakti, mengawali proses revitalisasi kraton. Karena semangatnya kebersamaan, ya tentu kami sambut. Apalagi, ada kabar baik yang dibawa, yaitu rencana revitalisasi yang akan dilakukan pemerintah pusat melalui Wali Kota Surakarta. Karena, revitalisasi di Pura Mangkunegaran sudah selesai. Kini ganti mengurus dan memperbaiki Kraton Surakarta,” jelas KPH Edy Wirabhumi yang dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi. (won-i1)