Momentum Peringatan Hari Jadi, Menjadi Ajang Silaturahmi
MADIUN, iMNews.id – Peringatan Hari Jadi ke-105 Kota Madiun, menjadi momentum yang sangat baik untuk menjalin kembali ikatan kekeluargaan di antara warga bangsa secara luas dan khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah vakum beberapa tahun karena dunia dilanda pandemi Corona, kini berbagai Bregada Prajurit Kraton Mataram Surakarta, juga kembali berkeliling di sejumlah daerah yang rata-rata sedang menggelar peringatan hari jadi. Kirab budaya rangkaian perayaan hari jadi itu, menjadi simbol terjalinnya kembali tali silaturahmi daerah-daerah yang pernah menjadi wilayah Mataram Surakarta (1745-1945).
Kirab budaya untuk mengarak air Sendang Gayam, menjadi awal dari rangkaian perayaan Hari Jadi ke-105 Kota Madiun, yang di tahun ini diperingati dengan berbagai kegiatan yang lebih besar dan lebih lengkap di banding selama pandemi Corona berlangsung, yang nyaris tanpa ada aktivitas perayaan. Sebelum kirab, di situs kompleks sendang yang ada di Kelurahan Kartoharjo, Kecamatan Kartoharjo, diadakan ritual pengambilan air sendang yang diawali dengan pentas wayang pakeliran padat yang melukiskan kisah adanyan sendang dan cikal-bakal Kota Madiun.
Wali Kota Madiun Drs Maidi dan istri tiba di Sendang Gayam sekitar pukul 13.00 WIB, yang saat itu sudah ditunggu empat Bregada Prajurit Kraton Mataram Surakarta yang menyambutnya. Setelah Wali Kota dan istri duduk di pendapa kecil, pentas pakeliran padat yang menceritakan awal-mula munculnya Sendang Gayam disajikan. Di situ dilukiskan, bagaimana pohon gayam besar yang pernah menaungi sendang telah tumbang, dan kini sudah diganti empat pohon gayam yang masih kecil. Berikut juga dikisahkan lahirnya nama Kelurahan Kartoharjo, yang kemudian juga dijadikan nama kecamatan di tengah Kota Madiun itu.
Ritual yang berlangsung sekitar 20 menit, diakhiri dengan pengambilan air sendang dan semua peserta kirab menata barisan di gang kecil depan sendang, yang berada di sebelah barat rumah dinas wali kota di jalan Pahlawan itu. Kira-kira pukul 14.15, Wali Kota mengibaskan bendera tanda pelepasan kirab budaya, dan Bregada Prajurit Tamtama termasuk Korsik Drum Band, Prajurit Jayeng Astra, Prajurit Prawira Anom serta Bregada Prajurit Sarageni yang berjumlah sekitar 50 orang itu berjalan keluar dari gang.
Menyusuri Jalan Pahlawan, empat Bregada Prajurit Kraton Surakarta berada di depan memandu barisa kirab budaya yang diikuti berbagai elemen masyarakat setempat, termasuk sepasang gunungan yang isinya mirip hajad-dalem gunungan di Kraton Mataram Surakarta, yang biasanya dikeluarkan menandai peringatan Idhul Fitri, Garebeg Syawal, peringatan Maulud Nabi Muhammad yaitu Garebeg Mulud dan sebagainya. Barisan kirab termasuk cukup panjang, karena menempuh rute kirab sejauh kurang-lebih 4 KM dan berakhir di halaman Kantor eks Residen Madiun yang kini jadi Kantor Bakorwil I Madiun, jam menunjukkan pukul 16.00 WIB.
Hadirnya warna-warni kostum prajurit Kraton mataram Surakarta di event itu memang sangat menarik warga yang sudah menunggu di sepanjang rute kirab. Rata-rata tertarik menyaksikan karena sensasi suara drum band, kemudian cirikhas kostum prajurit yang unik-unik. Bagi kalangan generasi muda bahkan milenial, pemandangan yang unik dan aneh itu adalah pengalaman baru, meskipun sebelum pandemi Corona melanda, beberapa bregada prajurit Kraton Mataram Surakarta sudah pernah tampil di Kota Madiun, misalnya ketika ikut memeriahkan ulang tahun sebuah perguruan silat terbesar yang berpusat di kota itu.
“Dulu memang sudah pernah. Tetapi sudah lama, apalagi setelah dilanda pandemi Corona, hampir semua daerah tidak mengadakan perayaan apapun yang bisa mengundang kerumunan orang dalam jumlah besar. Kemarin, kami habis tampil di Kabupaten Trenggalek, untuk acara kirab yang hampir sama keperluannya, mengarak air sendang. Sekarang, Kota Madiun juga menghadirkan prajurit kraton dalam rangaka hari jadi. Sebentar lagi, Kabupaten Trenggalek akan mengundang lagi, untuk keperluan yang sama, tetapi di desa yang berbeda. Nanti, event “Grebeg Suro 2023″ untuk peringatan hari jadi Ponorogo (Jatim), kami juga akan mendukung kirab.”
“Ini awal yang baik, untuk melanjutkan hubungan silaturahmi yang sudah terputus akibat pandemi. Mudah-mudahan akan terus terjalin sampai selamanya. Karena antara Kraton Mataram Surakarta dengan berbagai daerah di Jateng dan Jatim, bukan orang lain lagi, karena ada latarbelakang sejarah yang menunjukkan asal-mula kita sebagai warga dari satu peradaban, yaitu budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Surakarta,” ujar KRT Arwanto Darpodipuro selaku penanggungjawab kehadiran prajurit Kraton Mataram Surakarta di acara Hari Jadi ke-105 Madiun, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Sebagai data historis pendukung hubungan kultural itu, Dr Purwadi selaku peneliti sejarah dari Lokantara Pusat (Jogja) menyebutkan dalam buku “Sejarah Berdirinya Kabupaten Madiun” yang ditulis, bahwa Sinuhun Paku Buwana II (1727-1749) adalah menantu Bupati Madiun, karena putrinya yang beranama Kanjeng Ratu Emas Balitar dijadikan permaisurinya. Dan seterusnya, hubungan antara warga Madiun di wilayah kabupaten yang lebih tua, maupun wilayah kota baru yang terbentuk di tahun 1917 selalu terjalin erat, apalagi setiap “Bupati Manca” yang menjabat, adalah aparat pemerintahan yang ditempatkan Sinuhun Paku Buwana di Mataram Surakarta.
Perihal “Sendang Gayam” yang menjadi cikal-bakal Kota Madiun, kini benar-benar berada di tengah perkampungan padat di tengah kota, yang masuk wilayah Kelurahan Kartoharjo dan Kecamatan Kartoharjo. Untuk mencapai kompleks situs mata air itu, harus memasuki gang kecil sekitar 50 meter dari jalan raya Pahlawan. Kompleks sendang itu dijadikan objek wisata ritual dan kuliner, karena lingkungannya ditata dan diberi fasilitas shelter dagang aneka makanan khas setempat, di antaranya pecel Madiun. (won-i1)