Dinas Peternakan Merekomendasikan, 7 Ekor Mahesa Kiai Slamet tak Siap

  • Post author:
  • Post published:July 23, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read

Untuk Menjalankan Tugas Kirab Pusaka Menyambut 1 Sura

SURAKARTA, iMNews.id – Setelah penguburan seekor betina (Nyai Apon) dan 7 ekor kagungandalem mahesa keturunan Kiai Slamet yang tertular PMK dirawat secara medis di kandangnya kawasan Alun-alun Kidul  atau Alkid (iMNews.id, 22/7), dari pagi hingga siang tadi satu tim dari Dinas Peternakan Kota Surakarta kembali menyambangi yang sakit dan melakukan vaksinasi kepada 8 ekor lainnya yang dinyatakan sehat. Dari hasil pemeriksaan dokter hewan anggota tim yang dipimpin drh Agus Sasmito itu ditegaskan, pihaknya merekomendasikan sejumlah satwa jinak “pusaka kelangeandalem” Kraton Mataram Surakarta itu untuk tidak menyertakan semua atau di antara yang terkena PMK untuk diajak dalam kirab pusaka menyambut Tahun Baru Jawa 1 Sura, yang direncanakan akan berlangsung tanggal 29 Juli malam atau 30 Juli dini hari.

“Dari hasil pemeriksaan kami, 7 ekor yang positif kena PMK butuh waktu sedikitnya 2 minggu untuk pemulihan setelah dirawat secara medis. Dan ukuran normal pemulihan, bisa memakan waktu antara 1 sampai 3 bulan. Tetapi semua tergantung cara-cara perawatan sesuai standar yang ideal dan ada kepedulian yang baik seperti di sini. Atau dibiarkan saja seperti yang banyak terjadi di lingkungan masyarakat pedesaan, apalagi pelosok, yang rata-rata ya kurang peduli”.

“Dengan ukuran proses itu tadi, maka sangat berisiko apabila ada di antara yang positif PMK itu disertakan untuk berjalan cukup jauh dalam upacara adat tersebut. Karena PMK kebanyakan arahnya ke kaki pincang. Kalau dalam pemulihan malah diajak jalan cukup jauh, nanti malah jadi berbeda penyebabnya. Jadi, saya kira belum siap untuk keperluan seperti itu,” jelas drh Agus Sasmito, koordinator tim dari Dinas Peternakan Kota, menjawab pertanyaan para wartawan di Pendapa Sitinggil Kidul, tadi siang.

Tim dari Dinas Peternakan yang datang kembali setelah kali pertama merawat 7 ekor yang positif PMK dan seekor meninggal akibat penyakit yang sama, Kamis pagi (21/7), tadi siang langsung menuju kompleks Pendapa Sitnggil Kidul yang dijadikan kandang darurat bagi 6 ekor keturunan Kiai Slamet. Enam ekor yang dinyatakan belum tertular PMK itu, terpisah di tiga kandang masing-masing sepasang, tetapi kemarin diputuskan hanya sepasang di sisi barat uang divaksin setelah semuanya diperiksa.

BERI PENJELASAN : Gusti Timoer selaku Ketua Pengelola Kawasan Alun-alun Kidul Kraton Mataram Surakarta ketika menjawab pertanyaan para wartawan di Pendapa Sitinggil Kidul, tadi pagi, tentang rekomendasi tim dokter dari Dinas Peternakan Kota agar mempertimbangkan kesehatan mahesa yang sedang dalam pemulihan karen tertular PMK. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Saat menyuntik vaksin kepada sepasang mahesa bule, tim dokter hewan yang dibantu para abdidalem srati dan beberapa personel Polsek Pasarkliwon, tampak kesulitan saat hendak menghentikan si betina yang bernama Sela (lahir Selasa-Red) yang terus bergerak melepaskan diri saat akan disuntik, walau sudah dirayu dengan segenggam ubi tanah atau ketela. Butuh waktu hampir 1 jam untuk menangani sepasang mahesa muda itu, sebelum drh Agus Sasmito memberi keterangan pers bersama GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani  di Pendapa Sitinggil Kidul, didampingi KRMH Kusumo Wibowo, BRM Parikesit dan disaksikan GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa sekaligus Ketua LDA dan KPH Edy Wirabhumi selaku Pimpinan Lembaga Hukum Kraton Surakarta (LHKS).

Sementara, GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani selaku Ketua Pengelola Alun-alun Kidul Kraton Mataram Surakarta menjawab pertanyaan para wartawan dan iMNews.id menyatakan, setelah mendengar diskusi dan rekomendasi tim dokter dari Dinas Peternakan Kota pihaknya sangat berharap, panitia kirab pusaka menyambut 1 Sura yang sudah dibentuk bersama Pemkot tidak perlu memaksakan keterlibatan beberapa ekor mahesa keturunan Kiai Slamet untuk diajak kirab. Mendengar penjelasan itu, Pengageng Sasana Wilapa yang juga Ketua LDA yang akrab disapa Gusti Moeng juga menandaskan, kirab pusaka yang sudah direncanakan dipersilakan untuk dilaksanakan, tetapi tidak perlu mengajak serta beberapa ekor kagungandalem mahesa, karena risikonya bisa lebih buruk.

“Ya ndilalah, 7 ekor yang terkena PMK itu bisa disebut pasukan inti yang sudah biasa diajak kirab dalam menyambut 1 Sura. Jadi, saya setuju dengan rekomendasi tim dokter. Kalau dipaksakan, risikonya bisa lebih buruk. Karena, paling sedikit butuh waktu 2 minggu untuk pemulihan setelah ditangani secara medis. Tadi dokter Agus menunjuk beberapa ekor lain yang masih sehat, saya katakan mahesa yang tidak biasa atau belum pernah diajak kirab, akan merepotkan para (abdidalem) srati dan prosesi kirab itu sendiri. Karena, belum terbiasa jalan jauh di malam hari dan berhadapan dengan keramaian orang banyak,” tunjuk Ketua Pengelola Kawasan Alun-alun Kidul yang akrab disapa Gusti Timoer itu.

KESEHATAN MAHESA  : Sambil berziarah di makam Bupati Ponorogo (1737-1745) RT Surabrata, pengurus Pakasa Cabang Ponorogo yang dipimpin KRA MN Gendut Wreksodiningrat (ketua), juga mendoakan bagi kesehatan kawanan mahesa keturunan Kiai Slamet yang pernah diberikan RT Surabrata kepada Sinuhun PB II, waktu itu. (foto : iMNews.id/dok)

Dari Pendapa Sitinggil Kidul, tim pindah ke kandang sisi selatan Alun-alun Kidul atau Alkid yang diisi enam ekor kondisi sehat, yang dipisah dengan sekat  dari empat ekor yang dinyatakan positif PMK, salah satunya adalah induk yang sedang hamil tua. Di situ, Gusti Timoer, BRM Parikesit serta KRMH Kusumo Wibowo menunggui tim dokter yang menyuntik vaksin enam ekor yang dinyatakan sehat, untuk kekebalan. Sementara yang empat ekor, termasuk yang hamil tua, berendam di kubangan dekat kandang itu.

Proses menyuntik vaksin untuk enam ekor, dua di antaranya balita atau masih “gudel”, cukup lancar setelah para abdidalem srati termasuk Heri, bisa membujuk mereka hingga masuk kandang semua, dirayu dengan pakan dan begitu cepat ditusuk suntikan ketika mereka baru asyik menyantap rumput gajah dan ketela. Di beakang kandang itu, Kamis pagi menjadi tempat mengubur seekor yang meninggal, yaitu Nyai Apon. Kini, di lokasi Alkid secara keseluruhan masih tersisa 18 ekor dari 19 ekor.

Gusti Moeng menambahkan, Kamis (21/7) saat mendengar kabar seekor betina mahesa keturunan Kiai Slamet meninggal, kontan menghubungi pengurus Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim) untuk memajukan rencana ziarah ke makam RT Surabrata yang dikenal dengan nama Adipati Sura Agul-agul, berada di Desa Setono, Kecamatan Jenangan , Kabupaten Ponorogo. Kepada Ketua Pakasa Cabang, KRA MN Gendut Wreksodiningrat dan rombongan ziarah, dititipkan doa permohonan kepada Tuhan YME, agar semua kerabat masyarakat adat, bangsa dan dan negara RI diberi keselamatan dan kesehatan, termasuk sejumlah mahesa keturunan Kiai Slamet yang pernah diberikan Bupati Ponorogo (1737-1745) RT Subrata yang juga direstui Kyai Khasan Besari, guru spiritual sekaligus besan Sinuhun PB II itu. (won-i1)