Hari Ini, Gusti Moeng Akhiri Agenda Nyadran di Makam Ki Ageng Butuh

  • Post author:
  • Post published:February 19, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Hari Ini, Gusti Moeng Akhiri Agenda Nyadran di Makam Ki Ageng Butuh
PIMPIN DOA : Abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro tampak memulai memimpin tahlil, sementara Gusti Moeng masih menyiapkan uba-rampe pengiring doa. Ritual Nyadran digelar di cungkup makam keluarga besar Sultan Hadiwijaya di Astana Pajimatan Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Sragen, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Makam Jaka Tingkir dan Dua Lokasi Makam di Kabupaten Karanganyar

SRAGEN, iMNews.id – Rabu (19/2) hari ini, Gusti Moeng mengakhiri agenda kegiatan “Nyadran” Kraton Mataram Surakarta. Dia memimpin rombongan sekitar 40 orang dari jajaran Bebadan Kabinet 2004, elemen Pakasa, Putri Narpa Wandawa dan elemen Pasipamarta. Lokasi makam pertama yang dituju adalah Astana Pajimatan di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.

Makam tokoh heroik di zaman Kraton Demak (abad 15) yang bernama Mas Karebet, lalu berubah menjadi Jaka Tingkir dan terakhir jumeneng nata sebagai Raja Kraton Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya (abad 15-16) ini, juga sering disebut makam Ki Ageng Butuh. Nama itu adalah nama lain ayahandanya, yaitu Ki Ageng Kebo Kenanga yang juga bersemayam di situ.

KECIL TAPI INDAH : Kompleks makam Astana Pajimatan Butuh, Sragen termasuk kecil areanya tetapi kini sangat indah setelah direnovasi beberapa kali. Untuk kegiatan Nyadran rombongan Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng seperti siang tadi, banyak yang harus duduk di halaman di sela-sela makam.(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tiba di kompleks makam Ki Ageng Butuh  sekitar pukul 09.00 WIB, Gusti Moeng bersama kakak kandungnya, Gusti Madu (KGPH Madu Kusumonagoro) dan istri, langsung menggelar doa dan tahlil di dalam cungkup makam. Abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro mendapat tugas untuk memimpin doa dan tahlil Sultanagungan dan dilanjutkan dengan tabur bunga.

Selain Gusti Madu dan istri, Gusti Moeng juga dikawal KPH Bimo Djoyo Adilogo (Bupati Juru Kunci Astana Pajimatan Imogiri), KRMH Suryo Manikmoyo dan KRMY Suryo Kusumo Wibowo dari unsur wayah-dalem Simnuhun PB XII. Beberapa sentana-dalem dan sentana garap serta beberapa abdi-dalem garap juga tampak, selain para pamong makam dan beberapa warga Pakasa Sragen.

Di makam Ki Ageng Kebo Kenanga, Sultan Hadiwijaya dan keluarga besarnya, Gusti Moeng segera melakukan tabur bunga dan berdoa secara khusus di masing-masing pusara. Sangsangan melati-kanthil tak lupa disematkan di “maijan” nisan. Setelah itu, Gusti Madu dan istri serta para kerabat sentana Putri Narpa Wandawa dan berbagai elemen bergiliran mengikutinya.

Tak lupa, Gusti Moeng juga berdoa secara khusus di pusara KPH Sinawung, seorang tokoh “senapati” pada saat Sultan Hadiwijaya jumeneng nata di Kraton Pajang. Tokoh itulah yang disebut-sebut berjasa karena saat Kraton Pajang banyak mendapat gangguan dari para pesaing Jaka Tingkir, yang juga “berambisi” menjadi raja pajang, dan semua bisa diatasinya.

BERDOA BERSAMA : Gusti Moeng dan rombongan saat bersama-sama berdoa pada agenda Nyadran terakhir di makam keluarga besar RT Atma Reksadipura di Desa Bothok, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Tak lama kemudian, hujan deras turun disertai kabut tipis yang sempat membasahi lantai makam, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dan di luar dugaan, saat ziarah Nyadran itu juga ada kerabat yang bernama KPP Haryo Sinawung Waluyoputro. Dia adalah seorang kerabat sentana trah darah-dalem dari Sinuhun PB IX. Kepada iMNews.id dirinya tak pernah menyangka bahwa namanya juga “nunggak-semi” atau diambil dari nama seorang leluhur pada zaman Kraton Demak, yang disebut-sebut “pemberani”.

“Wah, ternyata ada betul ya. Makanya, kakek saya pernah menyebut-nyebut nama itu. Berarti sebelumnya sudah ada. Saya sungguh tidak menyangka, kalau nama Haryo Sinawung itu tokoh senapati pemberani,” ujar KPP Haryo Sinawung kepada iMNews.id yang sempat ngobrol saat Nyadran. KPP Sinawung, adalah tokoh yang berani memberi dhawuh gamelan Sekaten sitabuh.

SUASANA HUJAN : Gusti Moeng dan semua rombongan terpaksa merapat agar tidak kena tampias hujan yang sedang turun deras saat Nyadran di makam keluarga besar RT Atma Reksadipura di Desa Bothok, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Selesai dari makam Ki Ageng Butuh sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan safari “Tour de Ruwah” yang dipimpin Gusti Moeng meluncur ke makam keluarga besarnya di Desa Bothok, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Makam RT Atma Reksadipura rutin “disadran”, karena pernah menjadi abdi-dalem di Museum Kraton Mataram Surakarta di awal masa republik.

Baru “cethik geni” (membuat api-Red) untuk “caos dhahar” atau pengantar doa, hujan deras tiba dan berkabut. Gusti Moeng dan semua yang mengikuti berteduh di cungkup terbuka, dan duduk lesehan di atas lantai makam yang mulai kena limpasan air hujan. Namun, begitu doa selesai dan tabur bunga dimulai, hujan mereda bersamaan dengan selesainya Nyadran di situ.

TABUR BUNGA : KGPH Madu Kusumonagoro dan Gusti Moeng menabur bunga beberapa nisan makam keluarga kakek-nenek dari garis ibunya, serta abdi-dalem terdekat di masa kecil keluarganya di TPU di Kragilan, Desa Bonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dari makam Desa Bothok, rombongan “Tour de Ruwah” menuju makam keluarga di Kragilan, Desa Bonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Di makam yang sudah menjadi TPU dan nyaris habis tak ada ruang kosong itu, diziarahi beberapa makam keluarga kakek-nenek dari garis ibunda keluarga Gusti Moeng dan beberapa abdi-dalem yang dekat di masa kecil.

Dengan kegiatan Nyadran dalam sehari ini tadi, seluruh agenda “Tour de Ruwah” yang menjadi tradisi Kraton Mataram Surakarta tahun 2025 ini berakhir. Gusti Moeng menyebut, setelah agenda Nyadran, kraton akan segera menyiapkan tradisi menyambut bulan puasa/Ramadhan. Selama Ramadhan, akan digelar ritual “Malem Selikuran” menyambut malam “Lailathul qadar”. (won-i1)