Berjaga-jaga Kalau Tahun Depan Tidak Ada Bantuan Revitalisasi
SURAKARTA, iMNews.id – Pihak otoritas di Kraton Mataram Surakarta terpaksa menebang satu di antara beberapa pohon jati yang ada di halaman kompleks Pesanggrahan Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabipaten Sukoharjo, sekitar seminggu yang lalu. Pohon jati yang diperkirakan berusia 30 tahun itu, ditebang untuk segera dimanfaatkan sebagai pengganti “dudur” atau gording konstruksi atap bangunan Pendapa Sitinggil Kidul yang diperkirakan tidak akan tahan menunggu turunnya dana bantuan revitalisasi dari Kemen PUPR yang dijanjikan pemerintah baru bisa dianggarkan di APBN 2024.
“Ya kalau benar-benar bisa dianggarkan dan bisa cair di tahun 2024. Kalau tidak, terus bagaimana? Padahal, banyak sekali bangunan yang sudah tidak bisa bertahan lebih lama, dan tinggal menunggu waktu ambrolnya. Apa kita mau tunggu sampai ambrol semua?. Kalau masih bisa kita cari cara mengatasi, ya secepatnya kita atasi. Menebang satu pohon jati di Pesanggrahan Langenharjo itu, sekadar untuk berjaga-jaga. Jangan sampai kedahuluan ambrol, tetapi bantuan yang kita tunggu tak jelas kapan datangnya,” ujar KPH Edy Wirabhumi menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Seperti diketahui, sudah sejak sebelum 2017 lalu bangunan Pendapa Sitinggil Kidul terdeteksi mengalami kerusakan yang cukup parah di sejumlah titik, terutama di simpul-simpul pertemuan antara beberapa konstruksi penyangga di beberapa sudut yang keropos karena selalu jadi tadah bocoran air di saat hujan. Tetapi belum sempat mendapat giliran direnovasi, proses renovasi yang berjalan hampir tiap tahun dari satu titik bangunan ke titik bangunan lain itu, terhenti karena peristiwa “mirip operasi militer” di bulan April tahun 2017.
Beberapa tahun sebelum datang insiden April 2017, Kraton Mataram Surakarta sedang menyusun desain perencanaan revitalisasi kraton secara menyeluruh yang akan melengkapi proposal untuk diajukan kepada pemerintah pusat. Dalam tahun-tahun itu, proses renovasi kecil-kecilan dari satu titik bangunan ke bangunan lain, masih ada karena mendapat bantuan Kemen PUPR yang baru mau mengucurkan bantuan proyek sejak berhenti total dalam waktu satu dekade lebih sebagai imbas peristiwa suksesi 2004.
“Selama 2017 sampai 2022, ada yang masih berjalan, tetapi saya tidak tahu prosesnya karena kami semua berada di luar kraton sejak 2017. Dengan peristiwa perdamaian kemarin itu, sebenarnya bisa menjawab ajakan atau tantangan pihak pemerintah yang akan mengucurkan bantuan revitalisasi dengan syarat Gusti Moeng dan Sinuhun (PB XIII-red) damai. Perdamaian sudah terwujud (3 Januari 2023-Red), bahkan semua bersama-sama menghadap Wali Kota Surakarta yang menyampaikan tawaran bantuan pemerintah pusat itu,” ujar KPH Edy, waktu itu.
Namun proses pembicaraan selanjutnya antara Sinuhun dan Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa) yang mewakili pihak kraton dengan Wali Kota yang mewakili pemerintah pusat, ternyata tidak bisa menganggarkan bantuan revitalisasi di tahun 2023 ini. Tetapi, pihak kraton sudah menyerahkan desain revitalisasi kraton secara menyeluruh kepada Kemen PUPR, hasil penyusunan yang diinisiasi KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab secara teknis penerima bantuan, yang bisa dipakai pemerintah sebagai landasan untuk memilih prioritas titik bangunan mana yang didahulukan.
“Jadi, desain revitalisasi secara menyeluruh sudah kami serahkan kepada kemen PUPR. Tetapi, katanya tidak bisa dianggarkan di rahun ini. padahal, tahun 2024 adalah tahun politik. Sangat mungkin anggarannya tersedot ke sana. Suasananyapun, bisa terkonsentrasi ke proses Pemilu. Saya mendengar, ada bantuan dari Arab saudi. Tetapi, itu juga belum bisa dikonfirmasi. Kalau Pendapa Sitinggil Kidul harus menunggu kepastian semua kabar bantuan itu, bisa-bisa malah ambrol dan rusaknya lebih parah, kalau kita tidak berinisiatif mencari solusi,” tandas KP Edy.
Untuk itu, sekitar seminggu yang lalau, sebatang dari beberapa pohon jati hasil penanaman pribadi kraton sekitar 30-an tahun lalu, terpaksa ditebang karena ada kebutuhan mendesak untuk kebutuhan renovasi pendapa Sitinggil Kidul. Sebatang pohon itu, ketika diambil lurus sepanjang 20 meter, lebar 12 cm dan tinggi 29 cm, hanya didapat satu batang balok saja. Tetapi bisa dijadikan 2 batang, masing-masing panjang 10 meter, yang diperkirakan cukup untuk mengganti dua titik sambungan yang keropos, di pojok barat dan timur sayap utara pendapa. (won-i1)