Grup Laras Madya “Ngesti Swara” Tampil di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa

  • Post author:
  • Post published:December 19, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Grup Laras Madya “Ngesti Swara” Tampil di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa
SENI SANTISWARA : Grup seni Santiswara atau Laras Madya "Ngesti Swara" dari Desa Jatisobo, Polokarto, Sukoharjo menjadi "surprise" dan menarik sekaligus menambah keragaman "Pekan Seni budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa" di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa malam kedua, Minggu (18/12/2022). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Jadwal Sajian Wayang Kulit dari Pakasa Pacitan Maju Semalam

SURAKARTA, iMNews.id – Pertunjukan seni karawitan bernafaskan religi dan biasa disebut “Laras Madya” dari wilayah Pakasa Cabang Sukoharjo, semalam tampil di malam kedua “Pekan Seni budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, Minggu, 18/12/2022. Sajian seni pedalangan wayang kulit purwa dari (embriyo) Pakasa Cabang Pacitan (Jatim) yang sebelumnya diagendakan tampil Senin (19/12) malam nanti, juga sudah menghiasi suasana di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa Kraton Mataram Surakarta, tadi malam.

Dari “rundown” agenda acara yang diberikan panitia kepada iMNews.id sebelum semua acara dimulai menyebutkan, ada sajian seni pada sore mulai pukul 16.00 WIB hingga menjelang Magrib yang kemarin diisi sajian drama kolosal “Sabdo Palon” dari Pakasa Cabang Karanganyar. Namun KRMH Kusumo Wibowo dari pengurus Pakasa Punjer menyebutkan, jadwal pementasan wayang kulit purwa memang masih menunggu kepastian dari pihak penyaji, yang akhirnya memilih untuk maju sehari tampil di hari Minggu (18/12) atau semalam.

BERFOTO BERSAMA : Sehabis menyajikan tiga repertoar tari berturut-turut di malam kedua “Pekan Seni budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (18/12/2022), para penari dari Sanggar Lokatari Art, Karanganyar diajak foto bersama Gusti Moeng dan Ketua Pengurus Pakasa Punjer. (foto : iMNews.id/Won Poerwono).

Penampilan grup Laras Madya “Ngesti Swara” dari Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo menjadi “surprise” di malam kedua “Pekan Seni budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa”, semalam, karena bisa mewarnai seluruh rangkaian pekan seni budaya, meskipun masih ada malam-malam berikut sampai terakhir di tanggal 25 Desember. Penampilan grup yang diketuai Suharman itu, sekaligus membuktikan bahwa khasanah seni budaya Jawa yang berumber dari Kraton Mataram Surakarta, sangat beragam, apalagi yang berkembang dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lokal berbagai daerah tempatnya berkembang.

Seni Laras Madya (tengah-Red) yang juga dikenal dengan seni Santiswara, khas sekali sebagai seni karawitan (ringkas) yang bernuansa religius Islam, mirip yang kini masih dipelihara kalangan kampus di IAIN Ponorogo (Jatim), juga mirip yang kini dilestarikan Pakasa Jepara dengan nama “syi’ir”. Penampilan sekitar 30-an seniman Santiswaran itu seakan membangun suasana religi di ruang Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa mulai pukul 19.00 WIB, mengawali semua sajian yang sudah tertulis dalam “rundown” acara.

TOKOH PUNTADEWA : Gusti Moeng menyerahkan tokoh Puntadewa kepada Ki Sunardi Gondocarita yang didampingi Ki Bramantya Pangestu dan disaksikan Ketua Pakasa Punjer KPH Edy Wirabumi dan Ketua Pakasa Pacitan KRT Suwandi Joyohadinagoro, sebelum pentas wayang kulit malam kedua “Pekan Seni budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa dimulai, Minggu (18/12/2022). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Usai penampilan grup Santiswara “Ngesti Swara” dari sekitar Masjid Agung Jatisaba, Polokarto, Sukoharjo itu, disusul sajian tiga tari sekaligus berturut-turut yaitu tari “Jawa Kreasi”, tari “Nusantara” dan tari “Latina Javanesia” dari Sanggar Lokatari Art, Karanganyar. Dengan durasi waktu sekitar 20 menit, tari “Golek Manis” dari Sanggar Tari ” Wisma Sekar Mawar” (Karanganyar), mendapat giliran tampil berikutnya, mulai pukul 20.00 WIB, sedang tiga tarian sebelumnya hanya berdurasi rata-rata 10 menit.

Sebelum semua sajian tari itu berakhir, GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) hadir diikuti KPH Edy Wirabhumi selaku Ketua Pengurus Pusat Pakasa. Keduanya meminta semua penyaji tari untuk naik panggung berfoto bersama. Seusai itu Ketua LDA yang akrab disapa Gusti Moeng memberi pidato sambutan, yang antara lain menyebutkan beberapa acara penting yang digelar hingga penutupan tanggal 25 Desember, yaitu seminar nasional tentang budaya dan ketahanan nasional serta kirab budaya.

TAMPIL FULL TEAM : Pentas wayang kulit persembahan Pakasa (embriyo) Cabang Pacitan (Jatim) yang disajikan dua dalang Ki Sunardi Gondocarita dan Ki Bramantya Pangestu, tampil “full team” di malam kedua “Pekan Seni budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa” di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (18/12/2022). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Giliran terakhir sajian semalam, adalah pentas wayang kulit semalam suntuk yang batal dijadwalkan Senin malam ini. Dua dalang masing-masing Ki Sunardi Gondocarito dan dalang remaja Ki Bramantya Pangestu, diundang ke panggung untuk menerima tokoh wayang Puntadewa atau Yudistira dari Gusti Moeng yang didampingi Ketua Pengurus Pakasa Punjer. Mereka juga diajak foto bersama oleh Gusti Moeng, KPH Edy dan Ketua (embriyo) Pakasa Cabang Pacitan, yaitu KRT Suwandi Joyohadinagoro yang akrab disapa Kanjeng Iwan.

Tepat mulai pukul 21.30 WIB pentas wayang kulit menyajikan lakon “Pandawa Piningit” dimulai. Penampilan dua dalang secara estafet yang dimulai Ki Sunardi Gondocarito dari “bedhol kayon”, tampak “full team” dengan 30-an seniman, 10 di antaranya pesinden dan separonya masih remaja. Saat pentas wayang disajikan, sekitar 100 kursi yang ditata di tempat undangan penuh semua, bahkan banyak yang berdiri dan duduk lesehan di atas lantai Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, menjadikan suasana lebih hangat dan meriah dibanding malam sebelumnya (iMNews.id, 17/12/2022) yang sepi. (won-i1)