Pentas Wayang Peringatan 10 Sura, Jadi Sajian Tunggal Wisudan Abdidalem

  • Post author:
  • Post published:August 8, 2022
  • Post category:Budaya
  • Reading time:5 mins read

Juga Diberikan Kepada  Prajurit “Jaya Tan Antaka”

SURAKARTA, iMNews.id – Pentas wayang “gedhog” dilanjutkan wayang kulit puwa yang dilakukan dua dalang berturut-turut untuk memepringati tanggal 10 Sura (Asura-Red), menjadi sajian dan hiburan tunggal pelaksanaan upacara wisuda 180-an abdidalem yang menerima paringdalem gelar kekerabatan dari Kraton Mataram Surakarta, melalui Lembaga Dewan Adat (LDA) yang diketuai Gusti Moeng. Wisuda yang ditandai dengan penyerahan partisara kekancingan dilakukan Gusti Moeng, diikuti pengalungan samir yang dilakukan KGPH Mangkubumi (putra tertua Sinuhun PB XIII), berlangsung di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (7/8) tadi malam.

Ada 180-an penerima partisara kekancingan berisi gelar kekerabatan mulai dari pangkat “Penewu” (Mas Ngabehi atau MNg-Red) hingga “Sentana Garap” (Kanjeng Pangeran atau KP), yang dibagikan dalam sebuah upacara yang dimulai pukul 19.00 WIB tadi malam. Mereka adalah para abdidalem yang semula diagendakan diwisuda di tempat asal masing-masing, yaitu Kabupaten Kendal, Kota dan Kabupaten Semarang serta abdidalem prajurit “Jaya Tan Antaka”.

BERFOTO BERSAMA : Sehabis mewisuda para penerima paringdalem gelar kekerabatan, Gusti Moeng dan KGPH Mangkubumi mengajak berfoto para wisudawan pada upacara yang digelar di acara peringatan 10 Sura di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (7/8) malam tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pengageng Karti Praja KPHA Sangkoyo Mangun Kusumo mendahului dengan membacakan dasar hukum pemberian kekancingan, lalu dilanjutkan wisuda yang ditandai dengan penyerahan partisara kekancingan oleh GKR Wandansari selaku Ketua LDA sekaligus Pengageng Sasana Wilapa. Sedangkan pengalungan samir, dilakukan Pengageng Karti Pura KGPH Mangkubumi. Khusus untuk para prajurit Jaya Tan Antaka dan anggota prajurit Senapati Mataram, penyerahan kekancingan dilakukan KPH Edy Wirabhumi dan pengalungan samir oleh KRMH Kusumo Adilogo.

Agenda kegiatan yang sudah disusun Kraton Mataram Surakarta dan dilaksanakan LDA, setelah wisudan dan pentas wayang 10 Sura, segera akan dilaksanakan pengiriman beberapa bregada prjauirt untuk mendukung Kirab Budaya yang dilakukan Pemkab Ponorogo dalam rangka peringatan hari Jadinya yang ke-526 pada 11 Agustus. Setelah, masih ada upacara adat labuhan ke “Segara Kidul” di panyai Parang Kusuma, Bantul (DIY) 12 Agustus, juga upacara adat peringatan berdirinya “Surakarta” (Kraton Mataram Surakarta) 17 Sura pada 15 Agustus, dan upacara adat larab selambu makam Sinuhun Amangkurat Agung di Kabupaten Slawi/Tegal pada 23 Agustus.

TERIMA BUKU : Gusti Moeng didampingi KPH Edy Wirabhumi dan KRMH Manikmoyo menerima cinderamata buku hasil penelitian tentang “Ibu Kota Negara”, yang diserahkan oleh peneliti dan penyusunnya sendiri, di sela-sela upacara wisuda abdidalem di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (7/8) malam tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Seperti diketahui, sebelumnya “wisudan” untuk abdidalem di Kabupaten Kendal, Kota dan Kabupaten Semarang sudah menjadi abgian dari agenda kegiatan LDA selama bulan Sura yang dimulai dengan tugur dan wilujengan menyambut Tahun Baru Jawa Ehe 1956 tanggal 29 Juli atau malam tanggal 1 Sura. Namun, dua agenda kegiatan untuk tiga daerah itu batal dan dijadikan satu dengan peringatan “Asura” tanggal 10 Sura yang berlangsung di Pendapa Pagelaran, tadi malam, bersamaan dengan sajian pentas wayang yang menjadi agenda rutin tiap tahun di bulan Sura.

Gusti Moeng menyampaikan sambutan dua kali dalam kesempatan malam itu, yang pertama untuk peristiwa upacara wisuda abdidalem dan yang kedua untuk pentas wayang menyambut hari “Asura”, yang oleh dwija Sanggar Pasinaon Pambiwara KP Budayaningrat di tempat terpisah, tanggal 10 Sura diperingati sebagai hari keprihatinan atas peristiwa “Karbala”. Dalam sambutannya diucapkan terima kasih kepada para wisudawan yang telah ikut melestarikan budaya yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Selebihnya, gelar yang sudah diterima para wisudawan, melekat tugas, kewajiban dan tanggungjawab terhadap lestarinya budaya Jawa, sesuai apa yang ada dalam kalimat “Gawa-gawene”.

TOKOH YUDISTIRA : KGPH Mangkubumi didampingi Gusti Moeng menyerahkan anak wayang tokoh Raden Yudistira kepada dalang Ki KRT Yakut Jedher, setelah Nyi KMAy Rumiyati Anjangmas, sebelum memulai pentas wayang “gedhog” dan wayang “purwa” di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (7/8) malam tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sementara itu, selaku Pangarsa Punjer Pakasa, KPH Edy Wirabhumi dalam sambutannya juga menyatakan Kraton Mataram Surakarta menjadi pelopor dalam menyediakan “komponen cadangan” (Komcad) untuk memperkuat ketahanan budaya guna menjaga tegaknya NKRI. Menurutnya, kraton dan TNI bersinergi dalam penyediaan dan pelatihan Komcad ini, dan kraton sanggup menyediakan 5 ribu personel Komcad di awal 2023, yang akan diikuti kraton-kraton lain se-Nusantara bersinergi dengan TNI untuk menyediakan Komcad guna menjaga tegaknya NKRI.

Pentas wayang malam itu, didahuli dengan sajian wayang “Gedhog” atau wayang “madya” dengan lakon “Andhe-andhe Lumut” dengan durasi sekitar sejam, yang disajikan abdidalem dalang wanita Nyi KMAy Rumiyati Anjangmas Kenyo Wursito. Setelah itu dilanjutkan dengan sajian wayang kulit “purwa” oleh dalang Ki KRT Yakut Jedher dari banyumas dengan lakon “Pandawa Boyong”. Penyerahan anak wayang secara simbolis dilakukan KGPH Mangkubumi kepada dua dalang, sedang pemasangan untaian bunga melati Gajah Ngoling di telinga keduanya dilakukan Gusti Moeng. (won-i1)