Antusiasme Warga Luar Biasa, Saksikan Event Grebeg Suro Ponorogo 2022 (Seri 2-habis)

  • Post author:
  • Post published:August 7, 2022
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read

Kerahkan Lebih 300 Unit Reyog, Undang 8 Pakasa Cabang

IMNEWS.ID – SELURUH lapisan dan elemen masyarakat Kabupaten Ponorogo tampaknya sudah terpuaskan dengan berbagai kegiatan yang digelar selama 20-an hari (21 Juli – 11 Agustus), sehingga wajar saja kalau kabupaten ini sedang bersuka-cita dalam merayakan Hari Jadi Kabupaten Ponorogo tepat pada 11 Agustus nanti berusia 526 tahun. Di sisa beberapa hari event yang digelar secara kolosal dan berkaliber nasional, bahkan internasional itu, bahkan masih ada agenda acara besar yang tergolong luar biasa, yaitu kirab budaya peringatan hari jadi yang melibatkan lebih dari 300 unit seni reyog, mengundang 8 kontingen Pakasa cabang dan delegasi bregada prajurit dari Kraton Mataram Surakarta.

“(Kabupaten/Pakasa) Ponorogo memang istimewa dan luar biasa, dalam hal komitmen pelestarian budayanya yang bersumber dari Kraton Surakarta. Dari tokoh pemimpin dan masyarakatnya, konsisten dalam pelestarian budaya Jawa. Figur pak Bupati (Sugiri Sancoko-Red), luar biasa karena sangat peduli dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Kraton juga mendukung hal-hal yang diperlukan untuk mengisi dan memperkuat pada momen-momen tertentu seperti peringatan hari jadi sekarang ini. Kraton juga siap mendukung daerah-daerah lain yang memerlukan potensi serupa. Saya melihat di berbagai daerah, kesadaran untuk melestarikan dan mengembangkan budaya semakin tinggi,” sebut GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku ketua LDA yang dimintai komentar soal keterlibatan kraton dalam rangkaian kegiatan peringatan hari jadi, ketika dihubungi iMNews.id, kemarin.

Berangkat dari penuturan Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) yang akrab disapa Gusti Moeng ini, bisa melukiskan betapa hubungan kekerabatan yang kembali terjalin antara masyarakat Kabupaten Ponorogo dengan Kraton Mataram Surakarta dalam satu atau dua dekade ini makin erat, bermakna dan memberi manfaat sangat besar bagi masyarakat luas. Seperti disebutkan Ketua Paguyuban Reyog katon Sumirat, KRAT Suro Agul-agul (iMNews.id,5/8), suka-cita yang didapat Kabupaten Ponorogo, tak hanya kalangan tertentu saja, melainkan melibatkan ribuan masyarakat kecil pedesaan, baik yang tergabung dalam organisasi pakasa maupun elemen-elemen lain.

Pakasa Jepara Bersiap

TRAH PB V : Ponorogo yang disebut menjadi wilayah kasepuhan Mataram Surakarta, di antaranya karena punya trah darahdalem Sinuhun PB V, yang antara lain KRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo. Gelar kekerabatan diberikan Gusti Moeng (Ketua LDA) kepadanya beberapa tahun silam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karena untuk kirab budaya yang diagendakan dalam peringatan hari jadi tepat tanggal 11 Agustus nanti, semua desa di kabupaten ini diminta mengirim satu unit seni reyog, hingga dalam hitungan KRAT Suro Agul-agul selaku Koordinator Kirab Panitia Pelaksana Hari Jadi ke 526 Ponorogo, akan ada lebih dari 300 unit seni reyog yang akan tampil dalam Kirab Reyog Desa. Tak hanya itu, pihaknya juga mengundang kontingen dari 8 Pakasa cabang di Jateng dan Jatim untuk bergabung dalam kirab, dengan penampilan sesuai cirikhas masing-masing daerah.

“Kami akan membawa sekitar 50 orang warga Pakasa Cabang Jepara. Hampir semuanya akan ikut kirab, dan sebagian besar berkostum prajurit era Ratu Kalinyamat (abad 15). Di dalamnya ada bregada korp musik. Kami juga didukung TNI, karena ada personelnya yang berpangkat kapten untuk memimpin pasukan dalam kirab, sebagai manggala (komandan-Red). Kami sudh beberapa kali berlatih berbaris. Juga menyesuaikan aba-aba yang khas berlaku di Kraton Mataram Surakarta. Pakasa Jepara siap mendukung dan menyemarakkan kirab Hari Jadi Ponorogo,” sebut KRA Bambang Setiawan Adiningrat selaku Ketua Pakasa Jepara, yang dihubungi iMNews.id secara terpisah, kemarin.

Pakasa Cabang Klaten yang memiliki warga ribuan orang, menurut Bendahara Cabang, KRAT Haryanto sudah lebih dulu berpartisipasi dalam kirab boyong pusaka tanggal 29/7. Sementara Pakasa (Kabupaten) Nganjuk (Jatim), menurut ketuanya, KRAT Sukoco, menyatakan belum bisa berpartisipasi. IMNews.id juga menghubungi Ketua Pakasa cabang lain seperti Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Trenggalek, tetapi belum memberi kabar. Sedangkan Pakasa Cabang Madiun dan Magetan (Jatim), sudah lebih dulu terlibat berpartisipasi menyemarakkan event itu, pada kirab-kirab yang digelar sebelumnya.

Kraton Mendukung Penuh

BUKTI KEPEDULIAN : Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko membuktikan kepeduliannya pada pelestarian budaya Jawa, seperti saat membuka festival karawitan antar siswa SMA se-kabupaten, yang diresmikan bersama Gusti Moeng (Ketua LDA), beberapa waktu lalu.  (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Untuk Kraton Mataram Surakarta, sudah diagendakan Ketua LDA Gusti Moeng untuk kembali mengirim prajurit sekitar 50 orang yang terdiri dari bregada prajurit Sara Geni, Tamtama, Jayeng Astra dan bregada korp musik drumb band pada acara kirab budaya tanggal 11 Agustus. Untuk acara penutupan Grebeg Suro Ponorogo 2022 itu pula, kraton akan mengirim belasan penari Merak untuk tampil di panggung hiburan. Di panggung yang sama yang berlokasi di Alun-alun Ponorogo Kota, sebelumnya kraton menyuguhkan tari Prawira Watang dengan 20 penari.

“Khusus untuk Ponorogo ini, para pemimpinnya juga pelaku pelestari budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Karena, Ponorogo menjadi sesepuh dalam kekerabatan Mataram. Sudah selayaknya tingkat kepeloporannya dalam pelestarian budaya Jawa, cukup tinggi. Kita semua juga sudah tahu, latar belakang sejarah Ponorogo dan Mataram. Hubungannya punya makna yang luar biasa. Jasa-jasa masyarakat Ponorogo di masa lalu, luar biasa,” tandas Gusti Moeng yang menambahkan, bahwa di luar hari Minggu, para prajurit tidak punya tugas kirab rutin seperti yang sudah dilakukan beberapa kali. Sebab itu, bisa ditampilkan di tempat lain, seperti di Ponorogo, 11 Agustus nanti.

Menyimak sekilas yang disinggung Gusti Moeng soal posisi Ponorogo yang ditempatkan sebagai sesepuh atau posisi kasepuhan Mataram, jelas benar adanya. Mengingat, Kabupaten Ponorogo sudah berusia 526 tahun pada 11 Agustus 2022 ini, sementara “nagari” Mataram Surakarta baru berusia 286 tahun (Jawa) pada tanggal 17 Sura Tahun Ehe 1956 ini, atau 277 tahun Masehi tepat pada hari Jadinya tanggal 20 Februari 2022 lalu. Maka Ponorogo disebut sesepuh, karena sudah ada pada zaman “nagari” Mataram Islam (1613-1645), bahkan sudah ada pada akhir zaman Keraton Majapahit yang diperintah Raja Brawijaya V Singha Wardana, di Ibu Kota Kaling (1478-1496).

Ponorogo Simbol Akulturasi

DUKUNGAN PENUH : Dikirimkannya sekitar 50-an prajurit dalam beberapa bregada pada kirab “bedhol” pusaka di rumah dinas Bupati Ponorogo, 28/7, merupakan contoh dukungan penuh Kraton Mataram Surakarta terhadap seluruh masyarakat Ponorogo, dalam merayakan hari jadi sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karena Ponorogo sudah menjadi wilayah kabupaten sejak zaman Kraton Majapahit mulai Raja Brawijaya V hingga Brawijaya VI, maka tidak aneh apabila kesenian tradisional yang tumbuh berkembang di kabupaten itu merupakan perpaduan yang akulturatif antara ciri Majapahit dengan ciri Mataram yang begitu warna-warni dan penuh pesona citra visual estetikanya. Simbol-simbol kesenian tradisi serta adat budayanya juga perpaduan antara kebudayaan Jawa, Islam dan budaya yang sudah ada pada abad 12-14. Dalam penampilan figur warga Ponorogo sekarang ini, tidak aneh apabila tampak mengenakan busana Jawi jangkep, tetapi dengan tutup kepala blangkon yang beraksesori serta untaian “dhadhung” (tambang) khas reyog simbol Majapahit.

Hasil penelitian Ketua Lokantara Pusat di Jogja, Dr Purwadi, antara lain menampilkan data-data tentang Simbol-simbol Majapahit itu, yang terus terbawa ketika Ponorogo berada di pangkuan “nagari” Mataram Islam Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645), Mataram Islam Kartasura (1645-1745) dan “nagari” Mataram Islam yang ber Ibu Kota di Surakarta Hadiningrat  (1745-1945) hingga sekarang ini. Oleh sebab itu, Ponorogo menjadi tempat peristirahatan terakhir Bupati Ponorogo Raden Adipati Bathara Katong yang dilantik Sinuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma pada masa jumenengnya.

Tak hanya Bupati Bathara Katong, kompleks makam di Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo itu itu juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Bupati RT Surabrata di zaman Sinuhun Paku Buwana (PB) II jumeneng nata (1727-1749). Bupati yang dilantik Sinuhun PB I (1705-1719) itulah, yang kemudian membekali sepasang mahesa bule Kiai Slamet kepada Sinuhun PB II, untuk dibawa dalam kirab boyong kedhaton dari Ibu Kota Kartasura ke Ibu Kota Baru di Surakarta Hadiningrat pada tahun 1745. Para santri Pondok Gebang Tinatar, Tegalsari dan Bupati RT Surabrata ikut mengawal pindahnya pemerintahan Mataram dari Kartasura ke Surakarta. (Won Poerwono-habis/i1)