Seluruh Warga Pakasa Cabang Kudus Patut Bersuka-cita, Karena Kini Punya Event Andalan
KUDUS, iMNews.id – SETELAH bersabar dan berjuang sekitar 5 tahun, akhirnya cita-cita dan harapan seluruh warga Pakasa Cabang Kudus terwujud. Doa dan harapan memiliki event menggelar upacara adat haul (khol) para tokoh leluhur Dinasti Mataram, akan segera terwujud setelah bisa menjalin dialog, kerjasama dan kesepakatan untuk memuliakan makam Pangeran Puger dicapai.
Kerjasama, kesepahaman dan kesepakatan bersama untuk “memuliakan” tokoh Pangeran Puger malalui ritual peringatan wafatnya di kompleks makam, dicapai kedua pihak, yaitu pengurus Pakasa Cabang Kudus bertemu dan pamong makam. Pertemuan antara abdi-dalem juru-kunci dan Ketua Yayasan Makam Pangeran Puger dengan Ketua Pakasa cabang Kudus, berlangsung Rabu malam (9/4).
“Jadi, prosesnya memang agak panjang, sudah dimulai sekitar setahun lalu. Tetapi, komunikasi yang kami lakukan dengan pihak pamong makam terakhir, cukup singkat. Intinya, ada yang diutus untuk meminta waktu kepada pengurus Pakasa cabang, bahwa pamong makam ingin bertemu dan berdialog. Rabu malam (9/4) itu, kami menerima kehadiran keduanya di Lembah Pedangkungan”.
“Kami berdialog cukup baik sekitar 2 jam di rumah Majlis Taklim Lembah Pedangkungan, Desa Singocandi, Kecamatan Kota. Intinya, kami bersepakat untuk satu tujuan yang sama. Yaitu memuliakan Pangeran Puger melalui makamnya. Dan bahkan ada hal yang lebih penting dan mendesak diperjuangkan bersama. Yaitu upaya menyelamatkan makam dari pihak lain,” ujar KRRA Panembahan.

Penyelamatan makam yang dimaksud adalah, upaya pihak pamong Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus yang merencanakan menyertifikasi lahan makam sebagai “Banda Desa”. Pihak pamong makam melaporkan, upaya memasukkan lahan makam sebagai “Banda Desa, dianggap “merampas” hak pamong makam dan dialam proses itu ada unsur “menyerobot” dari pihak lain yaitu kraton.
Para pamong makam dan Pakasa Cabang Kudus yakin, lahan makam Pangeran Puger dulunya luas sekali, tetapi sedikit demi sedikit berkurang karena “diserobot” untuk berbagai kepentingan. Selain jalan yang membelah lahan itu, juga sudah berubah menjadi kantor desa dan bangunan pondok pesantren. Semua melalui proses yang tidak sepengetahuan keraton alias “dijarah”.
Atas beberapa alasan itu, pertemuan kedua pihak malam itu sepakat untuk dilanjutkan dalam pertemuan kedua, Kamis malam (10/4) di kompleks makam Pangeran Puger. Pertemuan kedua terjadi, KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro bersama 25 warga dan pengurus Pakasa Cabang Kudus, disambut sekitar 30-an masyarakat adat pamong makam, dan dialogpun berlanjut lagi.
Dalam pertemuan silaturahmi itu, dimantabkan dua kesepakatan yang sebelumnya dicapai, dan ada perkembangan baru dari pamong makam. Yaitu keluarnya SK untuk KRRA Panembahan Didik sebagai juru-kunci makam Pangeran Puger. Selain itu, Yayasan Makam Pangeran Puger yang diketuai Yuli, juga menerbitkan surat mandat kepada KRAA Panembahan sebagai juru penerang budaya makam.

“Ya memang repot juga, karena itu ‘kan makam tokoh besar Pangeran Puger. Karena ketokohan dan kisahnya yang beragam versi, banyak mahasiswa yang tertarik ingin meneliti. Tetapi para pamong ditanyai, tidak ada yang bisa menjelaskan. Karena soal silsilah, latar-belakang pribadi Pangeran Puger yang hubungan dengan kraton/zaman, tak ada yang tahu. Akses juga tak ada”.
“Sementara, saya sendiri juga masih harus banyak belajar. Tetapi akses informasi untuk mencukupi kebutuhan penjelasan tentang tokohnya, kami punya beberapa akses. Di antaranya ke kraton (Kraton Mataram Surakarta). Jadi, memang ini jalan bagi pamong makam dan Pakasa Kudus untuk bersama, bekerjasama melestarikan Budaya Jawa melalui makam Pangeran Puger,” ujarnya.
KRRA Panembahan Didik Singonagoro juga menambahkan, ketika di dalam forum pertemuan dirinya diminta untuk memberi sambutan atau tanggapan, banyak dimanfaatkan untuk menjelaskan. Yaitu soal penting yang selalu diperhatikan setiap warga Pakasa Cabang Kudus, mengenai kewajiban mengenakan busana adat Jawi jangkep secara proporsional sesuai posisinya di berbagai acara penting.
Seperti diperlihatkan rombongan yang dibawa KRRA Panembahan Didik Singonagoro malam itu, semua mengenakan busana adat lengkap, baik perempuan apalagi para lelakinya. Ketua Pakasa Cabang Kudus itu berharap, pelan-pelan semua masyarakat adat warga pamong makam (yayasan), bisa menyesuaikan diri dalam rangka pelestarian Budaya Jawa, melalui haul Pangeran Puger.

“Apalagi, ada kesepakatan pula, Minggu (13/4) besok, para pamong makam ingin ikut sowan dalam acara ultah Istana Mataram. Karena, kami ingin mendapat penjelasan, saran dan masukan dari Gusti Moeng. Saat pisowanan itu, kami berharap bisa menyesuaikan. Kami besok pagi, ada 28 orang dari Pakasa dan pamong makam, akan bersama-sama mengikuti pisowanan itu,” ujarnya.
Setelah pertemuan kedua, Kamis malam (10/4) yang menjadi pertemuan rutin masyarakat adat pamong makam, masih ada pertemuan lanjutan lagi. Sedianya Jumat siang (11/4), ada perwakilan pamong makam yang akan datang ke rumah menyampaikan surat. Tetapi gagal karena hujan deras seharian. Baru Sabtu (12/4) sore tadi, surat mandat sebagai juru penerang budaya diserahkan.
Surat Keputusan (SK) sebagai juru-kunci II makam Pangeran Puger kepada KRRA Panembahan Didik Singonagoro, terutama dalam tugas sebagai juru penerang budaya. Surat itu terlebih dulu ditandatangani lalau dilakukan penyerahan secara simbolis oleh juru-kunci ML Zaenal Arifin Hadi Puspoko (75) kepada KRRA Penambahan Didik, disaksikan Yuli Setiawan selaku ketua yayasan.
Secara keseluruhan, hasil pertemuan mulai dari kediaman KRRA Panembahan Didik di “markas” Majlis Taklim Lembah Pedangkungan, Desa Singocandi, Kecamatan Kota hingga pertemuan ketiga di kompleks makam ada beberapa hal. Selain menjadi juru-kunci kedua bidang penerang budaya, juga ada rencana bersama melapor ke Gusti Moeng (Pangarsa LDA) untuk mendapat saran dan masukan.

Juga ditambahkan, dari para juru-kunci yang ada sebelum dirinya masuk, hanya seorang yaitu ML Zaenal Arifin Hadi Puspoko yang mendapat kekancingan gelar sesebutan dari kraton. Tetapi, lokasi makam dengan lahan tersisa, sudah mendapat penetapan dari Pangarsa LDA sebagai aset kraton pada tahun 2016, bersamaan dengan partisara kekancingan yang diterima ML Zaenal Arifin itu.
Ke depan, beberapa hal hasil kesepakatan di atas akan menjadi program kerja yayasan untuk diselesaikan secara bertahap, misalnya kekancingan gelar sesebutan untuk semua pamong makam. Program kerja jangka menengah dan panjang bisa disiapkan, untuk menghadirkan beberapa tokoh penting kraton seperti Gusti Moeng, KGPH Hangabehi dan KPH Edy Wirabhumi dalam sebuah ritual. (won-i1)