SUKOHARJO, iMNews.id – Warga ”Istana Mataram” yang diinisiasi KPH Edy Wirabhumi, semalam memperingati hari jadi komunitas itu yang ke-3 di sebuah rumah makan di kawasan Solo Baru, Sukoharjo. Peringatan yang sangat sederhana dan hanya diikuti sekitar 50 warga komunitas itu, hanya ada potong kue ulang tahun, sambutan tunggal pimpinan serta hiburan organ tunggal yang mengiringi saat berbuka puasa pertama di bulan Ramadhan kali ini.
”Walau di masa pandemi dan kita semua harus mematuhi semua aturan protokol kesehatan, tetapi kita masih diperkenankan Tuhan YME untuk berkumpul di sini. Dengan sederhana, kita merayakan hari jadi Istana Mataram yang ke-3. Mudah-mudahan, kita selalu dalam bimbinganNya, selalu mendapat jalan atas petunjukNya”.
”Sekarang, kita masih prihatin dan diuji oleh banyak tantangan, itu enggak apa-apa. Dan Ujian yang terberat, kita sebenarnya sudah berhal (menang-Red), tetapi belum bisa kembali seperti semula. Inilah ujian terberat itu. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan dan selalu diberi petunjuk ke arah yang benar oleh Allah SWT,” ujar KPH Edy selaku petinggi Istana Mataram yang juga Pimpinan Lembaga Hukum Keraton Surakarta (LHKS) itu.
Sambutan tunggal itu, disampaikan sebelum acara potong kue ulang tahun diiringi lagu ”Selamat Ulang Tahun” dan santap makan bersama di saat waktu berbuka puasa tiba. Selain KPH Edy Wirabhumi, Gusti Moeng dan GKR Retno Dumilah selaku penyelenggara, tampak hadir kalangan sentanadalem, abdidalem garap, sejumlah generasi muda atau wayahdalem Sinuhun PB XII, yaitu GKR Timoer Rumbai Kusumodewayani dan calon putra mahkota KGPH Mangkubumi.
Istana Mataram lahir tepat pada tanggal 13 April 2018 dengan sebuah deklarasi yang disaksikan kalangan warga komunitas dan sejumlah raja-raja anggota Forum Komunikasi dan Informasi Keraton se-Nusantara (FKIKN) yang dipimpin Gusti Moeng selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen)nya. Komunitas yang mewadahi aktivitas pelestarian seni budaya yang sebelum 2017 dipelihara Keraton Mataram Surakarta itu, dideklarasikan setelah peristiwa mirip ”operasi militer” pada 15 April 2017.
Menurut KPH Edy Wirabhumi, wadah aktivitas pelestarian seni budaya Jawa khas Keraton Mataram Surakarta itu, sebenarnya telah diinisiasi jauh sebelum 2017 ketika keraton dilanda huru-hara yang tak kunjung selesai mulai peristiwa ”ontran-ontran” suksesi 2004. Wadah baru ini, dimaksudkan untuk mengakomodasi elemen-elemen asli peninggalan Dinasti Mataram, baik yang lama seperti Pakasa dan Putri Narpa Wandawa, maupun yang baru seperti Pasipamarta dan sebagainya.
”Wadah ini untuk memastikan, agar elemen-elemen peninggalan Mataram tidak akan punah. Wadah fisik bisa berpindah, hancur atau berantakan oleh praktik politik pecah-belah, tetapi spirit Mataram tidak boleh berhenti atau hilang. Tetapi harus terus hidup sepanjang masa,” tegas Ketua Harian Majlis Adat Keraton se-Nusantara (MAKN) yang berangggotakan sekitar 50 lembaga masyarakat adat/keraton di Nusantara itu, menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi siang.
Kini, katanya, warga dan semangat Mataram tak hanya tersebar di wilayah Nusantara, tetapi telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Warga dan semangat Mataram, diyakini akan hiudp di hati dan jiwa warga peradaban sangat luas, terutama bagi yang gandrung spirit ”Hamemayu-hayuning bawana”. Warga peradaban yang cinta harmoni/keseimbangan, cintai kedamaian dan cinta kasih.
Dengan semangat seperti itu, lanjut Ketua MAKN itu, secara fisik akan terus bisa terus memelihara spirit Mataram di mana saja, bahkan akan terus tumbuh dan berkembang dalam bentuk istana-istana baru di seluruh dunia. Kalau ada warga peradaban yang memelihara kedamaian, cinta-kasih dan harmoni kehidupan, di situlah sedang tumbuh jiwa-jiwa ksatria Mataram. (won)