Semua Elemen LDA Kraton Mataram Surakarta, Wajib Bikin Panggung Untuk Gusti Behi (seri 3 – habis)

  • Post author:
  • Post published:March 5, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:10 mins read
You are currently viewing Semua Elemen LDA Kraton Mataram Surakarta, Wajib Bikin Panggung Untuk Gusti Behi (seri 3 – habis)
SEBUAH PERSIAPAN : Putra mahkota KGPH Hangabehi yang didaulat menanam bibit pohon Wijaya Kusuma di sebelah barat cungkup Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum, Kabupaten Slawi/Tegal, Kamis (13/2), bisa disebut menjadi bagian dari persiapan menuju puncak kepemimpinan, kelak. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pakasa Cabang Jepara Akan Undang Hadir KGPH Hangabehi di Salah Satu Ritualnya

IMNEWS.ID – MUNCULNYA sebuah perbincangan publik akibat video “Nyesel Gabung Republik” yang beredar sampai viral dan mendapat tanggapan luas dan beragam, seharusnya menjadi catatan penting dan “warning” bagi Lembaga Dewan Adat dan semua elemen masyarakat adatnya. Karena, demi proses transisi dan terjaganya eksistensi Kraton Mataram Surakarta ke depan.

“Warning” itu harus disikapi dan dimaknai dengan meningkatkan semangat menggelar berbagai kegiatan atau kesempatan bersinergi dan bersilaturahmi. Terutama bagi kalangan elemen yang menjadi basis fundamental kekuatan Kraton Mataram Surakarta, mulai dari Pakasa, Putri Narpa, Kaca-Kaji, Kethib, Sanggar pasinaon, Sanggar pawiyatan hingga paguyubannya.

Perbincangan heboh akibat ekspresi figur tokoh yang tidak punya hak, kapasitas dan kewenangan di bidang komunikasi politik di luar kelembagaan itu, perlu juga dimaknai sebagai tantangan internal lembaga masyarakat adat di zaman modern ini. Tetapi perlu diingat, Kraton Mataram Surakarta tak akan pernah luput dari tantangan internal dan eksternal sampai kapanpun.

Walau sudah tinggal sebagai lembaga pelestarian adat dan budaya warisan Mataram Islam di Surakarta, sampai kapanpun akan selalu hadir “dinamika politik” di internal, dan pengaruh politik dari eksternal. Karena, sifat-sifat mendasar itu terus menjadi satu karena warisan masa lalu Mataram sebagai “negara” (monarki) yang tidak bisa lepas dari dinamika politik.

DIALOG AKRAB : KP MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo telah berhasil menciptakan suasana dialog yang akrab dan hangat dengan KGPH Hangabehi. Ritual Nyadran atau berbagai acara adat lainnya, menjadi “panggung” yang baik bagi persiapan putra mahkota itu menuju puncak. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kini, warisan sifat-sifat hanya bisa dikurang derajat dan porsinya dengan mengedepankan atau menambah porsi aktivitas, visi dan misi pelestarian adat dan budayanya. Karena, Kraton Mataram Surakarta dengan segala elemennya akan tetap dibutuhkan publik secara luas untuk merawat peradaban seperti yang sudah berjalan dan dianggap menjadi cirikhas bangsa ini.

Oleh sebab itu, setiap tahap terjadinya transisi alih generasi, perlu dijaga betul kekuatan, soliditas dan arahnya, agar tidak tercederai oleh insiden-insiden seperti yang dimulai pada peristiwa suksesi tahun 2004. Walau kini tantangan serupa tetap ada, tetapi diharapkan proses transisi bisa terjaga lebih baik, karena ada tantangan lebih “sadis” dari eksternal.

Terbukanya kesempatan bersinergi dan bersilaturahmi lebih luas dan frekuensi yang lebih sering, menjadi kebutuhan ideal dan mendesak. Pakasa Cabang Pati sudah memulai saat KGPH Hangabehi hadir di acara khol Ki Ageng Ngerang, Pakasa Cabang Ponorogo juga menyambut putra mahkota Gusti Behi yang Nyadran di berbagai lokasi makam di Ponorogo, bulan Ruwah kemarin.

Pakasa Cabang Kudus juga baru saja merayakan ultah ke-40 KGPH Hangabehi, di tengah event ritual “Mapag Wulan Siyam” di bulan Februari sesuai bulan kelahiran putra mahkota itu, Minggu (23/2). Berarti, sudah ada tiga contoh kesempatan sinergi dan silaturahmi bisa dibuka, untuk dimanfaatkan sebagai “panggung” guna keperluan membuka jalan menuju alih generasi itu.

DENGAN WARGA : Ritual kreasi “Mapag Wulan Siyam” adalah “panggung” yang diciptakan KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus), yang bisa dimanfaatkan Kafari Group dar warga Pakasa lain di cabang itu untuk berdialog dan mengenal dekat sosok figur KGPH Hangabehi. (foto : iMNews.id/Dok)

KGPH Hangabehi membutuhkan kesempatan untuk “memanfaatkan panggung”, guna mempersiapkan diri menyambut tongkat pada saat alih kepemimpinan itu tiba. Oleh sebab itu, sinergitas antara elemen yang kini paling “seksi” (Pakasa) dengan elemen-elemen mata-rantai basis fundamental adat perlu terbangun kuat, legitimatif, ideal dan punya arah yang tepat ke depan.  

Sinergitas tentu harus dibangun berdasar aturan main yang tidak meninggalkan paugeran adat, yang tetap menunjung tinggi mekanisme prosedur kelembagaan yang ada. Mengingat, Kraton Mataram Surakarta kini punya payung pelindung besar yang punya kekuatan hukum nasional, yaitu Lembaga Dewan Adat, wadah semua perwakilan darah-dalem, untuk menjaga marwah adat.

Setelah tiga cabang Pakasa di atas, kini Pakasa Cabang Jepara punya kesempatan untuk mengundang hadir putra mahkota KGPH Hngabehi. Karena, di tahun ini pengurus cabang punya agenda event besar yaitu khol Bupati Adipati Citrasoma dan Grebeg Mulud. Di salah satu event ritual di bulan Sura atau bulan Mulud tahun 2025 ini, Gusti Behi akan dihadirkan Pakasa Jepara.

KP Bambang S Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara yang dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi, menyatakan pihaknya berencana mengundang hadir putra mahkota KGPH Hangabehi. Ada salah satu di antara dua agenda event besar, yang disiapkan menjadi “panggung” bagi Gusti Behi, sebagai tugas dan kewajiban Pakasa menjaga kelangsungan Mataram Surakarta.

MEMBANGUN SINERGITAS : KGPH Hangabehi dan para ketua Pakasa cabang, tampak di antaranya KP Bambang S Adiningrat, dalam setiap kesempatan bertemu di kraton, berdialog-berkomunikasi membangun sinergitas yang konstruktif. Karena, masing-masing sadar ada tujuan bersama ideal yang akan dicapai. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gagasan pimpinan Pakasa Cabang Jepara ini patut diapresiasi karena dua hal, punya kemampuan dan kepedulian untuk memikirkan masa depan kraton secara riil. Karena, memberikan kesempatan KGPH Hangabehi mempersiapkan diri dengan membekali pengalaman memimpin, berarti akan ikut menjaga proses transisi alih generasi dan menjaga kelangsungan kraton.

Di sisi lain, kesediaan Pakasa Jepara itu bisa diteladani kalangan Pakasa cabang lain untuk membuka diri bersinergi dengan potensi-potensi lain di daerah setempat, agar bisa mewujudkan “panggung” yang ideal bagi putra mahkota. Contoh-contoh lain sudah ada, yaitu keteladanan Pakasa Cabang Pati, cabang Ponogoro dan yang baru saja Pakasa Cabang Kudus.

AGENDA TERDEKAT : Suasana berlangsungnya event kirab budaya haul Bupati Jepara Adipati Citrasoma I-VII di Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan, Jepara seperti inilah yang sedang dipersiapkan Pakasa Cabang Jepara untuk digelar pada bulan Sura tahun 2025 mendatang dan akan menghadirkan KGPH Hangabehi. (foto : iMNews.id/Dok)

Selain terbukanya “panggung”, kesempatan yang dibuka seluas-luasnya oleh pengurus cabang di daerah lain, menjadi kesempatan yang baik terjadinya sinergitas antara abdi-dalem “Kanca-Kaji” dengan figur “Kang Aji” atau Sang Aji” yang kelak akan “diemong” (didampingi/dibimbing-Red). Karena riwayatnya, (calon) Raja tak pernah jauh dari “Kanca-Kaji”.

Selain itu, sinergitas dan keterbukaan bersinergi harus mulai dijalin antar elemen dan otoritas tertinggi dalam kelembagaan kraton yaitu Lembaga Dewan Adat (LDA). Karena, di situlah letak pusat pembagian distribusi peran semua tokoh yang ada dan hubungan sinergi antara pimpinan elemen dan antar elemen lembaga yang ada, untuk kepentingan yang lebih besar. (Won Poerwono – habis/i1)