Gapura di Desa Burikan, Kecamatan Cawas itu Tak Pernah Terdengar Kisah Keberadaannya
KLAREN, iMNews.id – Minggu (25/6) pagi mulai pukul 07.00 WIB besok, pengurus dan warga Pakasa Cabang (Kabupaten) Klaten mengagendakan kegiatan kerjabhakti untuk membersihkan dan kembali mengecat simbol-simbol gapura perbatasan yang ada di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Klaten. Gapura yang berada di dua seberang jalan itu, memberi tanda di simbol eks wilayah Kraton Mataram Surakarta dan eks wilayah Kraton Jogja di masing-masing seberang jalan yang juga menghubungkan antara Kecamatan Cawas (Klaten-Jateng) dengan Piyungan (Kabupaten Sleman) dan Kabupaten Wonosari (DIY).
“Sampai hari ini, yang mendaftar ikut kerjabhakti baru 30 orang. Mudah-mudahan besok (hari ini-Red) bisa bertambah. Kerjabhakti gotong-royong kalau jumlah pesertanya banyak, bisa lebih meriah dan menambah semangat guyup-rukunnya. Kami akan mengecat simbol Kraton Surakarta, karena logo Sri Radya Laksana di satu sisi gapura sudah kusam, tak ada beda warna ragam isinya. Sekitar gapura juga perlu dibersihkan, karena agak njembrung ditumbuhi semak-semak,” jelas KP Probonagoro selaku Ketua Pakasa Cabang Klaten, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Lebih lanjut KP Probonagoro menjelaskan, sekitar seminggu lalu pengurus cabang sudah memberi laporan sekaligus minta izin kepada KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer sekaligus GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat. Atas laporan dan permohonan izin itu dua lembaga tinggi di lingkungan kraton itu sudah memberi izin bahkan mendukung, walaupun tidak bisa ikut hadir dalam kerjabhakti yang termasuk nyaris tak perdengar ada pemberitaan soal kegiatan itu dalam kurun waktu cukup lama.
“Iya betul, Kanjeng Probo (KP Probonagoro) sudah mengirim surat laporan sekaligus minta izin untuk mengadakan kerjabhakti yang diagendakan Minggu pagi (25/6), besok. Sebetulnya kami ingin bergabung, karena itu menyangkut bukti sejarah eks batas wilayah Kraton Surakarta. Tetapi, ndilalah ada banyak urusan yang berbarengan. Saya dan gusti (Gusti Moeng-Red) tidak bisa ikut kerjabhakti. Mungkin di kesempatan lain bisa terwujud. Kami sangat ingin secara simbolis memberi penanda di situ,” jelas KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer yang dihubungi iMNews.id, pagi tadi.
Seperti diketahui, Mataram Surakarta ketika masih berupa “negara kerajaan” atau monarki adalah kelanjutan dari Mataram yang didirikan Panembahan Senapati (1586) dan menjadi Mataram Islam sejak Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma jumeneng nata (1613), serta Mataram yang mulai pindah ke Ibu Kota Kartasura saat Sinuhun Amangkurat Agung (1645). Sampai Sinuhun Paku Buwana II jumeneng nata di Ibu Kota Kartasura hingga memindahkan Ibu Kotanya di Surakarta Hadiningrat, Kraton Jogja belum ada atau belum lahir dan batas wilayah kraton seperti yang ada di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Klaten itu belum ada.
Batas-batas wilayah itu dimungkinkan baru muncul setelah Sinuhun PB III jumeneng nata (1749-1788) dan mengizinkan pamannya, Pangeran Mangkubumi mendirikan kraton di atas tanah wilayah Mataram Surakarta dalam status sebagai “gaduhan” (anggaduh-Red) mulai tahun 1755. Dari berbagai sumber termasuk buku “Tahta Untuk Rakyat” menyebutkan, sejak tahun itu, eksistensi Kraton Jogja di bawah Sri Sultan Hamengku Buwana I “mendapat pengakuan”, terutama dari Gubernur Jenderal Belanda di Semarang. Sejak saat itulah, sangat mungkin dibangun batas-batas antara wilayah kedua kraton, termasuk yang ada di Desa Burikan, Cawas.
KP Probonagoro ketika dimintai data soal sejak kapan gapura batas eks wilayah dua kraton itu dibangun, mengaku belum mendapat referensi data informasi tersebut. Ketika melihat kondisi bangunan kedua tugu di dua seberang jalan itu, juga belum bisa memastikan siapa yang membangun dan belum diketahui kapan mulai dibangun. Demikian pula, peneliti dari Lokantara Pusat (Jogja) Dr Purwadi yang dimintai referensi soal keberadaan kedua gapura itu oleh iMNews.id di tempat terpisah, siang tadi, mengaku tidak punya. Walaupun sudah berada di alam NKRI, tetapi jejak sejarah masa lalu dengan penanda apapun, patut dijaga.
Selain agenda kerjabhakti, KP Probonagoro juga menyebutkan, Pakasa cabang hingga kini masih aktif menggelar latihan seni karawitan Santiswaran atau Laras Madya yang berlangsung di sekretariat cabang yang hingga kini masih menempati kediamannya di Desa Kraguman, Kecamatan Kebonarum, Klaten. Latihan seni karawitan yang liriknya banyak mengandung pesan-pesan religi itu, bahkan ditingkatkan menjadi dua kali dalam sebulan, dan jadwalnya jatuh di hari Kamis malam Jumat, di tempat yang sama, sekretariat Pakasa cabang. (won-i1)