
Hari Pertama Nyadran di Astana Pajimatan Laweyan dan Astana Pajimatan Pengging
SURAKARTA, iMNews.id – Minggu (2/2) besok, Kraton Mataram Surakarta akan memulai perjalanan “Tour de Nyadran” di sejumlah lokasi makam para leluhur Dinasti Mataram. Lokasi makam leluhur “baku” yang akan dikunjungi dalam ritual ziarah di bulan Ruwah, adalah kompleks makam Ki Ageng Henis yang ada di Astana Pajimatan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
“Untuk tahun ini, agenda nyadran di bulan Ruwah hanya di makam leluhur baku Dinasti Mataram di beberapa lokasi saja. Anggarannya terbatas, karena masih ada tanggungan menyelesaikan urusan upacara adat tingalan jumenengan kemarin (iMNews.id, 25/1). Maka, besok Minggu (2/2) itu, kami hanya menyediakan satu minibus saja. Yang lain bisa datang sendiri”.
“Minggu besok itu, kraton mengawali nyadran di makam Ki Ageng Henis. Setelah itu, ke Pengging. Kita selesaikan nyekar di beberapa lokasi makam itu dalam sehari. Kalau satu minibus Elf sekitar 15 orang, biar ibu-ibu yang diangkut bersama uba-rampe nyadran. Yang laki-laki bisa naik motor, datang sendiri-sendiri secara langsung,” ujar Gusti Moeng, Jumat (31/1).

Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA) yang bernama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu menyebut pelaksanaan ritual agenda nyadran, saat memimpin upacara adat “Mapag Wulan Ruwah” yang digelar di Bangsal Smarakata, Jumat siang itu. Dalam pisowanan kecil yang dihadiri sekitar 50-an orang itu, tidak ada sajian wayang ruwat “Ruwahan”.
Seperti beberapa tahun lalu, kraton pernah menggelar pentas wayang kulit khusus untuk ritual “ruwatan” dengan lakon “Murwakala”. Pentas wayang untuk keperluan spiritual kebatinan itu, dulu selalu menjadi tradisi yang digelar setiap menyambut datangnya bulan Ruwah. Nyi MT Anjangmas adalah wanita dalang terakhir yang ditugasi pentas “Mapag Wulan Ruwah”.
Lokasi kompleks makam Ki Ageng Henis, Astana Pajimatan Laweyan, Kecamatan Laweyan, akan menjadi lokasi pertama yang dikunjungi rombongan nyadran yang dipimpin Gusti Moeng. Selain makam anak Ki Ageng Sela itu, banyak tokoh dinasti dan leluhur Dinasti Mataram yang dimakamkan di situ, termasuk KRMH Aditya Suryo Harbanu, putra GKR Retno Dumilah (almh).

KRMH Aditya Suryo Harbanu meninggal Kamis (16/1) dan dimakamkan Jumat (17/1) di kompleks Astana Pajimatan Laweyan. Sedangkan ibunya, GKR Retno Dumilah yang juga kakak kandung Gusti Moeng, sudah lebih dulu meninggal di akhir masa pandemi dan dimakamkan di Astana Pajimatan Imogiri (Bantul, DIY). Di Astana Pajimatan Laweyan, juga bersemayam istri Sinuhun PB V.
Ritual nyadran di Astana Pajimatan Laweyan, dijadwalkan berlangsung pukul 08.00 WIB dan selesai dalam 60 menit termasuk doa, tahlil dan dzikir yang diagendakan dipimpin abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro. Dari Kelurahan Laweyan, rombongan akan menuju kawasan Pengging, Kecamatan Bayudono, Kabupaten Boyolali yang jaraknya sekitar 15 KM.
Seperti tahun-tahun lalu, Gusti Moeng dan rombongan biasanya langsung nyadran di makam Sri Makurung Handayaningrat dan istri Retno Pembayun (putri Raja Majapahit, Brawijaya V). Di kompleks makam kakak kandung Bathara Katong (Bupati Ponorogo) yang terbuka tanpa cungkup di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono ini, juga bersemayam keluarga kecil “Bupati” Pengging itu.

Di kawasan sekitar “umbul” atau mata air Pengging itu, selain makam Adipati Sri Makurung Handayaningrat dan keluarganya, juga ada makam Pujangga Surakarta Kyai Jasadipoera I dan keluarga besarnya. Juga makam Padmanagara (Bupati Pekalongan), “petilasan” Kebo Kenanga dan makam KPA Winarno Kusumo yang masing-masing berjarak sekitar 3 KM dari makam Sri Makurung.
Menurut Dr Purwadi, peneliti sejarah yang banyak melakukan kajian khusus sejarah Mataram, wilayah Pengging pada zaman Kraton Demak dan Pajang (abad 15-16), merupakan wilayah “kabupaten”. Maka, Adipati Sri Makurung Handayaningrat adalah Bupati Pengging pada zaman itu, sedang adik iparnya yaitu Bathara Katong dipercaya menjadi Bupati Ponorogo (Jatim).
“Saat masih remaja, Bathara Katong diasuh Retno Pembayun yang bersuami Sri Makurung Handayaningrat. Itu wajar bagi keluarga wong Jawa, jika orangtua (Prabu Brawijaya V) sudah tiada, maka saudaranya atau pamannya atau neneknya yang mengasuh. Ketika sudah dewasa, diangkat menjadi Bupati Ponorogo,” jelas Ketua Lokantara Pusat di Jogja itu.

Di wilayah eks “Kabupaten Pengging” yang sejak NKRI menjadi Kecamatan Banyudono, setidaknya ada 4 lokasi kompleks makam leluhur Dinasti Mataram dari garis keturunan lain Prabu Brawijaya yang salah satunya menurunkan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, Raja Kraton Pajang. Selain itu, di antara beberapa Pujangga besar Surakarta, juga lahir dan wafat di situ.
Setelah nyadran di hari pertama “Tour de Ruwahan” keliling di Surakarta dan Boyolali, agenda kedua rombongan kraton yang dipimpin Gusti Moeng akan ziarah dan nyekar di Astana Pajimatan Imogiri (Bantul-DIY), Kutha Gedhe dan Pesanggarahan Parangkusuma, Kamis (6/2). Berlanjut Minggu (9/2), kraton akan nyadran ke beberapa lokasi makam di Kabupaten Grobogan.
Di Kabupaten Grobogan, ada makam Ki Ageng Tarub dan dua anaknya yaitu Ki Ageng Sela (ayah Ki Ageng Henis) dan Ki Ageng Getas Pendawa, ditambah makam Ki Ageng Katong. Agenda berikut, Selasa (11/2), nyadran ke makam Bathara Katong (Ponorogo), Kamis (13/2) makam Amangkurat Agung (Tegal), Minggu (16/2) ke Madura dan Rabu (19/2) ke Astana Pajimatan Butuh, Sragen. (won-i1)