
Dipimpin Langsung Gusti Moeng, 400 Lebih Anak Wayang tak Ada yang Rusak
SURAKARTA, iMNews.id – Selasa, 28 Januari yang tepat pada weton Kliwon atau dalam penanggalan Jawa disebut Anggara Kasih, Kraton Mataram Surakarta kembali menggela dua macam ritual sekaligus, pagi dan siang tadi. Yaitu ritual “Ngisis Ringgit” di “gedhong” Sasana Handrawina, yang diteruskan dengan ritual “gladen” tari Bedhaya Ketawang di Pendapa Sasana Sewaka.
Upacara adat mengangin-anginkan lebih 400 buah anak wayang seisi kotak Kanjeng Kiai (KK) Kadung, sebenarnya dijadwalkan digelar pagi, tetapi karena paket “sesaji”-nya datang terlambat, pukul 11.30 WIB upacara adat merawat koleksi wayang pusaka itu baru dimulai. Perawatan 18 kotak anak wayang pusaka koleksi kraton, dilakukan secara tradisional dalam ritual.
Ada belasan abdi-dalem dalang yang dipimpin KRT Suluh Juniarsah Adicarito selaku “tindhih Ngisis Ringgit” dibantu Ki KRT Gatot Purnomo Adicarito, yang menjalankan seluruh rangkaian tatacara upacara adat tiap satu weton atau 35 hari sekali itu. Ritual itu dipimpin langsung Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA).

Upacara adat “ngisis ringgit” dengan mengeluarkan dari kotak di tempat terbuka yang gampang mendapatkan udara segar, adalah cara perawatan secara tradisional yang dilakukan kraton turun-temurun sejak koleksi wayang pusaka dimiliki. Pengetahuan cara perawatan itu sangat sederhana dan murah, terutama untuk menghindari jamur dan membersihkan bila ada debu.
Debu, apalagi jamur, adalah ancaman secara alami yang gampang menempel pada koleksi anak wayang yang pusaka, karena pernah dipakai untuk pentas atau karena terlalu lama tersimpan dalam kotak yang berada dalam ruang khusus dengan tingkat kelembaban sangat tinggi. Karena, koleksi wayang pusaka disimpan di “gedhong” Lembisana dan ruang kantor Sasana Wilapa.
Sebanyak 17 kotak wayang pusaka disimpan di “gedhong” Lembisana, tetapi khusus sekotak wayang KK Kadung yang dibuat pada zaman Sinuhun PB IV dan dilengkapi pada zaman Sinuhun PB X itu, disimpan di ruang kantor Sasana Wilapa atau kantornya Gusti Moeng. KK Kadung adalah wayang pusaka level tertinggi bersama KK Jimat dan KK Dewa Katong di antara 18 kotak wayang.

Weton Anggara Kasih atau tepat Selasa Kliwon hari ini, upacara adat “ngisis ringgit” tak seperti biasanya. Karena tidak dihadiri KPP Wijoyo Adiningrat (Wakil Pengageng Mandra Budaya) atau KPP Purwo Taruwinoto (Sektretaris Pengageng Mandra Budaya) seperti sediakala, sebagai “sesepuh” yang menunggui jalannya upacara adat mengangin-anginkan anak wayang itu.
Kalangan wayah-dalem Sinuhun PB XII-pun tak ada yang kelihatan ikut menunggui atau belajar memahami jalannya upacara adat tau mengenal jenis dan ragam benda budaya koleksi kraton yang dikeluarkan sebagai pusaka dalam ritual itu. Cara bersikap seperti ini membuat Gusti Moeng sangat menyayangkan, tetapi terkesan tak ada perbaikan walau sudah sering diingatkan.
Meski begitu, jalannya ritual “ngisis ringgit” sekotak anak wayang Kanjeng Kiai Kadung mulai pukul 11.30 WIB siang tadi, berjalan lancar dan termasuk singkat. Karena, pukul 12.30 WIB ritual dianggap cukup dan disudahi , semua abdi-dalem yang bertugas segera menata anak wayang dalam tiap “eblek” (sekat bambu), lalu menata dalam kotak, disusun tiap ebleknya.

Sekotak wayang itu, lalu diusung belasan orang menuju tempat penyimpanannya, ruang kantor Sasana Wilapa, yang disongsong oleh abdi-dalem Keparak Mandra Budaya, KRT Rawang Gumilor Lebdodipuro. Di antara 13 abdi-dalem yang bergantian memikul kotak wayang pusaka itu, menyebut kotak wayang itu cukup berat dibanding belasan lain yang cukup dipikul 8 orang.
“Anak wayangnya berukuran besar atau di atas standar ukuran rata-rata anak wayang di luar kraton. Lagi pula, kotak wayang Kiai Kadung ini isinya lebih 400 buah anak wayang. Kotak yang lain rata-rata 300 buah anak wayang. Maka, terasa paling berat kalau hanya dipikul 8 orang. Para abdi-dalem yang memikul, juga sudah berusia,” ujar Ki KRT Suluh Juniarsah.
Selain menjawab pertanyaan iMNews.id di sela-sela kesibukan kembali mengemas anak wayang untuk segera dimasukkan ke kotak karena ritual disudahi, Ki KRT Suluh Juniarsah juga sempat ditanya Gusti Moeng. Pertanyaannya tertuju pada kerusakan anak wayang yang banyak diketahui di awal tahun 2023, tetapi dalam dua tahun kemudian hingga kini sudah bisa diatasi semua.

“Sampun mboten wonten ingkang risak, Gusti. Ingkang risak sampun dipundandosi sadaya. (Kotak Kiai Kadung) menika isinipun 400 (anak) wayang langkung,” ujar Ki KRT Suluh menjawab pertanyaan Gusti Moeng. Dan Pengageng Sasana Wilapa itupun berkomentar, “Oooo…. mulane abot banget. La isine akeh banget. Nganti wong 13 sing ngusung,” seloroh Gusti Moeng.
Selesai ritual “ngisis ringgit”, Gusti Moeng segera bergeser menuju Pendapa Sasana Sewaka. Di situ, KPH Raditya Lintang Sasangka selaku “tindhih” gladen Bedhaya Ketawang sudah siap, dan segera menambuh gamelan Kiai Kaduk Manis dan Kiai Manis Rengga. Hanya istirahat dua hari, gamelan itu ditabuh lagi mengiringi latihan tari Bedhaya Ketawang, siang tadi.
Gladen tarian sakral pusaka Kraton Mataram Surakarta ini hanya berjarak dua hari setelah untuk mengiringi tari Bedhaya Ketawang pada ritual tingalan jumenengan, Sabtu (25/1) siang. Selesai dua jenis ritual ini siang tadi, agenda “nyadran” sudah menunggu, tetapi Gusti Moeng menyebutkan belum bisa memastikan apakah akan didahului wayangan ruwatan mapag Ruwah. (won-i1)