Semalam Deklarasi Dilakukan Sambil Ziarah ke Makam dan Wilujengan di Kediaman Rendeng
KUDUS, iMNews.id – Rapat pengurus Pakasa Cabang Kudus digelar di kediaman keluarga besar KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro, Kampung Rendeng Wetan, Desa Rendeng, Kecamatan Kota, tadi (Kamis) malam (9/1), untuk mendeklarasikan tanggal 27 Rejeb sebagai haul wafat Kyai Glongsor. Rapat yang dihadiri semua unsur pengurus dan anggota itu juga disertai ziarah.
Rapat pleno pengurus yang dihadiri 50-an orang, Kamis malam Jumat, menyepakati usulan KRA Panembahan Didik Gilingwesi selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus, yang menetapkan memnyebut data tentang 27 Rejeb/Rajab sebagai tanggal wafat Kyai Glongsor. Selanjutnya, rapat menyepakati dan mengesahkan 27 Rejeb sebagai tanggal peringatan haul wafat Kyai Glongsor.
Kyai Glongsor sebagai singkatan dari “golongan Anshor” (penolong) itu, tak lain adalah prajurit pengawal Kraton Mataram Islam saat berIbu Kota di Kartasura, yang hebat dan “dhug-dheng” dan punya nama asli KRT Prana Kusumadjati. Peneliti sejarah Dr Purwadi menyebut, Kyai Glongsor adalah representasi Sunan Kudus dan Kudus yang berjasa bagi Mataram Kartasura.
“Beliau hidup dalam waktu yang panjang, yang diperkirakan sejak di akhir zaman PB I, selama zaman Amangkurat Jawi (1719-1727), selama zaman Sinuhun PB II (1729-1749) dan di awal PB III. Tokoh heroik dan kharismatik mulai zaman Sinuhun PB I (1705-1719) itu, adalah trah Sunan Kudus yang berjasa pada Mataram Kartasura. Jadi, beliau adalah representasi Kudus”.
“Beliau adalah prajurit pengawal Kanjeng Ratu Kentjana Kudus (putri Bupati Kudus Adipati Tirtakusuma), yang masih setia mendukung cucunya yaitu Sinuhun PB III (1749-1788). Jadi, melihat hasil kajian sejarah itu, dalam pandangan saya, Kudus punya andil besar terhadap Kraton Mataram sejak di Kartasura. Pakasa Cabang Kudus, layak menjaga silaturahmi itu”.
“Saya juga setuju, kalau tanggal 27 Rejeb dijadikan tanggal peringatan haul wafat Kyai Glongsor. Sudah tepat Pakasa cabang Kudus mengangkat Kyai Glongsor sebagai nama besar Pakasa cabang dan tokoh kebanggaan masyarakat Kudus. Tepat sekali kalau diperingati haulnya dalam event mandiri,” ujar Dr Purwadi menanggapi keputusan rapat Pakasa Cabang Kudus.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (Lokantara) Pusat di Jogja yang sekaligus peneliti sejarah Mataram itu, secara terpisah dihubungi iMNews.id kemarin, setelah mengikuti perkembangan atas berbagai temuan dan kajian sejarah yang ditulis di blog-nya. Temuan dan kajian tentang Sunan Kudus, Kudus dan Mataram Kartasura itu disajikan dalam bentuk tembang Macapat.
Pakasa Cabang Kudus yang mendapat masukan itu lalu membahasnya dalam rapat, sebagai perkembangan data sejarah Kudus dan Mataram. Karena selama ini diakui tak begitu jelas konstruksinya, bahkan sudah tidak dikenal masyarakat Kabupaten Kudus dalam beberapa generasi hingga kini, yang menurut KRA Panembahan Didik Gilingwesi, bahkan sudah tidak kenal Budaya Jawa.
Karena Pakasa Cabang Kudus sendiri sudah memiliki data tanggal wafat Kyai Glongsor yaitu 27 Rejeb, ditambah beberapa pusaka peninggalannya seperti terompet dan keris, bahkan lokasi makamnya, maka pertemuan pengurus Pakasa di kediaman keluarga besar Kampung Rendeng, Kamis malam Jumat (9/1), digunakan sebagai kesempatan untuk menetapkan dan wilujengan.
“Semalam, ada 5 tumpeng kecil yang isinya komplet. Karena, yang hadir dalam rapat dan wilujengan 50-an orang. Intinya, tanggal 27 Rejeb disepakati untuk ditetapkan sebagai tanggal ritual haul. Untu tahun ini, mungkin nanti wilujengan saja yang bisa berbareng dengan ritual Mapag Ruwah. Tahun depan digelar mandiri secara khusus, dengan kirab”.
“Untuk seterusnya, tiap tanggal 27 Rejeb Pakasa Cabang Kudus akan menggelar ritual haul Kyai Glongsor. Meskipun, lokasinya bisa menggunakan lokasi makam untuk ziarah terbatas, tetapi kirab budayanya bisa menggunakan tempat lain yang lebih luas. Yang jelas, event haul Kyai Glongsor bisa terwujud, mandiri dan memberi manfaat luas bagi masyarakat”.
“Soal nanti kalau ada peringatan HUT RI 17-an perlu didukung dengan kirab yang membawa nama Kyai Glongsor, juga bisa. “Kan eventnya malah tambah banyak dan membanggakan masyarakat Desa Rendeng dan Kabupaten Kudus secara umum. Jadi, kelak Kudus punya event yang berkait dengan Sunan Kudus dan Kyai Glongsor,” ujar KRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi. (won-i1)