Menyambung Silaturahmi, Membangun Dialog dan Memperkuat Ketahanan Budaya
IMNEWS.ID – AGENDA ritual ”nyadran” di bulan Ruwah menyambut Ramadan tahun 2022 ini, oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta benar-benar diintensifkan pelaksanaannya dan diarahkan untuk sebuah tujuan yang lebih besar dalam kehidupan berbangsa. Tidak sekadar memperluas jangkauannya memayungi dan mengayomi masyarakat yang ingin mempertegas eksistensinya sebagai bagian dari pewaris dan pelestari budaya Jawa, tetapi juga membangkitkan semangat para penjaga benteng budaya, karena potensi ancaman terhadap eksistensi budaya dan produk-produk peradaban sudah sangat serius.
Ritual ”nyadran” yang terbungkus dengan tema ”Ziarah dan Muhibah Budaya Keraton Mataram Surakarta di dua wilayah Provinsi Jatim yang ada di pulau Madura, yaitu Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan, Sabtu dan Minggu (26-27/3), seakan mengartikulasi misi agenda ”nyadran” yang diinisiasi LDA. Meskpun, sebelum memasuki bulan Ruwah, Gusti Moeng selaku Ketua LDA juga sudah memaknai banyak peristiwa wisuda paringdalem gelar sesebutan yang diadakan cabang-cabang di lingkungan Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa) dengan semangat itu.
Di lingkungan Pakasa Cabang Nganjuk (Jatim) yang menggelar upacara wisudan di kediaman ketuanya pertengahan Januari 2020, lalu disusul Pakasa Cabang Sidoarjo yang menggelar wisudan di pendapa kabupaten akhir Januari,dan Pakasa Cabang Jepara yang mendapat dukungan Bupati utuk menggelar upacara wisudan di pendapa kabupaten pertengah Februari 2022, menjadi pertanda ada agenda ideal mendesak yang harus segera dilaksanakan. Di banyak daerah lain di wilayah Provinsi Jateng dan Jatim, baik yang sudah terbentuk kepengurusan Pakasa cabang maupun belum, dua bulan menjelang ”Ruwahan” merupakan waktu pemanasan LDA untuk menyampaikan dua misi di atas, lebih intensif.
Memulai agenda ”nyadran” di kompleks Makam Kyai Ageng Henis di Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Surakarta alias Solo (iMNews.id,6/3), rombongan LDA Keraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng melakukan ritual Ruwahan pertama di makam Leluhur Dinasti Mataram yang paling dekat. Rombongan lebih dari 50 orang yang di dalamnya terdiri beberapa elemen, meneruskan perjalanan ke kompleks makam Sri Makurung Handayaningrat yang ada di Kelurahan Dukuh, Kecamatan Banyudono, Boyolali.
Di antara 4 titik lokasi makam yang disadran hari itu, menggunakan tatacara ritual secara lengkap, yaitu doa, tahlil dan dzikir dengan shalawat Sultanagungan dan syahadat Quresh yang dipimpin abdidalem juru suranata MNg Irawan Wijaya Setyo Pujodopuro. Selasa (15/3), agenda ritual Ruwahan diadakan di makam Sinuhun Amangkurat Agung di kompleks Astana Pajimatan yang ada di Desa Paseban, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal.
Di makam putra mahkota sekaligus penerus Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma itu, pada ritual nyadran tahun ini tidak diselenggarakan dengan upacara adat secara lengkap seperti yang rutin dilakukan tiap tahun sebelum ada pandemi Corona. Melainkan hanya ziarah biasa yang dilakukan Gusti Moeng bersama rombongan kecil, tanpa kirab dan upacara adat seperti yang dilakukan saat menggelar ritual ”Larap Selambu” rutin tiap bulan Sura.
Nyadran di beberapa titik lokasi yang di luar agenda ”Ziarah dan Muhibah Budaya”, memang hanya biasa-biasa saja, kecuali ketika nyadran di kompleks makam Kyai Ageng Selo di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Kamis (24/3). Karena, nyadran di makam Ki Ageng Butuh, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen (10/3), kemudian Kutha Gedhe dan Astana Pajimatan Imogiri, Bantul (DIY), Kamis (17/3) dan kompleks makam Bathara Katong serta beberapa titik lokasi makam leluhur di wilayah Kabupaten Ponorogo, Senin (21/3), tanpa disertai kirab prajurit, walaupun ada doa, tahlil dan dzikir.
Meskipun disertai beberapa bregada prajurit termasuk korsik drumband untuk mengarak prosesi nyadran yang dipimpin Gusti Moeng, pelaksanaan ritual nyadran di kompleks makam Kyai Ageng Selo di Desa Selo, Kecamatan Tawanghajo, Kabupaten Gerobogan, tanpa disertai muhibah budaya seperti yang dilakukan di Madura, Jatim. Distu, Gusti Moeng hanya ”dawuh” atau meminta MNg Irawan Wijaya Setyo Pujodipuro untuk memimpin doa, tahlil dan dzikir.
Ziarah atau nyekar di makam Ki Ageng Selo baru dilakukan dua kali oleh Gusti Moeng dengan kirab budaya diserta korsik drumband prajurit, yaitu pada medio Desember 2021 dan saat Ruwahan yang dilakukan 24 Maret lalu. Dua kali prosesi arak-arakan dengan beberapa bregada prajurit dan iringan drumband, sempat mengejutkan warga sekitar makam dan para peziarah, tetapi mendatangkan respon positif karena ada sentuhan atraksi adat dan seni yang menambah daya tarik wisata.
Agenda nyadran tahun ini yang paling istimewa ketika dilakukan Gusti Moeng dan tiga bus berisi sekitar 70-an orang di pulau Madura, Jatim, 26-27/3. Karena di situ ada dua kompleks makam terpisah di dua kabupaten, yaitu Sumenep dan Pamekasan. Salah satunya adalah kompleks makam Adipati Tjakra Adiningrat II, yaitu mertua Sinuhun Paku Buwana (PB) IV, yang berada dalam satu kompleks dengan makam Raja Pamekasan Ronggosukowati, yang ada di Desa Kol Pajung, Kecamatan Kota Pamekasan.
Nyadran dengan tema ”Ziaran dan Muhibah Budaya” Keraton Surakarta di dua kabupaten itu menjadi agenda nyadran paling istimewa, selain menjadi kali pertama Keraton Mataram Surakarta menziarahi leluhur Dinasti Mataram, ada rangkaian acara penyambutan oleh masing-masing bupati. Bahkan di dalam acara perkenalan itu, diselingi dengan saling bertukar cinderamata dan dialog budaya untuk membangun hubungan tali silaturahmi yang erat untuk memperkuat ketahanan budaya bangsa.
Ruwahan terakhir yang dilakukan Gusti Moeng dan rombongan kecil di kompleks makam permaisuri Sinuhun PB I yaitu Ratu Hemas Balitar di Kelurahan Sorosutan, Jogja, Kamis (31/3), hanya biasa-biasa dan menjadi penutup agenda Ruwahan. Tetapi, banyak catatan positif yang bisa menjadi teladan bagi publik secara luas, dari dialog budaya saat rombongan saat diterima Bupati Sumenep Achmad Fauzi SH MA di Keraton Sumenep yang menjadi rumah dinas bupati, Sabtu sore (26/3). Juga saat dijamu Bupati Pamekasan KRT H Baddrut Tamam Cokrohadipuro di pendapa kabupaten, Sabtu malam (26/3). (Won Poerwono-bersambung)