“Gending Lancaran Pakasa” Berkumandang di Ruang Pendapa Ndalem Mangunsuman
PONOROGO, iMNews.id – Ada seratusan warga dan pengurus Pakasa Cabang Ponorogo serta organisasi Putri Narpa Wandawa cabangnya, Jumat malam berkumpul di kediaman KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Ponorogo) di ndalem Mangunsuman, Kecamatan Kota. Hampir semuanya mengenakan seragam kaos bertuliskan “93 tahun Pakasa” di balik kostum “Panaragan”-nya.
Resepsi hajadan dan ritual kenduri dan donga wilujengan peringatan HUT ke-93 Pakasa sedang digelar warga Pakasa Cabang “Gebang Tinatar”, Jumat malam (29/11) itu. Ada beberapa pengisi acara di peringatan ultah, selain acara inti kenduri dan donga wilujengan. Yaitu sajian tembang Macapat dan doa “tolak bala” serta sajian “klenengan nyamleng mat-matan”.
Dalam rangkaian acara itu, KP MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo memberikan sambutan yang intinya mengajak seluruh warga cabang untuk bersyukur atas perjalanan Pakasa Punjer yang sudah memasuki usia 93 tahun. Rasa syukur ditujukan kepada Tuhan YME karena Pakasa Cabang Ponorogo juga bisa eksis dan berkembang hingga kini.
KRT Gaguk Hadinagoro selaku panitia wilujengan yang ikut hadir pada peringatan HUT malam itu juga menyebutkan, Ketua Pakasa Cabang juga mengajak kalangan anggota untuk lebih bersemangat dan aktif dalam setiap kegiatan Pakasa. Bahkan disebutkan, Bupati Ponorogo Sugiri Sancaka yang tidak hadir menitipkan ucapan selamat kepada Pakasa Cabang Ponorogo.

“Bupati Ponorogo diundang tetapi tidak bisa hadir. Beliau titip salam dan ucapan selamat kepada Pakasa Cabang Ponorogo. Beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi atas peran Pakasa dalam pelestarian dan pengembangan budaya (Jawa) di tengah-tengah masyarakat Ponorogo,” ujar KRT Gaguk yang sambil menyebut tumpeng yang berjumlah 93 buah berukuran kecil-kecil.
Selain rangkaian acaranya yang punya nilai spesifik khas sesuai ciri identitasnya, semua yang hadir selalu menampilkan hal yang berbeda dalam berbagai aktivitasnya di antara cabang-cabang Pakasa yang dimiliki keluarga besar masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta. Yaitu keunikan hasil gagasan dan cara menyikapi momentum peristiwanya.
Salah satu keunikan hasil gagasan itu adalah seragam kaos bertuliskan identitas peringatan 93 tahun Pakasa yang dikenakan hampir semua yang hadir di peringatan HUT, malam itu. Tetapi, mereka tetap membalut dengan seragam “outfit” khas “Panaragan”, lengkap dengan simbol “dhadhung” atau tambang dari benang berukuran besar melingkar di pinggangnya.
Dalam rangkaian acara peringatan malam itu, bahkan ada peragaan potong tumpeng yang dilakukan KP MN Gendhut Wreksodiningrat dalam gaya penari Bojang-Ganong. Potongan tumpeng itu, selain diberikan kepada sesepuh Pakasa cabang, juga diserahkan kepada Ketua Putri Narpa Wandawa Cabang Ponorogo yang tak lain adalah istri Ketua Pakasa Ponorogo.

Hal spesifik lain khas Pakasa Cabang Ponorogo yang muncul dalam peringatan HUT malam itu, adalah iringan lagu ulang tahun yang disuarakan saat KP MN Gendut memotong nasi tumpeng. Yaitu tiupan seruling/terompet khas musik iringan reog Ponorogo, yang dilakukan secara bersama-sama oleh sejumlah orang, yang sempat dilakukan juga oleh KP MN Gendut.
Lagu ulang tahun yang disuguhkan instrumen seruling/terompet khas musik reog, dilakukan secara bersama-sama oleh banyak orang, tentu memberi sensasi suara yang aneh, indah dan khas. Musik aneh sebagai ekspresi peringatan ultah itu, tentu akan diapresiasi sebagai pengalaman tersendiri oleh semua yang akan hadir mengikuti puncak HUT Pakasa, 14-15 Desember.
Tidak hanya itu, seandainya Gending Lancaran Pakasa yang pernah diciptakan warga Pakasa Cabang Ponorogo beberapa waktu lalu juga disajikan di puncak peringatan HUT ke-93 Pakasa, 14-15 Desember di Surakarta, tentu akan memberi keindahan warna auditif yang semakin lengkap. Karena, sejak Pakasa lahir belum pernah ada dan baru muncul diciptakan di Ponorogo.
Gending Lancaran “Pakasa” itu, disajikan pada saat berlangsung wilujengan peringatan HUT di “ndalem Mangunsuman”, Jumat (29/11) malam itu, menjadi pelengkap suasana yang tiada duanya. Penciptaan gending itu, penanda perkembangan Pakasa di zaman milenial ini. Bahkan KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Punjer), saat itu meminta sebagai gending resmi milik Pakasa.

Pakasa Cabang Ponorogo memang layak mendapat julukan “cabang istimewa”, karena berbagai alasan yang rasional dan mendasar. Selain latar-belakang eksistensi Kabupaten Ponorogo yang tak bisa dipisahkan dari sejarah lahirnya “nagari” Mataram Surakarta, masyarakat Ponorogo memiliki ciri khusus yang menjadi simbol dan ikon khas di antara lainnya.
Kini, Pakasa yang “reborn” menjadi “New Pakasa”, sudah tumbuh berkembang semakin memperlihatkan wajah barunya, bahkan dikuatkan dengan lahirnya gending Lancaran Pakasa. Warna fundamental sebagai simbol Budaya Jawa tetap tampak jelas, yang justru akan menjadi modal Pakasa Cabang Ponorogo dan menjadi bagian Punjer yang akan menatap zaman jauh ke depan. (won-i1)