Khol ke-42 Wafat Kanjeng Ratu Ageng Digelar, Sang Anak yang Jumeneng Nata Tidak “Ngeh”
SURAKARTA, iMNews.id – Mungkin karena “jengkel” dan sudah hampir kehabisan akal, Gusti Moeng sempat berucap agak ketus saat menyinggung pelaksanaan haul atau “khol surut-dalem” (peringatan wafat-Red) ke-42 Kangjeng Ratu Ageng yang jatuh Selasa (1/10) siang tadi. Karena, pihak yang dianggap paling berkepentingan, dianggap tidak tanggap atau menyepelekan.
Sambutan tunggal Pengageng Sasana Wilapa yang juga Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA) itu yang tercurah dalam keluh-kesah atas sikap seseorang yaitu kakak kandungnya tertua, yaitu Sinuhun Suryo Partono (PB XIII). Tokoh ini dianggap tidak “ngeh”, kurang peduli untuk berbhakti kepada kedua orangtuanya, salah satunya berinisiatif menggelar khol surut-dalem.
Selasa siang (1/10) tadi, ritual khol surut-dalem terlaksana dengan baik walau diakui Gusti Moeng serba dadakan dan agak terburu-buru untuk mengejar waktu agar waktu tidak lewat dari tanggal 28 Mulud tahun Jawa. Ia merasa seperti diingatkan untuk menggelar ritual itu, sehari sebelumnya atau kemarin, saat sedang menyambangi untuk melihat kondisi Kraton Kulon.
“Jadi, wilujengan khol surut-dalem ini nyaris saja terlewatkan. Karena, saat saya sedang menengok Tursinarengga Kraton Kulon yang tampak di depan saya beliau Kangjeng Ratu Ageng. Maka, mungkin saja ada yang kurang lengkap atau tercecer kelupaan uba-rampenya, mudah-mudahan tidak terjadi. Tetapi, khol beliau hampir saja lupa dan terlewatkan”.
“Karena, sejak zaman bapak Sinuhun PB XII, mungkin sudah mulai berkurang upacara-upacara adat khol surut-dalem yang digelar di kraton. Karena, semua Sinuhun dan prameswari-dalem, upacara kholnya harus diselenggarakan kraton. Tetapi, karena kraton semakin tipis keuangannya, kalangan trahnya sendiri yang menggelar khol di luar kraton”.
“Tetapi, mungkin juga karena merepotkan dan trah keturunan masing-masing Sinuhun juga berpencar jauh dan semakin sedikit yang peduli, ritual itu lama-lama hilang. Sejak 2004, Bebadan kabinet berusaha menyelenggarakan kembali khol surut-dalem dari sedikit-demi sedikit. Tetapi, yang ini kok sepertinya tidak nggagas,” ujar Gusti Moeng agak kesal.
Kekesalan Gusti Moeng memang tidak secara vulgar diungkapkan, tetapi ungkapannya hanya bertujuan untuk mengembalikan tradisi itu sebagai kewajiban kraton secara lembaga untuk dilaksanakan secara rutin. Di sisi lain, sebagian besar urusan kraton ditanggung secara mandiri oleh Bebadan Kabinet 2004, tetapi ada pihak yang lebih berkepentingan namun tak peduli.
Meski begitu, ritual “khol surut-dalem” Kangjeng Ratu Ageng yang tak lain adalah ibunda Gusti Moeng itu, siang tadi berjalan lancar. Dimulai pukul 12.20 WIB, doa, dzikir dan tahlil serta shalawat Sultanagungan serta syahadat Quresh dikumandangkan dari Bangsal Smarakata, dipimpin abdi-dalem jurusuranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro.
Dari sekitar 70-an orang yang hadi, kebanyakan dari kalangan sentana-dalem, sentana dan abdi-dalem. Dari keturunan Kangjeng Ratu Ageng, selain Gusti Moeng tampak GKR Ayu Koes Indriyah, KGPH Puger dan beberapa wayah-dalem seperti KGPH Hangabehi, GKR Timoer Rumbai, GRAy Ratih, KPH Bimo Djoyo Adilogo, KRMH Suryo Manikmoyo dan KRMH Suryo Kusumo Wibowo.
Sementara itu, Rabu (2/10) malam Kamis Pon besok, Kraton Mataram Surakarta kembali menggelar ritual religi yaitu khataman Alqur’an bertempat di Bangsal Smarakata. Acara religi yang mulai diaktifkan sejak “insiden Gusti Moeng Kondur Ngedhaton 2022 rutin tiap selapan sekali itu, sempat berhenti beberapa saat, lalu dilanjutkan mulai Rabu malam besok.
Khataman Alqur’an ini selalu didukung oleh abdi-dalem Kanca Kaji dari Pakasa cabang seperti yang dijanjikan KRAT Mulyadi Pospupustoko (Ketua Pakasa Pati), KRA Panembahan Didik Gilingwesi (Ketua Pakasa Kudus), KP Bambang S Adiningrat, (Ketua Pakasa Jepara) dan beberapa cabang lain, juga KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo yang sudah menyatakan akan hadir besok malam.
Setelah agenda khataman Alqur’an, Gusti Moeng juga menyinggung agenda ritual Labuhan yang akan digelar pada Minggu 6 Oktober ini di “segara kidul”, pantai Parang Kusuma, Bantul, DIY. Akan ada tiga bus besar yang akan mengangkut uba-rampe, 50-an anggota jajaran “Bebadan Kabinet 2004” dan 150-an warga Pakasa cabang dari berbagai daerah yang mendaftar.
Sementara itu, KRA Panembahan Didik selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus yang dimintai konfirmasi iMNews.id menyatakan berencana ingin ikut bergabung dalam ritual Labuhan dengan langsung menuju ke lokasi pantai Parangkusuma, Bantul dari asalnya, Kabupaten Kudus. Karena, Pakasa Kudus belum pernah ikut ritual itu dan akan menjadikannya pengalaman berharga.
Pakasa cabang Kudus belum bisa menentukan jumlah yang akan bergabung, tetapi KRT Suyono Sastroredjo (Ketua Harian pakasa Ngawi) menyebutkan, cabangnya akan mengirim utusan 20 orang. Sedangkan KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) menyatakan akan mengutus 20 personel, sementara Pakasa Cabang Nganjuk 10 orang dan cabang Klaten 67 orang.
KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) menyatakan, pihaknya akan mengirim utusan 20 orang, Pakasa Cabang Malang 12 orang , Pakasa Boyolali 15 orang dan Pakasa Sragen 10 orang. Sementara itu, KRAT Haryana Joyonagoro (Ketua Pakasa Pangeran Timur Madiun) menyatakan pengurus masih membahas jumlah utusan yang akan dikirim mengkikuti ritual Labuhan itu. (won-i1)