Malam Ketiga “Sekaten Art Festival”, Sajikan Tari “Khusus Konsumsi” Usia Anak-anak dan Remaja

  • Post author:
  • Post published:September 14, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Malam Ketiga “Sekaten Art Festival”, Sajikan Tari “Khusus Konsumsi” Usia Anak-anak dan Remaja
KIPRAH RATU SEWU : Penampilan remaja 12-an tahun menyajikan tari "Kiprah Ratu Sewu" ini sangat menggemaskan di pentas "Sekaten Art Festival", semalam. Karena keberaniannya luar biasa, mengingat hanya tampil "sendirian" dan mahkotanya yang tampak kebesaran, sering membuatnya agak repot membetulkan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tiga Penari Hasil “Rekrutan” Tahun 2023, Sudah Tampil di Pentas Sekaten Tahun 2024 ini

SURAKARTA, iMNews.id – Malam ketiga “Sekaten Art Festival” (Jumat, 13/9), semalam, suasana tempat pentas di Pendapa Sitinggil Lor terasa lebih longgar suasananya dalam menikmati sajian demi sajian tari suguhan kalangan sanggar peserta. Karena, baik penyaji maupun jenis-jenis tarian yang disajikan semuanya cocok dikonsumsi usia anak-anak dan remaja.

“Panggung Gembira Anak-anak” yang sering tampil di berbagai acara TV, rata-rata menyajikan menu pertunjukan seni untuk konsumsi anak-anak dan remaja, begitu pula para penari yang menyajikannya. Maka, beruntung bagi kalangan pengunjung “Sekaten Garebeg Mulud 2024” yang membawa putra-putrinya dan singgah di Pendapa Sitinggil Lor, Jumat (13/9), semalam.

TARI LUYUNG : Tari (baju) “Lurik” dan (membawa “Payung” yang disingkat “Luyung” itu juga cukup menghibur para penonton pentas “Sekaten Art Festival 2004” malam ketiga, Jumat semalam. Jenis tarian ini memang menarik dan cocok dikonsumsi kalangan anak-anak dan remaja. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Disaksikan sekitar 300 orang yang rata-rata keluarga yang membawa anak-anak balita dan remaja serta kalangan siswa sekolah dan umum, “Sekaten Art Festival” di malam ketiga menyajikan 8 repertoar tari sekaligus. Kedelapan sajian itu dipersembahkan oleh Sanggar Padma Wibaksa (Boyolali), Sanggar Sekar Melati Sukoharjo dan Forum Anak Kelurahan Kauman.

Pentas yang dimulai pukul 19.45 WIB semalam, langsung disajikan suguhan pertama yaitu tari “Candik Ayu” disusul tari “Oglek” dan tari “Manipuri” oleh Sanggar Padma Wibaksa. Masing-masing tarian hanya sekitar 7 menit, tetapi masing-masing sajiannya menarik dan mendapat sambutan hangat dari kalangan penonton terutama “supporternya” dan kalangan remaja.

TARI MANIPURI : Walau tempo sajian tari “Manipuri” dan krakter iringannya termasuk jenis tarian serius untuk konsumsi orang dewasa, tetapi dengan kostum yang dikenakannya di pentas “Sekaten Art Festival 2024”, Jumat semalam, cukup menarik dikonsumsi kalangan penonton usia anak-anak dan remaja. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sajian berikut tari “Luyung” sebagai singkatan dari “Lurik” dan “Payung” yang menjadi atribut dan simbol kuat tarian yang berasal dari wilayah Kabupaten Klaten ini. Tarian itu disajikan oleh Sanggar Sekar-Melati Sukojaro yang hanya 7 menit juga. Sebagai penutup, Forum Anak Kelurahan Kauman (Kecamatan Pasar Kliwon) menyajikan 3 tarian berturut-turut.

Tiga tarian itu adalah “Kiprah Ratu Sewu” yang hanya disajikan seorang bocah usia 12-an tahun yang tampak “menggemaskan” karena mahkotanya sering bergeser karena kebesaran, disusul tari “Oglek” dan tari Payung Geulis. Selain kelucuan dan keluguan para penyajinya, penampilan mereka menarik juga karena hampir semua musik iringannya heboh dan hingar-bingar.

UNSUR SUNDA : Tari “Payung Geulis” yang memadukan antara unsur Jawa dan iringan musik karawitan Sunda, bisa disajikan cukup menarik bagi segala umur, terutama anak-anak dan remaja. Tarian kreasi baru ini kombinasi warna kostumnya juga menari penonton pentas “Sekaten Art Festival 2024”, Jumat semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pukul 21.00 lebih sedikit, semalam, pertunjukan tari di malam ketiga sudah berakhir. Seperti biasa, Gusti Moeng selaku Pangarsa Yayasan Pawiyatan Kabudayan sekaligus Pangarsa Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta menyerahkan piagam  kepada grup atau sanggar penyajinya. Selain dan ucapan terima kasih, para peserta juga diajak berfoto bersama.

Semalam, tampak putra mahkota KGPH Hangabehi dan keluarga kecilnya, juga GKR Ayu Koes Indriyah dan KPH Edy Wirabhumi selain Gusti Moeng. Tetapi, yang mau diajak foto bersama Gusti Moeng dan para penyaji hanya Gusti Ayu. Sedangkan sejumlah sentana-dalem yang hadir tiap malam seperti bergiliran, mungkin disesuiakan dengan tugas “tugur” di kraton.

MENYERAHKAN PIAGAM : Di sela-sela foto bersama, Gusti Moeng menyerahkan piagam dan ucapan terima kasih kepada rombongan penyaji dari Sanggar Padma Wibaksa (Boyolali) sebagai penutup pentas “Sekaten Art Festival 2024”, di malam ketiga, Jumat (13/9) semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sabtu (14/9) malam nanti, pentas “Sekaten Art Festival” terus berlanjut, ada 5 repertoar tari akan disuguhkan tiga sanggar, yaitu Sanggar Semarak Candra Kirana, dan’s Dance Studio dan Sanggar Gedhong Kuning. Empat dari lima tarian yang sudah dicatat panitia adalah tari “Gambyong” dan tari “Merak Ngigel”, tari “Podang Kuning” dan tari “Rara Ngigel”.

Semua sajian tari di pentas “Sekaten Art Festival 2024” ini, diiringi musik karawitan rekaman yang tersimpan dalam “flash disk” atau jenis “soft were” lainnya. Sementara itu, keramaian “maleman Sekaten 2024” di sejumlah tempat termasuk Pednapa Pagelaran, juga masih berlangsung. Tetapi ritual Sekaten, akan berakhir Senin (16/8) dengan prosesi Gunungan. (won-i1)