Mulai Usung-usung Gamelan ke Masjid Agung Hingga Keluarnya Hajad-dalem Gunungan
SURAKARTA, iMNews.id – Bantuan abdi-dalem pasukan “Wana Pedhut” dari sekitar lereng Gunung Merapi yang masuk wilayah Pakasa Cabang (Kabupaten) Klaten dan Cabang (Kabupaten) Boyolali dan “Semut Ireng” dari Pakasa Cabang Sragen dan Cabang Karanganyar, sangat diharapkan dalam pelaksanaan hajad-dalem Sekaten Garebeg Mulud 2024, tanggal 9 dan 16/9 nanti.
Kraton Mataram Surakarta sangat mengandalkan dukungan pasukan dari beberapa wilayah Pakasa terdekat Surakarta itu, karena ada beberapa pertimbangan. Kraton semakin kehabisan SDM abdi-dalem untuk keperluan itu, karena realitasnya memang abdi-dalem generasi lama yang bekerja sebagai “pegawai” atau “abdi-dalem garap” di bidang itu sudah habis karena usia.
Menurut KRMH Suryo Kusumo Wibowo selaku Wakil Pengageng Sasana Prabu yang dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi mengaku, tugasnya yang berurusan dengan pengelolaan dan pengerahan tenaga abdi-dalem untuk beberapa jenis upacara adat yang membutuhkan dukungan massal itu, dalam 10 tahun terakhir semakin menghadapi persoalan itu.
Jumlah abdi-dalem yang berstatus pegawai atau “garap” sudah semakin habis karena usia, sementara untuk merekrut generasi penggantinya kini menjadi tantangan besar karena kraton semakin sulit bisa mencukupi kesejahteraannya terutama gaji. Padahal, realitasnya kalangan generasi muda zaman sekarang tidak mungkin bekerja dengan penghasilan yang tidak menjamin.
“La nggih ta mas. Sakniki napa enten generasi muda usia produktif ingkang purun bekerja suka rela dengan gaji yang belum tentu bisa menjamin kesejahteraan dirinya, juga keluarganya?. Niki tantangan besar ingkang dihadapi kraton. Padahal, kraton samsaya mboten gadhah kemampuan saget mbayar gaji cekap. Menapa malih sesuai UMR utawi UMK”.
“Kraton badhe mbayar gaji sesuai UMR/UMK artane saking pundi? Pramila nggih leres ngendikanipun Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Koertiyah/Pengageng Sasana Wilapa-Red), warga Pakasa cabang saget dados alternatif solusinipun. Nanging nggih ingkang griyanipun radi celak kraton, kados pasukan Semut Ireng lan Wana Pedhut,” ujar KRMH Suryo Kusumo Wibowo.
Karena realitas seperti itulah, maka para abdi-dalem yang termasuk pasukan “Wana Pedhut” dari wilayah Pakasa Cabang Klaten dan Pakasa Cabang Boyolali di lereng Gunung Merapi, sudah dimulai beberapa tahun sebelum 2017 dan kini semakin diandalkan kraton. Termasuk pula abdi-dalem pasukan “Semut Ireng” dari Pakasa Cabang Karanganyar dan Cabang Sragen.
Menurut KRMH Suryo Kusumo Wibowo, untuk persiapan hajad-dalem Sekaten Garebeg Mulud 2024 ini, pihaknya sudah mendata bantuan pasukan “Wana Pedhut” dari Klaten dan Boyolali sebanyak 50 orang. Pihaknya juga tidak akan menutup kesempatan seandainya ada abdi-dalem pasukan “Semut Ireng” dan Pakasa Karanganyar dan Pakasa Cabang Sragen akan ikut bergabung.
Seperti dalam beberapa upacara adat hajad-dalem yang sudah berlangsung tahun 2023 dan 2024, Pakasa Cabang Jepara juga beberapa keali mengirim abdi-dalem untuk bergabung dengan pasukan “Semut Ireng”, misalnya saat berlangsung kirab hajad-dalem “Malem Selikuran”. Padahal, jarak tempuh dari Jepara ke kraton bisa mencapai 4-5 jam perjalanan.
“La niku mas, dhawuh kintun bantuan abdi-dalem menika sakleresipun ugi kangge pengurus Pakasa cabang sanesipun. Nanging kraton lajeng membatasi ingkang saking cabang paling celak. Ingkang saking njawi eks Karesidenan Surakarta, kedah nempuh perjalanan ngantos 4-5 jam, mesakaken. Ning nggih mboten sekedhik ingkang tetep pengin nedherek nyengkuyung”.
“Kebutuhan tenaga kangge hajad-dalem Sekaten Garebeg Mulud menika termasuk ingkang paling kathah. Amargi, wiwit usung-ususng gamelan miyosipun gangsa dateng Masjid Agung, mangke ugi wangsulipun lan terakhir ndherek ngusung hajad-dalem Gunungan. Menika betah 200-an tenaga saben setunggal lampahipun,” tambah KRMH Suryo dalam bahasa Jawa krama campuran.
Seperti disebutkan, untuk keperluan hajad-dalem Sekaten Garebeg Mulud tahun 2024 ini, rata-rata dibutukan antara 100-200 tenaga untuk tiga kali perjalanan. Yaitu saat keluarnya sepasang gamelan Sekaten, Senin pagi (9/9), masuknya kembali gamelan Sekaten, Senin pagi (16/9) dan keluarnya sepasang Gunungan dari kraton ke Masjid Agung, Senin pagi (16/9) itu.
Sementara itu, Sabtu (7/9) pagi tadi jajaran “Bebadan kabinet 2004” menggelar jamasan gamelan yang ada di Bangsal Bale Bang, kompleks Pendapa Sitinggil Lor. Gamelan yang ada di tempat penyimpanan itu, adalah bagian dari gamelan pusaka yang akan dikeluarkan bersamaan di tiga titik lokasi, termasuk gamelan “Cara Balen” yang “digendong” saat prosesi Gunungan.
Sepasang gamelan Sekaten atau Kiai Sekati yaitu Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari akan dipasang di dua Bangsal Pradangga atau “Pagongan”, Lor (utara) dan Kidul (selatan) halaman Masjid Agung. Gamelan Monggang akan dipasang di Bangsal Pradangga depan Pendapa Sasana Sewaka, sedangkan gamelan Cara Balen untuk memandu langkah prajurit “Panyutra”.
Berikut, adalah gamelan Monggang Patalon yang akan dipasang di Bangsal Angun-angun di sisi timur Pendapa Sitinggil Lor. Gamelan Sekaten akan ditabuh bergantian di Masjid Agung, sedangkan gamelan Monggang dan Monggang Patalon, akan ditabuh bersamaan saat puncak hajad-dalem Gunungan Garebeg Mulud (16/9) ,sebagai tanda “pakurmatan” atau penghormatan. (won-i1)