Pakasa Cabang Ngawi Akan Bawa Empat Unit Reog ke Acara Kirab “Grebeg Mulud Njeporonan”
SURAKARTA, iMNews.id – Pagar seng yang menutup rapat Alun-alun Lor selama beberapa bulan karena ada pekerjaan proyek revitalisasi, dalam beberapa hari ini dilepas di satu titik yaitu yang menghadap langsung ke arah kagungan-dalem Masjid Agung. Pelepasan seng untuk sementara waktu, karena akses jalan itu untuk keluar-masuk gamelan Sekaten dan Gunungan.
“Benar, yang dibuka hanya satu titik saja, selebar pintu besi yang pernah ada di situ. Karena, untuk keluar masuk sepasang gamelan Sekaten dan prosesi Gunungan dalam upacara adat Sekaten, selalu menggunakan akses jalan itu untuk menuju kagungan-dalam Masjid Agung. Tatacara adatnya sudah ada rute bakunya, ya harus dipenuhi”.
“Jadi, saat nanti gamelan Kiai Guntur Sari dan Kiai Guntur Madu dikeluarkan (9/9) dan dibawa kembali masuk kraton (16/9), melalui rute itu. Begitu pula, saat prosesi Gunungan Garebeg Mulud, secara adat juga harus melalui rute baku itu. Seng yang dilepas hanya di satu titik. Yang di selatan, ‘kan masih ada pintunya,” jelas KRMH Suryo Kusumo Wibowo.
Wakil Pengageng Sasana Prabu itu saat dimintai konfirmasi iMNews.id siang tadi selebihnya menyatakan, tahapan-tahapan upacara adat Sekaten Garebeg Mulud 2024 ini sudah ada beberapa yang dilalui dan tidak lama lagi akan menuju puncak ritual. Setelah dibuka keramaian pasar malam atau “Maleman Sekaten 2024”, Kamis (5/9) pagi tadi berlangsung “jamasan”.
Jamasan atau membersihkan dengan air kembang setaman, dilakukan sejumlah abdi-dalem Kabupaten Keparak Mandra Budaya di “gedhong Kangen Katong”, mulai pukul 09.00 WIB sampai siang. Jamasan sepasang gamelan Kiai Sekati (Kiai Guntur Sari dan Kiai Guntur Madu) serta gamelan Monggang itu, ditunggui KPP Wijoyo Adiningrat (Wakil Pengageng Mandra Budaya).
Jamasan sepasang gamelan Sekaten harus dilakukan sebelum dikeluarkan ke Masjid Agung untuk keperluan upacara adat dimulainya ritual Garebeg Mulud yang akan dilakukan Senin (9/9) pagi. Tetapi, gamelan baru ditabu kali pertama sebagai tanda resmi ritual dimulai pukul 13.30 WIB, sesuai dhawuh yang dikeluarkan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa.
“Jadi, Senin pagi pukul 08.00 WIB sudah dimulai arak-arakan para abdi-dalem, ‘usung-usung’ gangsa Kiai Sekati dari ‘gedhong Langen Katong’ ke Masjid Agung. Rutenya baku, keluar dari Kori Sri Manganti, melewati halaman Kamandungan langsung masuk pintu belakang Pendapa Sitinggil Lor. Dari sana melalui tengah Alun-alun Lor, baru menuju Masjid Agung.
“Nanti, setelah selesai ditabuh di Masjid Agung dan dikembalikan ke kraton, juga melalui rute baku itu lagi. Senin (16/9) pagi sepasang Gamelan Kiai Sekati dibawa masuk ke kraton, tak lama kemudian Gunungan Garebeg Mulud diarak dari kraton ke Masjid Agung. Rencananya, tahun ini kraton hanya mengeluarkan sepasang Gunungan,” ujar KRMH Suryo Kusumo.
Dibukanya beberapa lembar seng tepat di akses pintu keluar-masuk Alun-alun Lor yang menghadap Masjid Agung selama seminggu untuk keluar-masuk gamelan Sekaten dan prosesi Gunungan, merupakan bagian situasi dan kondisi “serba darurat” selama berlangsung proyek revitalisasi dua alun-alun ini. Bahkan, revitalisasi Masjid Agung juga baru saja dimulai.
Meski begitu, suasana “Maleman Sekaten” yang terpusat di kompleks Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa dan sekitarnya, masih memberi tanda dan simbol keagungan Kraton Mataram Surakarta. Simbol-simbol syi’ar religi ritual yang penuh estetika akulturistik itu ada di Masjid Agung, sedangkan simbol-simbol budaya Jawanya akan tampak saat berlangsung pentas seni.
Untuk serangkaian tahapan upacara adat Sekaten Garebeg Mulud sebagai tradisi kraton merayakan hari besar kelahiran atau Maulud Nabi Muhhamad SAW itu, GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa juga Pangarsa LDA sudah mengeluarkan “dhawuh” kepada segenap keluarga besar masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta dan semua elemennya.
Selain keluarga besar inti dan jajaran “Bebadan Kabinet 2004”, pengurus Pakassa cabang di berbagai daerah juga mendapat “timbalan sowan” pada saat gamelan kali pertama ditabuh, Senin siang (9/9) pukul 13.30 WIB. Di kagungan-dalem Masjid Agung. Sebelum gendhing Rambu disajikan, akan ada upacara kecil menabuh gamelan sebagai tanda ritual Sekaten dimulai.
Sementara itu, KRA Bambang S Adiningrat, Ketua Pakasa Cabang Jepara menyatakan sudah siap untuk menggelar acara “Grebeg Mulud Njeporonan”, peringatan 490 tahun berdirinya Kabupaten Jepara. Kirab akan digelar Sabtu (7/9) mulai pukul 13.00 WIB, menempuh rute sekitar 3 KM dari depan Balai Desa Mantingan, Kecamatan Kalinyamatan menuju Pendapa Kabupaten Jepara.
Dari susunan acara yang sudah disebarluaskan melalui berbagai media disebutkan, habis kirab dilakukan “pisowanan” di halaman Pendapa RA Kartini mulai pukul 14.30 WIB. Bersamaan itu ada sajian seni “Reog on Street” di sepanjang Jalan Kartini, Jepara, mulai pukul 15.00 WIB, yang antara lain dari 4unit reog yang dibawa pengurus Pakasa Cabang Ngawi.
KRT Suyono Sastroredjo (Ketua Harian Pakasa Cabang Ngawi) yang dihubungi iMNews.id menyebutkan, cabangnya membawa 4 unit reog dan 50 orang untuk ikut mendukung kirab di Jepara. Sementara KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) menyatakan, ada 30-an orang dibawa untuk kirab dan acara doa menjelang Pagelaran Seni, Sabtu malam (7/9). (won-i1)