Sambil Mencermati Makna Filosofis Karya-karya Arsitektur Sinuhun PB II
SURAKARTA, iMNews.id – Enam orang utusan Universitas Sarjana Wiyata (Unsarwi/USW) Tamansiswa, Jogja, (Kamis, 20/3) semalam ikut sowan “menikmati” ritual hajad-dalem “Malem Selikuran”. Menjelang tanggal 21 Pasa/Ramadhan semalam, malam yang tepat antara kalender Masehi dan Jawa/Hijriyah, Kraton Mataram Surakarta menggelar upacara adat malam “Lailathul Qadar”.
Hadirnya rombongan dari Unsarwi Tamansiswa Jogja yang dipimpin Dekan Fakultas Teknik (FT), Dr Ir Iskandar Yasin ST MT CIPM IPM Asean Eng, menambah makna sisi lain gelar upacara adat hajad-dalem menyambut “Malam Seribu Bintang” itu. Karena, ada beberapa hal penting yang disampaikan Dr Iskandar kepada Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pengageng LDA.

Menindaklanjuti surat permohonannya untuk beraudiensi, rombongan Unsarwi yang diantar Dr Purwadi diterima Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi di ruang tamu di Kori Sri Manganti. Ada beberapa hal yang menjadi materi kerjasama yang akan dilakukan antara Unsarwi dan kraton, disampaikan semalam, dan akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat dengan penandatangan kerjasama.
Hanya dalam waktu sekitar 10 menit, audiensi itu berlangsung, lalu dilanjutkan dengan penyerahan buku “Profil Gusti Moeng” (karya Dr Purwadi) sebagai cinderamata kepada Dr Iskandar atas nama FT Unsarwi. Audiensi diakhiri dengan foto bersama di ruang itu, sementara di Bangsal Smarakata yang berdekatan, sudah semakin banyak yang “sowan” mengikuti ritual.

“Sehubungan akan ada kerjasama antara Universitas Sarjana Wiyata dengan kraton, kami ingin sowan bersilaturahmi dan beraudiensi dengan Gusti Moeng. Pusat Studi Teknik Kapujanggan yang kami miliki di kampus, akan melakukan penelitian dan kajian di kraton. Terutama data-data yang ada di kepustakaan kraton dan wujud fisik bangunannya”.
“Kami ingin mempelajari ragam teknik arsitektur bangunan Kraton (Mataram) Surakarta yang didirikan pada 20 Februari 1745 itu. Kami juga akan mempelajari karya-karya arsitektur Sinuhun PB II selaku ‘Pendiri’ Kraton (Mataram) Surakarta. Karena, terkesan keahliannya dalam tata kota, yang memadukan antara arsitektur Eropa, Romawi, Timur-tengah, Melayu dan Jawa”.

Dr Iskandar menjelaskan beberapa hal di atas, baik saat bertemu Gusti Moeng maupun menjawab pertanyaan iMNews.id, semalam. Selebihnya dikatakan, dia bersama rombongannya juga ingin mempelajari karya-karya Pujangga Jawa, yang memasukkan makna filosofis simbolik dalam teknologi kerajaan, yaitu unsur logika, etika, estetika atau cipta, rasa, karsa.
Menurutnya, Pusat Studi Teknik Kapujanggan juga sangat perlu mempelajari kearifan lokal yang terbalut dalam berbagai upacara adat di Kraton (Mataram) Surakarta. Misalnya yang terdapat dalam hajad-dalem Malem Selikuran, Garebeg Mulud Sekaten, ritual Nyadran, Sesaji Raja Wedha Mahesa Lawung dan masih banyak lagi, juga karya-karya tulis para Pujangga. (won-i1)