Menjembatani Animo Masyarakat yang “Sulit Menjangkau” Sanggar Pasinaon Pambiwara
WONOGIRI, iMNews.id – Sebuah lembaga pendidikan informal atau kursus di bidang penguasaan pengetahuan dan ketrampilan berbusana adat (tata-busana), berbicara bahasa Jawa (hamicara), etika tindak-tanduk (subasita/tata-krama) dan beberapa pengatahuan pelengkapnya di Kecamatan Baturetno, Wonogiri, sudah 10 angkatan menghasilkan lulusan sebanyak 150 siswa.
Lulusan terakhir yaitu angkatan ke-10, diwisuda dalam suasana upacara sederhana di Sanggar Pasinaon Hamicara “Omah Pawukon”, di Desa Belikurip, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jumat (28/6) lalu. Tempat upacara wisuda bagi 16 lulusan siang itu, adalah kediaman pimpinan sanggar yang dijadikan ajang belajar-mengajar berbagai pengetahuan cabang Budaya Jawa tersebut.
“Jadi, semua yang kami ajarkan adalah semua pengetahuan yang pernah saya peroleh dari Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta sekitar 20 tahun lalu. Karena, saya juga lulusan dari sanggar di kraton. Oleh sebab itu, yang kami ajarkan adalah pengetahuan Budaya Jawa gaya atau versi atau yang bersumber dari kraton,” ujar KRAT Edy Basuki Montro Suwiryo.
Pimpinan sekaligus pemilik sanggar yang juga Ketua Pakasa (Ancab) Baturetno, Wonogiri itu saat dimintai konfirmasi iMNews.id kemarin, lebih lanjut menyebutkan, sanggar yang didirikan dengan swadaya murni pribadinya di kediamannya sendiri itu hanya untuk menjembatani animo masyarakat yang karena kondisi ekonomi dan jaraknya, sulit “menjangkau” sanggar pasinaon di kraton.
Menurutnya, saat proses belajar-mengajar selama 6 bulan itu, dirinya bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk saat berlangsung “pendadaran” yang lebih banyak ujian praktik. Sangat berbeda yang terjadi di sanggar pasinaon di pusatnya yaitu kraton, para “dwija” (guru) yang dimiliki banyak, karena siswanya bisa mencapai ratusan yang butuh banyak tenaga penguji.
Namun, sanggar yang dimiliki KRAT Edy Basuki Montro Suwiryo Adinagoro disebut sangat idealistik karena tujuannya adalah membantu memudahkan tugas dan kewajiban pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Oleh sebab itu, mulai dari pengadaan fasilitas belajar-mengajar hingga kerja fisik edukasi dan menguji para peserta pendadaran, dilakukan sendiri.
“Semua proses dari pendaftaran, belajar-mengajar, praktik dan pendadaran, saya lakukan sendiri. Para peserta tidak kami pungut biaya sepeserpun alias gratis. Semua fasilitas yang dibutuhkan untuk belajar-mengajar, semampu kami sediakan semua. Hanya saat wisuda, semua kelengkapan busana, kami anjurkan mencukupi sendiri,” ujar KRAT Edi Basuki.
Sanggar Pasinaon Hamicara “Omah Pawukon” yang ada di Dusun Pagersari RT 02/TW06 Desa Belikurip, Kecamatan Baturetno ini, walau sudah 5 tahun usianya tetap tampak sebagai simbol perjuangan idealisme yang fenomenal seorang tokoh pelestari budaya Jawa. Dia juga menjadi pimpinan Sanggar Seni Budaya “Semar Tinandu” yang banyak melayani konsultasi spiritual “Kejawen”. (won-i1).