Bila Bukan Konstruksi “Tumpangsari”, Pendapa Sasanamulya Sudah Rata Dengan Tanah

  • Post author:
  • Post published:January 14, 2024
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Bila Bukan Konstruksi “Tumpangsari”, Pendapa Sasanamulya Sudah Rata Dengan Tanah
BALOK LEPAS : Balok jati konstruksi tumpangsari penyangga ujung puncak Pendapa Sasanamulya lepas karena sudah keropos, bahwa sudah berkurang dimensinya karena usia. Seandainya bangunan model "joglo" seperti ini tanpa konstruksi tupangsari, pasti sudah roboh semuanya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menjadi Satu Kompleks Dengan Kediaman Keluarga Seorang Pangeran

SURAKARTA, iMNews.id – Pendapa Sasanamulya yang kini sedang mengalami kerusakan serius di bagian konstruksi puncak ujung bangunan itu, sejak diketahui sekitar dua minggu lalu, kini sedang dalam proses penyelamatan yang sebisanya dilakukan jajaran “Bebadan Kabinet 2004” pimpinan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa.

Begitu ada warga yang tinggal di belakang pendapa itu melaporkan adanya suara mengejutkan yang diikuti lepasnya balok tumpangsari penyangga ujung puncak pendapa, satu tim teknis yang dipimpin Kiki Aryanto selaku koordinator ditugasi KPH Edy Wirabhumi untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan, agar tidak seluruh bangunan roboh.

“Bangunan Pendapa Sasanamulya dan juga yang lain, rata-rata menggunakan konstruksi tumpangsari. Kalau tidak seperti itu, Sasanamulya sudah roboh beberapa waktu lalu. Karena, lepasnya balok tumpangsari, tidak banyak berpengaruh terhadap konstruksi di bawahnya. Tetapi, kalau penyangga yang di bawahnya juga sudah tidak kuat, ya bisa roboh bersama-sama,” ujar Kiki.

LANGSUNG BEKERJA : Sebuah tim teknis pekerja berpengalaman menangani bangunan kuno berarsitektur “joglo” dengan konstruksi tumpangsari yang dipimpin Kiki Aryanto, langsung bekerja untuk memperkuat konstruksi penyangga seluruh bagian atap Pendapa Sasanamulya, agar aman bagi sekitarnya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kiki Aryanto yang sejak 2004 dipercaya untuk mengerjakan pekerjaan konstruksi bangunan, terutama saat dilakukan renovasi kecil-kecilan dengan biaya swadaya atau mandiri, hingga kini semakin tambah berpengalaman menangani perbaikan bangunan kuno arsitektur Jawa khususnya yang ada di lingkungan Kraton Mataram Surakarta.

Tetapi, pekerjaan yang dilakukan Kiki Aryanto bersama belasan pekerja teknis bangunan yang dipimpinnya selama ini hanya dilakukan sepanjang ada perencanaan yang sudah disusun dan diputuskan “Bebadan Kabinet 2004”. Karena, pekerjaan Kiki juga dilakukan selama “bebadan” itu mengikuti Gusti Moeng bekerja di luar kraton, akibat “diusir” ke luar kraton sejak April 2017.

Walau berada di luar kraton sejak April 2017 hingga 17 Desember 2022 akibat “insiden mirip operasi militer” tahun 2017 itu, Gusti Moeng dan jajaran “Bebadan Kabinet 2004” yang dipimpinnya tetap peduli dan responsif terhadap semua bentuk kerusakan bangunan di kawasan kraton, kemudian menindaklanjuti dengan upaya renovasi sebisanya dalam sampai level aman.

LANGSUNG DITANGANI : Ketika jajaran “Bebadan Kabinet 2004” masih berada di luar kraton, kerusakan atap bangunan Pendapa Sitinggil Kidul juga langsung ditangani secara sadaya dan mandiri, agar aman dan kerusakannya tidak meluas. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam catatan iMNews.id, selama lima tahun lebih jajaran “Bebadan Kabinet 2004” diusir dan dilarang masuk oleh kolaborasi kelompok Sinuhun Suryopartono dengan “kekuasaan” secara kelembagaan, terjadi kerusakan berat dan parah di beberapa bangunan di kawasan kedhaton yang luasnya 8,5 hektare itu.

Kerusakan di beberapa bangunan pendukung di kompleks Pendapa Pagelaran Sasanasumewa, di kompleks Pendapa Sasanamulya dan kompleks Pendapa Sitinggil Lor serta Sitinggil Kidul yang terjadi hampir bersamaan selama periode 2017-2022, langsung bisa ditangani dengan biaya swadaya atau mandiri di bawah arahan KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab revitalisasi kraton.

Khusus untuk tembok bagian dari kompleks kediaman Sinuhun di Sasana Putra yang ambrol setelah April 2017, hingga kini masih dibiarkan tampak jelas dari luar, karena posisinya di pinggir jalan lingkar dalam tembok Baluwarti. Titik lokasi yang rusak, bisa disebut tepat di depan mata keluarga kecil Sinuhun dan kelompoknya.

DISEDIAKAN LAGI : Hujan angin yang merobohkan hingga “rungkat” sebatang pohon jati di halaman kompleks Pendapa Langenharjo di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, seakan-akan menyediakan lagi kebutuhan kayu untuk memperbaiki Pendapa Sasanamulya yang kini sedang rusak berat setelah Pendapa Sitinggil Kidul yang bisa diatasi secara swadaya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kerusakan parah yang sudah masuk level berat itu, terkesan memang dibiarkan jajaran “Bebadan Kabinet 2004” yang dipimpin Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa dan juga sebagai Pangarsa Lembaga Dewan Adat. Karena, bisa dijadikan contoh untuk melihat seberapa besar kepedulian dan kemampuan keluarga kecil Sinuhun ketika menghadapi persoalan di depan matanya.

Dalam berbagai kesempatan, Pengageng Sasana Wilapa, penanggungjawab perencanaan revitalisasi kraton maupuan jajaran “Bebadan Kabinet 2004” nyaris tak pernah menanggapi dan mengeluarkan pernyataan secara khusus tentang ambrolnya tembok kompleks Sasana Putra. Sikap itu terkesan disengaja, untuk membuktikan apakah ada respon yang dilakukan atas kerusakan di depan mata itu.

Lepaskanya kontruksi tumpangsari dari penyangga ujung puncak Pendapa Sasanamulya, juga tidak mendapat respon sebagai bentuk kepedulian dari sebuah keluarga pangeran yang tinggal bersebalahan dengan pendapa. Termasuk dari keluarga kecil Sinuhun dan kelompoknya di Sasana Putra yang berada tepat nyaris berhadap-hadapan dengan Pendapa Sasana Mulya.

TETAP DIBIARKAN : Tumpukan material dari robohnya dinding tembok kompleks kediaman keluarga kecil Sinuhun Suryopartono di Sasana Putra, sejak ambrol di tahun 2017 hingga kini tampak tetap dibiarkan. Ini terkesan agar menjadi “monumen sikap tidak peduli dan ketamakan” tokoh yang sangat berkepentingan dengan itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Ya, intinya kerusakan berat Pendapa Sasana Mulya itu berada di depan mata. Karena, ada keluarga-keluarga yang seharusnya merasa berkepentingan untuk merawat dan melakukan sesuatu kalau ada kerusakan. Tetapi, nyatanya ‘kan tidak seperti itu. Contoh lain yang sudah lebih dulu, ‘kan juga jelas dan hanya disikapi dengan diam saja,” sebut KPH Edy Wirabhumi.

Penanggungjawab perencanaan revitalisasi kraton yang dimintai konfirmasi iMNews.id itu, tidak menjelaskan lebih jauh soal kerusakan dan penanganannya. Tetapi pihaknya sudah memerintahkan kepada Kiki Aryanto dkk untuk cepat bekerja mengatasi, agar kerusakan bisa dilokalisasi agar tidak membahayakan apa saja di sekitarnya, termasuk kediaman keluarga pangeran di dekatnya.

Ambrolnya tembok kompleks Sasana Putra, hingga kini masih seperti awal saat ambrol di tahun 2017. Padahal, sejak selama 2017 hingga 2022, Sinuhun menerima hibah APBD Jateng atau dari APBN tiap tahun Rp 1,7 M. Gusti Moeng pernah berujar, dirinya diminta LPJ bantuan itu, padahal Sinuhun yang menerimanya dan salah satunya (diduga) untuk membeli mobil baru. (won-i1).