Selasa 6 Februari, Tingalan Jumenengan Kedua di Era “Gusti Moeng Kondur Ngedhaton” Digelar (seri 5 – habis)

  • Post author:
  • Post published:February 11, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Selasa 6 Februari, Tingalan Jumenengan Kedua di Era “Gusti Moeng Kondur Ngedhaton” Digelar (seri 5 – habis)
MASIH TERBUKA : Pengabdian atau "pasuwitan" di Kraton Mataram Surakarta, masih sangat terbuka di berbagai bidang. Di antaranya, melalui bidang keprajuritan yang sudah mulai diisi dari Pakasa Cabang Ponorogo. Prajurit sangat diperlukan di berbagai event, di antaranya ritual tingalan jumenengan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Patron Inti “Tidak Produktif” Karena Keberhasilan Program “Keluarga Berencana”

IMNEWS.ID – EVENT upacara adat tingalan jumenengan ke-20 Sinuhun Suryo Partono untuk kali kedua di era baru “Bebadan Kabinet 2004”, patut dicatat menjadi momentum untuk menggugah kesadaran seluruh masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta. Khususnya keluarga besar kerabat patron inti di satu sisi, juga bagi abdi-dalem Pakasa secara luas di sisi lain.

Karena, salah satu sinyalemen yang muncul dari momentum ritual tingalan jumenengan ini, adalah terbatasnya SDM dari unsur kepanitiaan yang punya fungsi dan tugas pengorganisasian dan layanan. Keterbatasan jumlah petugas pelaksana upacara adat di bidang layanan “pisowanan”, karena memang banyak yang sudah wafat dan produktivitasnya rendah karena usianya sudah “sepuh”.

Para tokoh kerabat sentana-dalem dan sentana garap yang sebelum 2017 tersedia melimpah, begitu terjadi “insiden mirip operasi militer” yang diikuti dengan penutupan kraton (April 2017 sampai Desember 2022), telah memecah-belah hubungan kekerabatan trah darah-dalem Sinuhun PB I hingga PB XIII, bahkan di dalamnya ada keturunan dari Mataram Kartasura atau sebelumnya.

PRAWIRA ANOM : Dua dari sekitar 20 warga Pakasa Cabang Ponorogo ini, memperkuat Bregada Prajurit Prawira Anom dalam ritual tingalan jumenengan yang digelar “Bebadan Kabinet 2004”, Selasa (6/2). Warga Pakasa cabang ini jumlahnya berlimpah, dan banyak mengabdikan diri di jalur keprajuritan. (foto : iMNews.id/dok)

“Insiden mirip operasi militer” yang diikuti dengan penutupan kraton ditambah beberapa peristiwa beruntun sejak peristiwa suksesi 2004, juga telah membelah potensi kekuatan para kerabat sentana dan abdi-dalem lebih luas dan lebih banyak lagi. Sehingga, ketika ada “insiden Gusti Moeng Kondur Ngedhaton”, potensi kekuatan itu tinggal separonya, bahkan kurang.

Dalam situasi seperti itu, harus diakui bahwa konsentrasi perhatian menjadi terpecah, sehingga banyak berkurang perhatian terhadap kalangan generasi muda atau generasi wayah-dalem sebagai potensi kekuatan penggantinya. Ada suasana psikologis yang membuat separo kekuatan potensi generasi muda, nyaris tidak tampak di berbagai kesibukan dan kerepotan yang dialami kraton.

Tetapi situasi dan kondisi yang terjadi selama lima tahun sejak 15 April 2017 ditambah pandemi Corona, masih ditambah lagi gaya penguasa lokal, regional sampai nasional yang “tidak ramah masyarakat adat”, semakin memperburuk kraton, terutama di kalangan para pamong pengelolanya. Termasuk, tertundanya proses regenerasi di hampir semua bidang otoritas yang ada di dalam.

MENJAWAB KEBUTUHAN : Dari beberapa kebutuhan mendesak yang sedang dirasakan “Bebadan kabinet 2004” dalam mengelola Kraton Mataram Surakarta, ketersediaan abdi-dalem Pakasa dipandang sudah menjawab kebutuhan. Karena jumlahnya berlimpah seperti yang tampak pada tingalan jumenengan, Selasa (6/2). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Aspek dinamika sosial dan politik dalam 5 tahun antara 15 April hingga 17 Desember 2022, menjadi bagian penting yang sangat berpengaruh terhadap “nasib” kraton. Tidak hanya terhadap kehidupan lahir, tetapi juga kehidupan batiniah serta psikis di lingkungan inti patron penjaga paugeran adat, yang menjadi bagian lain penting namun peran dan pengaruhnya makin melemah.

Berikutnya adalah akibat “keberhasilan program keluarga berencana (KB)” yang secara nasional diberlakukan sejak zaman pemerintaha Orde Baru. Keberhasilan ini di satu sisi dipandang sebagai hal positif dari sisi pengendalian pertumbuhan penduduk, tetapi bagi lingkungan kraton sangat berpengaruh kalau tidak boleh disebut “merugikan”.

Kraton yang memiliki model dan cara menjaga tata-nilai paugeran adat secara turun-temurun dalam jalur dinasti, kini terbukti kekurangan SDM dari lingkungan inti patron sendiri, karena produktivitasnya tidak bisa memenuhi kebutuhan. Sekarang ini, kraton benar-benar merasakan sulitnya mendapatkan figur tokoh penjaga paugeran adat, akibat keberhasilan “KB”.

SETELAH AMONG TAMU : Setelah menjalankan tugas sebagai “among tamu”, KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara), bergabung dengan KRAT Edi Basuki M Hadinagoro (Pakasa Baturetno-Wonogiri) dan Dr Purwadi (Ketua Lokantara Pusat-Jogja) di Bangsal Pradangga saat ritual upacara adat sudah berjalan, Selasa (6/2). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kalau disebut “krisis” SDM, sebenarnya tidak sepenuhnya demikian. Karena, dari 35 putra/putri-dalem Sinuhun PB XII dan ratusan sentana darah-dalem, diyakini melahirkan generasi wayah-dalem yang masih banyak jumlahnya. Tetapi, karena berbagai insiden yang sering “menghajar” kraton, generasi muda tercera-berai dan melahirkan cara pandang berlainan di antara mereka.

Dengan melihat realitas seperti itu, fenomena-fonomena yang lahir dari peristiwa tingalan jumenengan tahun 2024 ini, menjadi momentum yang baik untuk segera melancarkan proses regenerasi di bidang-bidang yang memungkinkan bisa memanfaatkan dari ketersediaan potensi abdi-dalem Pakasa yang jumlahnya semakin berlimpah, saat ini.

Tampilnya KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) bersama rombongan abdi-dalem “Kanca Kaji”, KRT Suyono Sastrorejo (Ketua Harian Pakasa Ngawi) bersama 30 personel yang dibawanya dan KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) bersama rombongan “Kanca Kaji”-nya, sudah tepat untuk menjawab kebutuhan SDM di bidangnya.

PENUH SUKACITA : Hampir semua wajah abdi-dalem Pakasa cabang dari mana saja yang hadir pada “pisowanan tingalan jumenengan”, Selasa (6/2), tampak berseri, penuh semangat dan bersukacita seperti rombongan Pakasa Cabang Magelang ini, seiring suasana di internal kraton yang turun tensi ketegangannya. (foto : iMNews.id/dok)

KRA Panembahan Didik Gilingwesi (Plt Ketua Pakasa Kudus) sudah membuktikan sangat peduli dan sigap, selalu mendukung berbagai upacara adat, terutama yang membutuhkan abdi-dalem “Kanca Kaji”. Pakasa Cabang Ponorogo, melihat kebutuhan personel prajurit, sehingga mengajak 20-an abdi-dalem anggotanya, untuk memperkuat barisan Bregada Prajurit Prawira Anom dan Jayeng Astra.

KRT Suyono Sastrorejo, saat dihubungi iMNews.id Rabu (&/2), menyatakan kebanggaan dan kebahagiaan yang dirasakan seluruh warga Pakasa Cabang Ngawi. Bahkan mereka berdoa, agar semangat dukungan Pakasa Ngawi, menjadi modal awal kraton kembali “kuncara”. Doa dan harapan serupa, juga disampaikan KRT Subagyo (Pakasa Cabang Tegal), walau tidak bisa ikut sowan.

KRAT Haryanto (Ketua Harian Pakasa Cabang Klaten) dengan 40-an abdi-dalem yang diajak sowan, menjadi potensi besar  pelestarian budaya Jawa yang tak perlu diragukan lagi. Apalagi totalitas tokoh Ketua Pakasa Cabang Ponorogo, KRAA MN Gendut Wreksodiningrat itu, yang mengutus KRAT Suro Agul-agul (Wakil Ketua) dan KRAT Slamet Riyadi bergabung memperkuat prajurit. (Won Poerwono-habis/i1).